Tags
alam semesta, astrofisika, autisme, biologi molekular, DNA, elektromagnetik, gen iblis, gen malaikat, gen tuhan, genetika, genome, hubble, indigo, karma, kerasukan, kimia, lady diana, makrokosmos, mengenal Tuhan, mikrokosmos, penciptaan adam dan hawa, pensucian, reinkarnasi, sinar gamma, spektrum, wahyu tuhan
Seringkali orang menganggap autisme adalah sebuah penyakit, namun autisme merupakan gejala keterbatasan gangguan perkembangan. Penderita autisme memiliki kesulitan berkomunikasi dan memahami perkataan dan perasaan orang lain. Penderitanya memiliki masalah interaksi sosial.
Menurut kami, autisme itu bukan penyakit atau suatu kelainan, melainkan perambahan kodrat dari jin ataupun hewan ke manusia. Maukah manusia mengakui hal itu? Para ahli kejiwaan tak sependapat dengan pernyataan kami ini karena mereka lebih mengakui ilmu kejiwaan yang mereka miliki.
Para peneliti memperkirakan kombinasi gen dalam keluarganya menyebabkan subtype autisme. Dan penyebabnya adalah bahan kimia atau obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh ibu selama dalam kehamilan berperan dalam gejala autisme. Dan autisme ditengarai berkaitan dengan tingkat phenylketonuria, gangguan metabolisme yang disebabkan tidak adanya hormon tertentu atau karena virus rubella dan penyakit celiac dan tidak mampu menoleransi gluten dalam tepung.
Peneliti menilai autisme disebabkan ketidaknormalan bagian otak yang menginterpretasi bahasa. Ketidakseimbangan kimiawi otak mempengaruhi terjadinya gejala autisme, gangguan disintegrasi anak. Sampai sekarang penyebab autisme belum diketahui secara pasti.
Namun, pernyataan kami ini adalah merupakan penjelasan Penghakiman Tuhan, sekaligus menjelaskan hukum karma dalam hukum reinkarnasi yang dalam liputan hukum regulasi ruh. Bahwa pada kenyataannya autisme itu sulit diatasi, semacam masalah kejiwaan yang permanen. Itu karena pemberian jenis ruh oleh Tuhan kepada seseorang mana mungkin dapat ditukar atau digantikan? Urusan ruh tak bisa ditangani melalui penanganan medis.
Terserah mau diakui atau tidak, tapi kami menyatakan Tuhan telah memberikan ruh yang tak berkualitas kepada penderita autisme sesuai dengan pertimbangan karma masing-masing, dan itu terliputkan dalam pembalasan karma terhadap kedua orang tuanya dan sekaligus anaknya.
Dari hukum regulasi ruh, ada dua persilangan perputaran kodrat yang menyebabkan adanya autisme di kalangan manusia. Yang pertama adalah jalur menuju kemuliaan takdir, yaitu dari hewan menjadi manusia. Demikian ada orang yang mengidap autisme dapat berhasil melewati masa sulit hingga mampu menjadi profesor, seperti Temple Grandin, penderita autis yang menjadi profesor di bidang ilmu hewan. Temple remaja yang tinggal di peternakan bibinya di Arizona menemukan empati manusianya yang hilang diimbangi dengan pemahaman yang luar biasa terhadap hewan di peternakan bibinya. Peternakan menjadi titik balik bagi Temple, tapi ia juga merasakan ikatan khusus dengan ternak yang membuatnya lebih damai ketimbang berinteraksi dengan orang lain. Ia menemukan bahwa sapi sama seperti dirinya. Banyak karyanya yang membuat dia terkenal dan masuk dalam majalah Time untuk daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia pada kategori Heroes. Kisah hidup Temple yang inspiratif bahkan pernah difilmkan oleh HBO dengan judul namanya sendiri ‘Temple Grandin’.
Selanjutnya Dawn Prince-Hughes Dia adalah seorang antropolog, ahli primata dan etologis yang menerima gelar M.A. dan Ph.D. di bidang antropologi interdisipliner dari Universitas Herisau di Swiss. Dia adalah penderita autisme sindrom Asperger. Perhatiannya yang dalam dan perasaan nyamannya berada di lingkungan primata mendukung pendapat kami bahwa dia adalah orang yang kodratnya beranjak naik dari primata ke manusia. Kecerdasan yang dimilikinya menandakan dia telah melampaui penebusan karmanya sehingga dia dikaruniai kecerdasan yang tinggi oleh Tuhan.
Bahwa di dalam perputaran ‘roda’ kehidupan atas makhluk-makhluk Tuhan terdapat hukum regulasi ruh yang juga berputar seperti roda. Orang-orang semacam Temple Grandin dan Dawn Prince-Hughes adalah orang-orang yang beruntung di dalam masa transisinya dari kodrat hewan ke manusia.
Dawn Prince-Hughes menulis buku: The Archetype of the Ape-man: The Phenomenological Archaeology of a Relic Hominid Ancestor, Gorillas Among Us: A Primate Ethnographer’s Book of Days, Aquamarine Blue 5: Personal Stories of College Students with Autism (editor), Songs of the Gorilla Nation: My Journey Through Autism, Expecting Teryk: An Exceptional Path to Parenthood, Passing As Human/Freak Nation: How I Discovered That No One Is Normal.
Banyak sudah orang-orang autis yang sukses seperti Temple Grandin dan Dawn Prince-Hughes sudah tercatat sebagaimana Daniel Tammet, Matt Savage, Satoshi Tajiri, Tim Page, Donna Williams, John Elder Robinson, sebagai orang-orang penderita autis yang berhasil sukses dan terpuji oleh karena karya-karya besarnya.
Kisah-kisah sukses yang nyata dari para penderita autisme, kiranya dapat menghadirkan pasal hukum Kemahaadilan Tuhan untuk semua makhluk. Dan kisah-kisah sedih orang-orang tua yang memiliki anak-anak autis, kiranya itu pun dapat dipahami sebagai penderitaan bagi orang-orang yang diperingatkan atas karma dosa-dosanya. Penjelasan kami terkait dengan autisme ini semoga dapat menyambungkan Wahyu-wahyu Tuhan yang tersaji melalui testamen-testamen (mitsaaq) yang diadakan-Nya untuk manusia, bahwa di dalam Pengadilan Tuhan sekarang ini ada hal-hal yang sudah membuktikan Penghakiman-Nya. Bahwa sesungguhnya Tuhan itu Maha Adil, Maha Bijaksana dan Maha Kasih terhadap seluruh makhluk-Nya. Maka kita melihat beberapa penderita autis ternyata dapat berprestasi dalam karyanya yang hebat.
Strata Karunia Tuhan kepada manusia yang sudah pernah berkodrat yang buruk adalah Pertolongan Tuhan untuk menjadikannya cerdas agar ketika menjadi manusia dia menjadi manusia yang berprestasi. Umumnya yang mendapatkan karunia semacam itu adalah hewan yang berguna untuk manusia seperti kuda, kerbau, sapi, anjing.