• Contact Us

Komunitas Eden

~ Eden the Heaven

Komunitas Eden

Category Archives: Ruang Penyelarasan

Ruang Penyelarasan

05 Thursday Nov 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Ruang Penyelarasan

Demi periwayatan Kerasulan Eden, kami adakan ruang penyimpanan untuk modus fitnah-fitnah terhadap Eden. Demikian kami adakan Ruang Penyelarasan dengan segala modus fitnah yang ada di dalamnya dan juga penjelasan dari Eden terkait dengannya, agar bisa dikaji oleh publik.

Demikian tertera tulisan-tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com dan diblognya, dan juga jawaban Eden yang disampaikan oleh Paduka Ruhul Kudus dan Paduka Bunda Lia Eden serta YM Abdul Rachman:

CATATAN FITNAH-FITNAH MARZANI ANWAR ATAS EDEN:

KASUS PENGULANGAN PENODAAN AGAMA PADA KOMUNITAS EDEN
Kompasiana.com – 02 Agustus 2015

DOSA SOSIAL KOMUNITAS EDEN
Kompasiana.com, 17 Agustus 2015

PEMBOHONGAN PUBLIK CARA EDEN (BAGIAN 1)
Kompasiana.com, 25 Agustus 2015

PEMBOHONGAN PUBLIK CARA EDEN (BAGIAN 2)
Kompasiana.com, 27 Agustus 2015

PEMBOHONGAN PUBLIK CARA EDEN (BAG. 3)
Kompasiana.com, 31 Agustus 2015

PARA PENDOSA DALAM PANDANGAN EDEN
Kompasiana.com, 02 September 2015

NUBUATAN EDEN SEBAGAI PEMBOHONGAN PUBLIK (BAG.4)
Kompasiana.com, 04 September 2015

EKSTREEMITAS PASCA LIMINAL PENSUCIAN KOMUNITAS EDEN
Kompasiana.com, 18 September 2015

EDEN : MINORITAS YANG BERPOTENSI MENGANGGU
KEHIDUPAN KEAGAMAAN
Kompasiana.com, 06 Oktober 2015

CUCI OTAK ALA EDEN
http://marzanianwar.wordpress.com/ – 28 September 2015

EDEN MASIH MENEGASKAN PENGHAPUSAN ISLAM
http://marzanianwar.wordpress.com/ – 3 November 2015

UNTUK YANG TERHORMAT IBU LIA EDEN
Kompasiana.com, 03 Februari 2016

PASAL REINKARNASI DI KOMUNITAS EDEN
Kompasiana.com, 09 Februari 2016

MUI DIMINTA ANULIR FATWA SESAT EDEN
Kompasiana.com, 28 Februari 2016

Fatwa Sesat MUI yang mengharamkan Malaikat turun mendampingi manusia

TULISAN-TULISAN EDEN UNTUK MEMBANTAH FITNAH DAN TUDUHAN SESAT ATAS EDEN

Fatwa Jibril Versus Fatwa MUI

Jawaban terhadap Fatwa MUI

Buku YM Abdul Rachman: Mengenal Sosok Pemikiran Abdul Rachman

 

 

FATWA MALAIKAT JIBRIL VERSUS FATWA MUI

04 Wednesday Nov 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on FATWA MALAIKAT JIBRIL VERSUS FATWA MUI

 Salam Salamullah, Salam Keselamatan dari Allah

 Kitab Suci Al Quran Surat Qaaf ayat 41:

Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.

Secara jelas Malaikat Jibril meninjau kesahihan fatwa-fatwa MUI yang telah diputuskan dan dinyatakan sebagai pemberi syafaat kepada masyarakat. Adapun fatwa-fatwa MUI disejajarkan sebagai pemberi kemaslahatan bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam.

Setelah Salamullah menyampaikan gugatan fatwa MUI yang menyesatkan Lia Aminuddin dan Salamullah, pada hari Jumat tanggal 9 Juli 1999 di Kantor Pusat MUI di Masjid Istiqlal pada jam 10.00 WIB, maka dengan ini kami menyalinkan Fatwa Malaikat Jibril sebagai tanggapan terhadap fatwa MUI sebagai berikut:

Continue reading →

Tulisan Marzani Anwar [11]

04 Wednesday Nov 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Tulisan Marzani Anwar [11]

EDEN MASIH MENEGASKAN PENGHAPUSAN ISLAM

https://marzanianwar.wordpress.com/ – 3 November 2015

Statemen Eden yang masih terus disebarluaskan oleh komunitas Eden adalah yang menyatakan “penghapusan agama Islam”. Menurut Eden, Islam memang perlu dihapus, karena telah banyak melakukan teror dan kekerasan. Peledakan bom Bali, kekerasan Poso, kekerasan ISIS, Boko Haram di Afrika, dan teror-teror yang dilakukan oleh mereka yang mengatasnamakan Islam di berbagai belahan dunia, dianggap cukup alasan bagi penghapuasan agama tersebut.

Continue reading →

Fatwa MUI yang Menyatakan Malaikat Jibril Mendampingi Manusia sebagai sebagai Sesat dan Menyesatkan

13 Tuesday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Fatwa MUI yang Menyatakan Malaikat Jibril Mendampingi Manusia sebagai sebagai Sesat dan Menyesatkan

mui1

[PDF Version]

SURAT KEPUTUSAN FATWA
DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tentang
MALAIKAT JIBRIL MENDAMPINGI MANUSIA
Nomor: Kep-768/MUI/XII/1997

Bismillahirrahmanirrahim

DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA, setelah:

  1. Surat dari Ir. Andan Nadriasta tanggal 4 Oktober 1997 yang bertanya dan mengharapkan ada penjelasan dari Majelis Ulama Indonesia tentang ajaran kelompok pengajian yang dipimpin oleh Ibu Lia Aminuddin, Jln. Mahoni 30 Jakarta Pusat 10460 Telp. 4207420-4247218.

Dalam surat itu dinyatakan, antara lain, bahwa, Ibu Lia Aminuddin ditemani (didampingi) oleh Malaikat Jibril. Pengajian atau ajaran yang disampaikan Ibu Lia itu pada hakikatnya adalah ajaran yang dibawa Malikat Jibril melalui Ibu Lia. Hal demikian, menurut pengirim surat, jelas dapat meresahkan umat karena bertentangan dengan akidah Islam.

Continue reading →

Jawaban terhadap Fatwa MUI

13 Tuesday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Jawaban terhadap Fatwa MUI

Demi Ruang Penyelarasan yang kami tujukan untuk memperjelas kedudukan kami dan kedudukan pihak-pihak yang menolak Wahyu Tuhan yang telah kami sampaikan, demikianpun Ruang Penyelarasan kami tujukan untuk memperimbangkan kebenaran-kebenaran yang diyakini pihak lain dengan kebenaran yang diyakini oleh Eden.

Demikian kami menjajaki kemungkinan penyelarasan terhadap pihak-pihak yang menyerang Eden. Bilamana dimungkinkan bisa diadakannya penyelarasan, demikian tema yang kami sajikan saat ini baru dua tema, yaitu tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com dari tanggal 2 Agustus 2015 hingga 6 Oktober 2015, dan Fatwa MUI yang dikeluarkan pada 22 Desember 1997 dan telah dijawab oleh Malaikat Jibril pada tanggal 9 Juli 1999 dalam buku Fatwa Jibril versus Fatwa MUI, sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim

Salam Salamullah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Telah diterima Surat Keputusan Fatwa Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia terhadapku dengan nomor keputusan: 768/MUI/XII/1997, 22 Desember 1997. Pemberitahuan fatwa itu telah diumumkan kepada masyarakat berkenaan dengan liputan wawancaraku. Wawancara itu telah dimuat di majalah Gatra No. 42 Tahun IV, 5 September 1998.

Pengalamanku bersama Malaikat Jibril saat fatwa itu diturunkan, belum cukup banyak. Aku belum lama mengenal Malaikat Jibril saat itu, dan pengakuanku tentang dia kumohonkan kepada MUI agar di-pending sementara, karena aku masih bingung apa yang sedang terjadi pada diriku.

Aku sendiri sedang shock dan bingung atas kehadiran Malaikat Jibril. Namun MUI tak mau mendengar permohonanku. Keputusan fatwanya pun diturunkan.

Continue reading →

Tulisan Marzani Anwar di Blognya [1]

10 Saturday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Tulisan Marzani Anwar di Blognya [1]

Kami adakan ruang untuk penyimpanan modus fitnah-fitnah Marzani Anwar terhadap Eden. Dan demi periwayatan Kerasulan Eden, maka tulisan-tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com dan di blognya kami simpan di Website Eden untuk diabadikan sehingga bisa dikaji oleh publik. Demikian tertera sebagai berikut tulisan-tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com dan diblognya:

CUCI OTAK ALA EDEN

Posted on 28 September 2015

Selalu saja menjadi pertanyaan banyak orang, kenapa ada saja orang yang mau masuk komunitas eden. Meski ajarannya aneh, pimpinannya mengaku-aku mendapat wahyu dari malaikat jibril, suka menebar berita-berita buruk, menebar kebohongan, dan memurtadkan para pengikutnya.

Pencucian otak atau brain washing memang telah terjadi di komunitas Eden. Pemusatannya pada ritual penyucian. Seseorang yang semula Muslim, setelah dicuci otak, jadi keluar dari agamanya. Meyakini ajaran eden sebagai sumber kebenarannya. Dst.

Seseorang yang mau pensucian memang berbekkal kepercayaan pada eden, dhi percaya bahwa Lia itu adalah benar seorang yang memperoleh wahyu tuhan, pendamping jibril . Pertanyaannya, kenapa bisa membenarkan pewahyuan eden. Jawabannya memang lebih kepada yang bersangkutan. Tapi di duga kuat, karena terpesona pada risalah risalah eden, yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sementara pengetahuan agama yang bersangkutan belum memadai. Jadi nyaris tidak ada waktu untuk  memilih ruang mana yang seharusnya dimasuki.

Kalau soal kelebihan seseorang, mengundang keterpesonaan, ini sudah lazim dalam dunia messianis. Oliver Leaman et.al dalam bukunya Pemerintahan akhir Zaman (2005: 157-158), mengutip catatan Timothy Furnish, tentang jumlah para messianis yang lebih dari ratusan. Belum termasuk mahdi-mahdi di kalangan Syiah, dan yang beredar di internet. Antara lain ada Ghafar Shahi yang mengaku wajahnya tergambar di bulan, ada Rael, seorang wartawn Perancis yang mengaku bertemu dengan Elohim, makluk angkasa luar yang mendeklar dirinya sebagai pencipta alam semesta. Ada lagi Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku “memperoleh wahyu”, Jaber Bolushi, dan sebagainya. Penulis di sini, tidak dalam kapasitas mempersoalkan pengakuan-pengakuan atau klaim-klaim tersebut secara teologis, kecuali membaca fenomena messianisme yang kini muncul. Sebagiannya ada yang sudah menyejarah, seperti kemahdian pada masyarakat syiah dan dalam pengikut ahmadiyah. Masih banyak lagi kisah-kisah kemunculan seseorang yang mengklaim memiliki keluarbiasaan dan kemudian mendeklar dirinya sebagai pemimpin umat manusia akhir zaman.

Lia Eden dengan klaim dan “kelebihan” yang dimiliki, hanyalah salah satu dari orang sebanyak itu. Sebagaimana para messianis yang lain, ia memperoleh sejumlah orang yang percaya pada ajaran-ajarannya. Keluarbiasaan Lia eden dimunculkan, dengan pengukuhannya, atasnama tuhan, bahwa dirinya adalah Ratu di Kerajaan Tuhan. Pengikutnya sendiri senantiasa memandangnya sebagai orang yang luar biasa, karena bisa menerima wahyu tuhan. Ia juga yang mendeklar bahwa zaman ini adalah zaman kerasulan baru, di mana jibril telah turun ke dunia menjadi rasul. Sekaligus klaim bahwa dalam kedudukan jibril sebagai rasul itulah, jibril didampingi Lia Eden. Terhadap orang-orang yang percaya pada klaim-klaimnya itulah, dilakukan proses pembaiatan, yang oleh Lia disebut “pensucian”.

Prosesi ritual sendiri sebenarnya cukup simpel: Ia berada dalam sebuah majelis. Didahului dengan pengakuan atas semua dosa-dosanya, minta ampun kepada Tuhan, dan berjanji untuk tidak akan berbuat dosa sekecil apapun lagi. Hampir sama dengan ajaran Islam tentang tobat nasuha. Justru dengan adanya kesamaan dengan tatacara bertobat dalam Islam itu menjadi pintu tersendiri yang membuka simpati dari kalangan Muslim yang tertarik untuk percaya dan bersedia disucikan.

Pertobatan melalui pensucian itu adalah peristiwa spiritual, yang melibatkan kesadaran diri dengan tuhannya. Tapi dalam majelis pertobatan itu, bertindak sebagai representasi tuhan adalah pimpinan komunitas sendiri, yaitu Lia Eden. Jadi, seseorang yang bertobat kepada tuhan, bersimpuh di hadapan sosok yang dipersepsi sebagai representasi tuhan, tersirat makna khusus. Dari sosok Lia edenlah keabsyahan pertobatan itu ditentukan, dan kepada Lia lah pengawasan atas tindakan paska ritual.

Prosesi pensucian itu oleh eden dijadikan momentum yang menjadi benang merah, antara keadaan sebelum dan sesudahnya, bagi si pelaku. Momentum bermakna Pembaitan. Sumpah kepada tuhan untuk tidak melakukan dosa sekecil apapun, meski itu tidak masuk di akal (karena mana mungkin selama menjadi manusia, tidak melakukan dosa “sekecil apapun”), tapi itu dijadikan pijakan oleh eden. Pensucian menjadi sangat sakral, karena dilakukan di depan sosok yang begitu dimuliakan dan diagungkan, yaitu Lia Eden yang dipercaya sebagai ruhul kudus dan ratu  di kerajaan tuhan. Bayang-bayang sang penguasa alam semesta pun ada di Lia eden, karena sewaktu-waktu ia bisa terima “wahyu” yang ditujukan kepada siapa saja termasuk orang yang sedang disucikan. Pada saat seperti ini, seseorang yang tersucikan meyerah pasrah, segenap ruh dan raganya, kepada Lia Eden sekaligus. Pengakuan sekaligus keyakinan luar biasa tumbuh, dengan pengakuan baru bahwa hanya Lia Eden sebagai sosok pengendali alam semesta, kepenguasaan semua manusia dan segala yang diciptakan didunia. Lia Eden juga yang diyakini sebagai sumber keselamatan. Bagi siapapun yang ingin memperoleh keselamatan, hanya ada satu jalan, yakni dengan mengikuti ajaran eden. Sebaliknya kecelakaan akan ditimpakan kepada siapapun yang melawan ajaran Eden.

Menjadilah Lia Eden sebagai pemiliki otoritas tunggal untuk menentukan perbuatan mana yang boleh dan perbuatan yang tidak boleh. Sampaipun memerintahkan untuk meninggalkan kewajiban shalat, bagi pengikutnya yang Muslim, perintah itu ditaati. Bahkan deklarasi menghapus semua agama, juga diyakini bahwa itu “benar perintah dari Tuhan”.

Ketaatan kepada Lia eden sebagai bayang-bayang Tuhan, juga terhadap perintah terhadap mereka yang sudah tersucikan harus tinggal menetap di rumah eden Jl. Mahoni 30. Selama tinggal di eden, ia melaksanakan tugas-tugas yang dianggap suci, seperti menyapu, membersihkan kamar, menulis risalah, mengelola website. Atas perintah Lia juga, tertanam keyakinan, bahwa semua tugas sehari-hari di eden, adalah untuk kepentingan tuhan, dan semua tugas hidup, di luar eden adalah kepentingan manusia biasa atau kepentingan keluarga, yang tidak adaurusannya dengan Tuhan. Atas dasar itulah, mareka tidak lagi peduli dengan urusan orang lain, ia meninggalkan anak isteri, serta tidak lagi menjalankan kewajiban sebagai suami/isteri dan membiarkan anak-anak juga tidak merasa berdosa. Kalau ada anggota menghadapi ketegangan dengan suami/isteri di rumah, gara-gara ia tidak pernah pulang dan menafkahi keluarga, oleh Lia diultimatum: anda lebih memilih kepentingan keluarga atau kepentingan tuhan. Dengan sendirinya sang pengikut memilih “urusan tuhan”

Perbuatan dosa “sekecil apapun” yang harus dihindari, bukanlah dosa sebagaimana di atur dalam kitab suci, bukan juga yang diatur oleh komunitas di luar dirinya. Dosa yang dimaksud adalah semua jenis larangan yang telah ditentukan oleh Lia sebagai representasi ruhul kudus. Mereka yang tersucikan hanya boleh mentaati ajaran eden. Sampai pun urusan KTP, mereka memilih lebih baik tidak punya kartu identitas tersebut, karena itu bukan ajaran tuhannya. Perkawinan hanya dibolehkan dengan sesama anggota eden, dan tatacara perkawinannya juga punya tatacara tersendiri. Mereka tidak mau tunduk pada Pemerintah dengan segala aturan dan perundang-undangan yang ada.

Seseorang yang telah mengikuti medium pensucian, merasakan keterikatan luar biasa kepada sosok pimpinan komunitasnya, yaitu Lia Eden. Selain sebagai ruhul kudus, yang merepresentasikan malaikat jibril, ia juga merepresentasikan sebagai tuhan. Yang terakhir ini, karena ia mengklaim dan sekaligus dipercaya, sering menerima wahyu langsung dari tuhan. Sebagai ruhul kudus, ia mendeklarasi sebagai rasul , setaraf dengan para rasulullah Muhammad s.a.w, Isa a.s., Ibrahim, Musa a.s.

Pensucian itu sendiri dilangsungkan tidak hanya sekali. Sesuai perintah Lia eden, anggotanya harus menjalani pensucian kapan saja, dan dengan cara yang berbeda-beda. Ketika nubuatan eden tidak menjadi kenyataan, misalnya seperti kasus pemberitahuan ke publik, bahwa Pesawat UFO akan turun di Monas dan menjemput para pengikut Lia eden di bawah ke planet surga, dan ternyata tidak menjadi kenyataan. Menurut eden, peristiwa itu adalah cara tuhan untuk pensucian anggota eden, dengan dipermalukan di muka publik.

Itu baru contoh betapa Lia dengan nubuatan seperti itu, tidak surut, untuk tetap memperkuat keyakinan yang sudah terbentuk pada para anggotanya. Yaitu dengan melakukan justifikasi atas kejadian-kejadian tertentu. Contoh lain, misalnya ada gempa bumi di sebuah kota di Indonesia, kemudian murid-murid eden, dikumpulkan dan diberi penjelasan, bahwa gempa bumi yang terjadi itu adalah tulah dari tuhan karena bangsa Indonesia tidak percaya pada kerasulan eden. Sampailah ketika Lia divonis pidana atas tuduhan penodaan agama beberapa tahun yang lalu, dia klaim bahwa “pemidanaannya itu adalah memang sudah dipersiapkan tuhan, sebagai penggenapan karena tugasnya sebagai rasul”.

Ungkapan yang diklaim sebagai wahyu menyangkut hal seperti itu bisa disimak dari ungakapan Lia yang lainnya berikut ini:

“Kalau aku masih mensucikan kamu di depan publik, atas nama tuhan yang maha gaib. Ia itu untuk memutlakkan kesucianmu”.

“ Penyucian di muka public harus terlihat nyata bahwa kamu telah disucikan di surga

“Pembebasan melalui pensucian anggota Eden itu berarti untuk mensucikan seluruh umat manusia di dunia”.

“Orang-orang yang disucikan di eden akan bersama malaikat memerangi iblis

(dikutip dari risalah-risalah eden antara Juni-Agustus 2015, yang terekam dalam memory disk milik salah seorang anggota eden).

Untuk meningkatkan percaya diri atau kebanggaan diri seorang yang telah disucikan, Lia, atas nama tuhan, mengangkat kepada yang bersangkutan menjadi “rasul”. Maka kepada sesama anggota eden biasa mereka memanggilnya dengan kata “rasul”, seperti rasul marike, rasul agus, rasul Arifin, rasul Arif, dst.

Bagaimanapun penyebutan “rasul” telah berarti menyetarakan kedudukan anggota komunitas Eden dengan Rasul (utusan) Tuhan yang sebenarnya. Suatu sikap yang sangat arogan, di hadapan Tuhan. Karena kondisi kesucian pada diri seseorang, itu hanya Tuhan yang Maha Tahu. Dan pengangkatan kerasulan pada dasarnya adalah hak Allah. Tidak ada kewenangan pada manusia untuk mengangkat dirinya menjadi seorang rasul.

Kisah kecil itu hanya untuk menegaskan klaim Lia sebagai “ruhul kudus”, dan sebagai “rasul”, yang karenanya ia merasa di atas kekuasaan pemerintahan di negara ini. Seorang rasul yang merasa dirinya sebagai makhluk luar biasa, sehingga tidak perlu mendudukkan diri sebagai warga suatu negara (Indonesia).

Demikianlah, cara eden mem-brain washing pengikutnya. Sehingga seseorang yang telah mengalami pembaitan melalui ritual penyucian, akan “tidak lagi menjadi dirinya”. Kepercayaan pada Tuhan tergantikan oleh kepercayaan pada sosok Lia eden yang menuhankan diri. Lia eden menjadi pusat kebenaran sekaligus pusat pembenaran atas semua perintah dan larangannya.

Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [9]

10 Saturday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [9]

EDEN : MINORITAS YANG BERPOTENSI MENGANGGU KEHIDUPAN KEAGAMAAN

06 Oktober 2015

Tidak gampang bagi kami, menuduh suatu kelompok dianggap “sesat”, terutama kepada kaum minoritas. Sebagai aktifis HAM sepantasnya kami melindungi kelompok minoritas agar tidak selalu disudutkan. Namun dalam kenyataannya, tidak setiap yang minoritas adalah layak dilindungi. Sejauh tidak ada bukti ajarannya atau tindakannya melakukan pelanggaran pidana atau menyinggung aqidah kelompok lain. Ajakan dialog pun pernah kami layangkan, dengan terlebih dulu saya menyampaikan pikirannya melalui emal ke komunitas eden. Maksud saya, agar penyelesaian perbedaan pandangan tetap mengedepankan dialog. Tapi gayung itu tak pernah bersambut. Penulis justru dituduh sebagai penfitnah dan penghasut. Naudzubukkah.

Komunitas eden, meskipun secara keanggotaan jumlahnya tak seberapa, tetapi berpotensi besar melakukan pelanggaran pidana. Ajaran-ajarannya telah menginterfensi hak hidup agama lain, dengan fatwanya menghapus Islam dari muka bumi. Berkoar atasnama tuhan, eden menyatakan ingin memperkuat persaudaraan sesama kaum beragama, tapi justru yang diperkuat adalah rasa permusuhannya. Seseorang atau kelompok yang tidak mentaati ajaran eden, dianggap sebagai “musuh tuhan” dan perlawanannya dianggap melawan tuhan. Itulah tindakan semena-mena eden memperlakukan asma tuhan.

Belum lagi tentang seorang anggota eden yang menelantarkan isteri beserta anak-anaknya, karena waktunya dihabiskan di eden. Alasan yang dipakai, adalah dengan menyebut atasnama tuhan, bahwa urusan eden dianggap “urusan tuhan” dan di luar itu bukanlah urusan tuhan. Dan sang isteri diultimatum, kalau ingin selamat harus tinggal bersama sama di eden. Tindakan penelantaran orang yang seperti itu didasarkan, sekalilagi “wahyu tuhan”.

Betapa banyak asma Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih telah direndahkan oleh eden. Sehingga penyebutan kata tuhan, seperti yang penulis lakukan selama ini, merasa tidak layak ditulis dengan “t” besar. Maksud saya, tuhannya eden memang bukan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagaimana dimaknai oleh umat agama lain, khusus nya Islam. Pelecehan asma Tuhan itu berlangsung sudah cukup lama.

Tuduhan penodaan agama itu patut dilayanglan kepada kelompok ini, karena banyak nama tuhan disebut-sebut hanya unuk kepentingannya sendiri. Dari urusan ecek-ecek , seperti tentng orang yang jatuh dari sepeda sampai yan paling besar, mengabarkan datangnya hari qiyamat, dan penghapusan agama-agama, dia kabarkan ke publik dengan atasnama “tuhan”, padahal itu hanya kabar bohong. Dalam keyakinannya, setiap urusan yang mendukung kepentingan eden atau kepentingan rumah Jl Mahononi 30, dianggap sebagai urusan tuhan. Dan segala urusan di luar itu, diangap sebagai bukan urusan tuhan.

Komunitas Eden dengan pengikut yang jumlahnya tak seberapa, menyampaikan ajarannya melalui media sosial, masih saja menyebarluaskan ajarannya yang tidak masuk akal. Terakhir merilis tentang masalah pengunduran diri seorang anggotanya yang kebetulan menjadi karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

Eden nampak kecewa berat,dengan pemberhentian tersebut, kemudian memperkarakan dan menunjuk Pengacara untuk menuntut ganti rugi. Padahal kalau perintah sang ruhul kudus (baca: Lia Eden) terdahulu, semua anggota eden dalam rangka memelihara kesuciannya, diperintahkan untuk mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Di perusahaan apa saja, termasuk yang jadi PNS, mereka harus mengundurkan diri. Tapi giliran ada seorang anggota eden diberhentikan sebagai karyawan, lha kok marah-marah. Klaim eden sebagai pembawa suara tuhan, dengan pengangkatan Lia sebagai ratu di kerajaan eden, dan ruhul kudus, kok “mencla mencle” dengan wahyunya sendiri. Tuhan macam apa ini. Bagaimana pula kedudukan sang pengacara. Katanya tuhannya maha kuasa an, maha mengadili, maha menghakimi, kok masih menunjuk seorang pengacara. Sang pengcara pun pasti belum pernah “disucikan” , sebagaimana klaim eden, bahwa mereka tidak akan mau makan dari orang yang belum disucikan. Apalagi bekerjasama, masa iya tuhan butuh pengacara.

Eden juga yang mengancam perusahaan pemecat anggota eden tersebut, untuk dihakimi. Ini lagu lama, yang terus diulang-ulang. Setiap orang yang tidak sekehendak dengan maunya eden, selalu diancam akan menerima penghakiman atau tulah. Klaim-klaim tentang tulah itu, seperti yang sudah saya bongkar di beberapa tulisan saya, hanyalah gertak sambal (lihat: “Pembohongan publik cara eden bagian 1 s.d. 4 di kompasiana .com). Mereka menyatakan kutukan dan mengancam siapapun yang menentang atau tidak percaya pada ajaran eden. Ketika di Indonesia terjadi peristiwa misalnya gempa bumi, banjir, kebakaran, dan sebagainya, kemudian mereka klaim “itulah kutukan tuhan, karena penentangan terhadap eden”. Maka presiden RI, MUI, dan bangsa Indonesia, semuanya menjadi terkutuk di mata tuhannya eden, karena ketidak taatannya. Kali ini sebuah perusahaan tempat bekerjanya seorang anggota eden, dan yang memutus hubungan kerja dengannya. Menerima ancaman “akan menerima penghakimannya”. Dalam kenyataan yang sudah-sudah, semua itu tidak pernah ada akibat apa-apa alias hanya gertak sambal alias omong kosong. Itulah akal-akalan eden.

Rilis yang terakhir, juga menyatakan bahwa seorang angota yang diberhentikan oleh perusahaan tersebut adalah reinkarnasi Simon Petrus. Sebagaimana diketahui, simon petrus adalah murid setia Yesus. Padahal sebelumnya ia ditunjuk sebagai “malaikat penjaga surga”, menggantikan malaikat Ridwan sebagaimana dinyatakan di kitab suci. Apa gak hebat. Jabatan orang ini, sebelum kedua jabatan tersebut , ia adalah sebagai “anak tuhan”, maka sejak pengangkatan itu oleh teman-temannya di eden, ia biasa dipanggil “yang mulia”. Di sini ada tiga drama luar biasa. (1) pengangkatan sebagai anak tuhan, (2) penunjukan sebagai malaikat penjaga surga, dan (3) reinkarnasi simon petrus. Bagaimana seorang hamba tuhan yang tak punya kelebihan apa-apa, kemudian bisa ditunjuk menduduki tempat sangat terhormat, atas nama tuhan. Perlu anda ketahui juga, bahwa ia dinyatakan sudah memperoleh mukjizat dari tuhan, karena kesetiannya kepada sumpahnya untuk setia pada eden. Drama tiga babak telah dipertontonkan oleh eden, dan luar biasa LUCU nya. Ini semakin menunjukkan betapa rendahnya tuhan di mata eden. Kerjaannya bermain-main status seseorang anak manusia. Masih lagi episodenya, bahwa ruh simon petrus itu dulunya adalah melekat pada anggota eden bernama Sufuddin Simon. Tapi ia akhirnya keluar dari eden. Dan ruh simon petrus kemudian dialihkan, ke anggota barunya.

Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [8]

10 Saturday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [8]

Ekstreemitas Pasca Liminal Pensucian Komunitas Eden

Kunci dari segala kunci dari sistem kepercayaan yang dibangun oleh komunitas eden, adalah kepercayaannya pada Lia Aminuddin, sebagai aktor sentral. Pemegang otoritas keberagamaannya, dengan menggunakan simbol kesemestaan, seperti pendamping malikat Jibril, klaim atas wahyu tuhan, bergelar ratu di kerajaan eden dan ruhul kudus.

Para anggota komunitas selama ini menempatkan diri sebagai murid yang setia pada gurunya, dan guru itu adalah ”malaikat Jibril”, dan malaikat itu adalah otoritas kewahyuan, dan kewahyuan itu adalah apa kata Lia baik sadar maupun tidak sadar (lihat: Sumardiono, The Loving You, Jakarta: Ys. Salamullah, 2003, hlm. 82)

Melakukan penyucian dipandang sebagai bagian sangat penting dari pengajaran itu. Mereka pun taat dan jalani perintah itu. Berbagai cara ditempuh, berbagai larangan dijauhi. Petunjuk-petunjuk dari malaikat jibril kadang menyusahkan, dan kadang menyenangkan, demikian pengakuan mereka (Penjelasan Abdul Rachman, dalam halaqah uci, 4 Desember 2004 di Tebet Jakarta Selatan ) .Namun itulah Eden, mereka yang selalu memelihara ritualitas penyucian, dan memahami arti pentingnya penyucian itu. Lia diyakini sebagai pengejawantah ruhul kudus dan Abdul Rachman sebagai Imam Mahdi. Para anggota komunitas Eden seakan menjadi petualang spiritual, dalam arti mencari kepuasan bathin yang intens, melalui hubungan emosional (emotional connectedness) dengan Tuhan. Jalan utama yang ditempuh adalah melalui
Proses ritual penyucian sebagai pergerakan peralihan, Oleh Victor Turner disebut sebagai yang melewati 3 fase, yaitu pemisahan (separation), ambang batas (margin, liminality) dan penyatuan kembali (reaggregation). Fase “pemisahan” terdiri dari perilaku simbolik yang memiliki arti pemisahan individu atau kelompok baik dari titik ajek dalam struktur sosial terdahulu, dari seperangkat kondisi (‘keadaan’) budaya, atau dari keduanya. Fase “ambang batas” menandai kondisi subjek ritual dalam keadaan ambigu; subjek ritual melalui suatu ranah budaya yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali karakter atau sifat-sifat dari keadaan masa lalu atau yang akan datang. Fase “penyatuan kembali” menandai berakhirnya situasi “liminal” atau “transisional” yang dialami oleh subjek ritual, baik individu maupun kelompok. Subjek ritual berada dalam keadaan yang relatif ajeg atau stabil. Victor W. Turner, The Ritual Process, ( United Kingdom: Aldine Publishing Company, 1969 , pg. 81-83.)

Prosesi Ritual pensucian di eden yang menjadi ambang batas (liminal) adalah saat seseorang: mengakui dosa-dosanya, kemudian berjanji tidak akan berbuat dosa sekecil apapun lagi. Dalam prosesi ini Lia yang dipercaya seabagi ruhul kudus menjadi saksi utama, dan berhak mengakui keabsyahan yang bersangkutan atas prosesi tersebut.

Rangakaian upacara pertaubatan seperti itu pada dasarnya juga ada pada setiap agama. Seperti pada upacara Sakramen atau Baptis di kalangan penganut Kristen, atau Moksa dalam agama Hindu. Di dalam agama Islam, demikian juga, yang biasa ditempuh kaum sufi dengan jalan Tariqat,

Namun prosesi penyucian pada kaum Eden, tampaknya merupakan cara baru dalam sistem yang biasa dilalui agama-agama yang ada selama ini. Situasi di mana sang pelaku pertaubatan dalam proses ritual, tidak terikat oleh struktur yang selama ini mengikat. Namun secara doktrinal, ia terikat oleh komitmen yang sangat dalam kepada petunjuk sang pimpinan komunitas. Langkah demi langkah, ucapan demi ucapan, dijalankan atas petunjuk sang pimpinan. Meski ketertundukan pada pimpinan itu, dibungkus oleh keyakinan sebagai individu yang ingin merubah diri secara moral, namun cara keprasahan kepada Tuhannya tetap mengikuti petunjuk sang pimpinan komunitas.

Penyiapan ruangan secara khusus, di rumah Jl. Mahoni 30 Jakarta Pusat, mengesankan bahwa, tidak ada tempat lain yang dianggap layak menjadi ”tempat pertaubatan”. Demikian juga perangkat upacara yang dihadirkaan pada ruangan tersebut, menjadi simbol yang pada akhirnya mengantarkan pada penguatan sistem menuju pada penciptaan struktur baru yang diciptakan oleh sang pimpinan. Pelita-pelita di ruangan, bunga-bungaan, iringan musik, altar putih, seragam pakaian ”lenan”- serba putih, semua itu ada maknanya sendiri-sendiri, yang merepresentasikan aroma kesucian dan dibahasakan sebagai simbol ketaatan.

Masalah adalah: Bahwa ritual pensucian telah dimaknai sebagai Pembaitan, saat di mana seseorang yang tersucikan mempertaruhkan jiwa raganya untuk tunduk dan patuh hanya kepada tuhan-nya. Situasi pasca liminal yang dialami oleh yang disucikan bisa diuraikan sbb.:
1) Ketaatan kepada tuhan adalah ketaatan pada apapun yang diajarkan oleh Lia. Semua perintah dari kitab suci apapun, selama tidak sesuai dengan ajaran Lia sang ruhul kudus, harus ditolak.
2) Amalan agama eden, hanya berkisar soal pentingnya pensucian, dengan segala cabangnya. Mereka tidak lagi ada perintah beramal saleh, kepedulian sosial, dan sebagainya, dan tidak ada lagi kepercayaan memperoleh balasan di akhirat.
3) Mereka yang tersucikan harus pindah agama. Karena sebagian besar pengikut Lia adalah berasal dari peganut Islam, maka mereka harus keluar dari Islam
4) Dosa yang dimaksud ”harus dihindari” adalah segala perbuatan yang dilarang oleh Lia sang ruhul kudus, dan bukan dosa yang dilarang menurut kitab suci seperti Al Qur’an.
5) Tempat yang diyakini sebagai surga dalam arti yang sebenarnya adalah rumah Eden yang beralamat Jl. Mahoni 30 Kal. Bungur Kec. Senen. Menolak mempercayai keberadaan surga tersebut, sama saja dengan ”menentang kehendak tuhan”.
6) Kepentingan tuhan yang harus dilayani adalah segala macam urusan yang berhubungan dengan kegiatan di rumah surga eden tersebut. Apabila terjadi konflik keluarga dengan kepentingan eden, harus didahulukan ”kepentingan tuhan” dan bukan kepentingan keluarga. Dari sinilah sumbernya konflik, dan bahkan berakhir dengan perceraian antara suami isteri, termasuk memisahkan diri dengan orang tua.

Ada yang perlu dicatat bahwa, unsur yang terambil dari ritual pertaubatan, sejak awal adalah dari Islam. Ini dimungkinkan, karena hampir seluruh pengikunya beragama Islam. Beberapa prinsip yang diambil dari tradisi Islam itu, adalah: (1) didahului dengan pengakuan dosa, dilanjutkan dengan (2) bersumpah demi Tuhan untuk tidak mengulangi dosa lagi. Kedua prinsip itu pada dasarnya adalah ajaran Islam, yang dituntunkan kepada manusia untuk menjalankan apa yang disebut taubat nasuha. Namun dalam prosesi pensucian telah terjadi ekstreemitas dalam tindakan. Dengan mengatasnamakan kehendak Allah. Kehendak Allah telah terkamuflase oleh kehendak Lia yang memposisikan sebagai ruhul kudus. Dengan posisinya itu, ia menyatakan berhak untuk memberikan pengesyahan diterima atau ditolaknya pertaubatan. Ekstreemitas juga ditunjukkan dalam masalah pembakaran. Meski tindakan itu dikatakan sebagai symbol pemusnahan nafsu iblis, tetapi pembakaran pada bagian-bagian fisik tubuh seseorang, dapat berarti sebuah kekerasan.

Sistem kerpercayaan, di mana ritual ada di dalamnya, yang dianut komunitas eden adalah sebuah konsep manusia tentang semua hal yang terkandung dalam kosmosologi, kosmogoni dan eskatologi serta aktivitas-aktivitas berkenaan dengan pemantapan keyakinan-keyakinan dan memperkuat solidaritas di antara anggota komunitas penganutnya. Konsepsi itu juga dibangun untuk mengembangkan identitas, membangun emosionalitas individu dan kelompok, mempertahankan diri, serta membangun koneksitas dengan komunitas lain.

Proses ritual yang oleh Arnold van Gennep disebut sebagai rites de passage (rites of passage), sebagai “ritus-ritus yang menyertai setiap perubahan tempat, keadaan, posisi sosial dan usia”, telah benar-benar mengawal ritual pensucian di eden.

Telah terjadi penyimpangan luar biasa pada komunitas Eden, sedemikian rupa, karena liminalitas pensucian itu telah membawa sistem ketaatan baru dengan penegasan menghapus agama Islam. Praktek keagamaannya cenderung menodai keyakinan agama lain, mencerca pemerintah, meretakkan hubunan keluarga, mengundang konflik sosial, dan sebagainya (lihat a.l.: Marzani Anwar dalam ”kompasioana.com ”Pembohongan publik cara eden, bagian 1-4). Tindakan pasca liminal juga diikuti dengan keyakinan-keyainan baru yang melecehkan kitab suci Al Qur’an, mengesyahkan perkawinan secara di luar ketentuan agama, menempatkan orang-orang yang tidak percaya pada ajaran eden sebagai golongan yang memperoleh laknat tuhan.

Dalam struktur sosial konteks ke-edenan, Lia dengan jabatannya sebagai ruhul kudus, menempati posisi suprastruktur di dalam majelis maupun di luar majelis. Abdul Rachman, yang dipercaya sebagai imam mahdi, menempati level struktur tengah (midle structure), yang berfungsi sebagai perantara antara kuasa tertinggi dengan yang dikuasai. Sementara mereka yang tersucikan menempati jabatan baru sebagai ”rasul”, yang ditugasi untuk menyebarluaskan ajaran eden.

Dalam koteks ini pula, eden tidak lagi menyebut Tuhan sebagai Allah, dan berindikasi kuat bahwa Lia sendiri menjadi representasi Tuhan. Karena setiap ucapan yang diklaim sebagai ”sumpah-sumpah Tuhan” adalah ungkapan yang keluar dari mulut Lia sendiri. Kedudukan Muhammad sebagai Rasulullah (dalam Islam) dia ganti dengan poisi Abdul Rachman, yang diklaim sebagai reinkarsi sang rasul tersebut. Sampai kepada fungsi kerasulannya pun tergantikan oleh Rahman dan dibantu oleh kawan-kawannya sesama anggota eden.

Ritual pensucian di Eden tampaknya merupakan simplifikasi konsepsi pensucian agama-agama besar di dunia. Karena mengharuskan pensucian masuk ke ruangan tertentu di rumah Jl. Mahoni 30, padahal perbuatan dosa manusia ada di ruang public. Maka pertaubatan itu semestinya ada di ruang publik pula. Misalnya, pertaubatan karena dosa seorang penguasa Negara, harus direfleksikan dalam bentuk memperbaiki kesalahan dalam mengelola pemerintahan. Artinya, bahwa pertaubatan karena dosa struktural harus di”selesaikan” melalui jalan struktural; pertaubatan karena dosa social, harus di”selesaikan” melalui jalan social, dan pertaubatan karena dosa sebagai individu, harus di”selesaikan” secara individual, dan seterusnya. Bahwa kemudian, ia juga harus menyatakan dosa-dosanya dan bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi, adalah persoalan “teknis pertaubatan”.

Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [7]

10 Saturday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [7]

Nubuatan Eden Sebagai Pembohongan Publik (Bag.4)

04 September 2015

Marzani Anwar

Nubuatan adalah ramalan yang sampaikan oleh seorng rasul. Termasuk informasi akan terjadinya suatu kejadian sebelum terjadinya. Orang yang mengetahui sesuatu sebelum ada kejadian iu, dalam istilah sipiritual kehidupan orang Jawa disebut ”ngerti sadurunge winarah” (mengetahui sebelum kejadian).

Istilah yang dekat dengan ”nubuatan” adalah ramalan atau jangka. Kalau di masyarakat Jawa dikenal dengan idiom ”ramalan/ jangka Jayabaya”, maksudnya adalah segala perkataan atau ungkapan sang pujangga Jayabaya mengenai berbagai hal yang akan terjadi di kemudian hari di wilayah tanah Jawa. Demikian juga yang dikenal dengan Ramalan Ki Ranggawarsito atau ramalan-ramalan lainnya dari para pujangga.

Lia Aminuddin, yang di komunitasnya biasa dipanggil Paduka Yang Mulia Ruhul Kudus, dipercayai memiliki kelebihan berupa pengetahuan mengenaai segala sesuatu sebelum kejadian. Informasi atau ramalan itu, kemudian mempengaruhi pola tindakan dan kebijakan komunitas Eden, dalam hidup kekiniannya. Ramalan-ramalan itu menyentuh berbagai aspek kehidupan, seperti persoalan yang bersifat teologis, kehidupan politik, perkembangan ilmu pengetahuan dan lainnya.

Politik bangsa ternyata menjadi perhatian penting dalam nubuwatan Eden, menyangkut nasib kehidupan berbangsa dan bernegara. Eden membuat ramalan-ramalan itu sebagai penguat ajaran kerasulannya, agar dengan melihat bukti-bukti dari apa yang telah diramalkan tersebut akan memperkuat bukti kerasulan Lia Eden . Dalam konteks penyucian, apa yang diramalkan itu adalah pemberitahuan mengenai sesuatu yang akan terjadi sebagai “pelajaran” bagi manusia yang menentang missi kerasulan.

Ranah nubuwah ditujukan kepada kepemimpinan bangsa, kelompok manusia. Dalam hal ini, adalah para peimpin yang “tidak mengindahkan” ajakan Eden, atau kelompok masyarakat yang tidak peduli pada seruan-seruan Eden. Termasuk seruan untuk menyucikan diri seperti ditempuh Eden.

Berita akan datangnya UFO di Monas untuk menjemput para pengikut Eden beberapa waktu yang lalu (akhir Mei 2015), yang ternyata tidak terjadi apa-apa, hanyalah salah satu pemberitaan yang dikeluarkan eden terakhir. Jauh dari itu, eden telah banyak mengumbar nubuah murahannya, melalui milis yang dimilikinya.

Nubuatan tentang Banjir di Jakarta.

Kejadiannya adalah tahun 1998. Eden mengabarkan akan ada banjir besar melanda Jakarta. Sungai di tengah kota akan meluap, karena hujan turun tiada berhenti. Rumah-rumah akan tenggelam. Akan banyak korban, karena tidak bisa menyelamatkan diri. Jalan-jalan dan prasrana lain banyak mengalami kerusakan.

Musibah yang akan terjadi pada bulan Agustus 1998 itu digambarkan sedemikian rupa oleh Lia Aminuddin, dan semua murid-muridnya mempercayai sepenuhnya. Untuk mengantasipasi kejadian itu, para anggota jamaahnya mengungsi ke sebuah vila di Cisarua. Barang-barang berharga diangkut bersama orang-orangnya. Namun berita itu tinggal berita, karena pada saat yang diramalkan itu tidak terjadi apa-apa.

Terbunuhnyan sang Presiden.

Sebagai akibat dari ketidakpedulian pemimpin bangsa memenuhi ajakan Eden untuk percaya pada missi kerasulannya, muncul nubuatan yang menggambarkan buruknya nasib pemerintahan. Nubuatan itu menyebutkan waktu terjadinya, yakni antara tahun 2003-2004. ”Suatu hari nanti”, katanya, ”pejabat pemerintah yang tak suka disumpah di hadapan Tuhan dan Ruhul Kudus terpaksa harus menghadapi cobaan-cobaan yang meruntuhkan dia dari jabatannya. Sementara, yang telah rela mengikuti persyaratan Tuhan akan sejahtera dan bermaslahat, dicintai masyarakat, menjadi pendamai dan pembawa rahmat Tuhan, bertulah dan bertuah”.

Saat itu presiden R.I. masih dijabat oleh Megawati (tahun 2003), Lia eden melanjutkan ramalannya mengenai kondisi politik yang akan terjadi. Kerusuhan merajalela dan akan mengantarkannya pada pergantian kekuasaan, dan sang presiden yang sedang berkuasa disebut-sebut akan binasa. Megawati dinubuahkan akan menemui ajalnya. Dalam kesempatan yang lain dinyatakan bahwa, Pemilu yang diadakan pada tahun 2004 akan gagal. Dalam nubuwatan itu, Lia Eden sampai menegaskan kembali, ”kamu harus percaya bahwa Pemilu akan gagal’. Masih dalam tahun yang sama, yakni disebutkan pada bulan keempat tahun 2004, Lia Eden menggambarkan akan terjadi banjir darah di Jakarta. Sebagai dampak kegagalan Pemilu, sehingga terjadi kekacauan di mana-mana. Kerusuhan antar kelompok dan antar Parpol merajalela. Dan atas dasar ramalannya, itu maka orang-orang Eden akan menjadi tumpuan masyarakat, atau menjadi pelindung masyarakat.

Peristiwa-peristiwa politik yang sedemikian dasyat sebagaimana dinubuahkan tersebut, ternyata tidak menjadi kenyataan. Presiden Megawati tetap memimpin pemerintahan sampai berakhir masa tugasnya. Pemilu yang digelar, berjalan dengan aman, tidak terjadi gangguan yang berarti. Sepanjang tahun 2004, tidak terjadi huru-hara yang berarti, di masyarakat.

Janji-janji ”akan memperoleh keselamatan”, apabila bangsa ini mengikuti petunjuk eden”, diulang-ulang dalam berbagai kesempatan. Artinya, bahwa eden mengajak berspekulasi, dengan menempatkan dirinya sebagai ”juru selamat”. Sementara Eden sendiri dalam pengalamannya, selama lebih dari sepuluh tahun menyampaikan risalah-risalahnya, tidak pernah bisa membuktikan terjadinya apa yang diramalkan terhadap kelangsungan bangsa ini.

Jakarta Menjadi Pusat Spiritual Dunia

DKI Jakarta, tidak hanya dikenal sebagai Ibukota Negara R.I., tetapi akan menjadi tempat kunjungan semacam wisata rohani. Begitulah nubuwatan Lia Eden. Pernyataan itu antara lain menyebutkan sbb.:

Adapun kota besar Jakarta ini belum dikenali oleh para pencatat nubuah ini. Belum terlihat negeri Indonesia yang makmur sentosa yang mempunyai ibukota yang megah. Di sinilah nanti pusat spiritual dunia yang dipimpin oleh kami (Lia Eden-pen.), sebagaimana Bunda Suci sudah dinobatkan Tuhan sebagai Ratu Adil di Kerajaan-Nya. Penunjukan yang syah langsung dari Tuhan. Dan dinobatkan dengan nama Syah Ratu Syamsuriati Lia Eden.

Sejak ”hari penobatan” Lia sebagai ratu adil tersebut, di Jakarta tidak ada tanda-tanda akan menjadi pusat spiritual dunia. Apalagi pusat spiritual yang hendak dipimpin Lia Eden. Terhadap Lia justru telah terjadi penistaan oleh massa yang tidak suka. Tuntutan dari mereka yang tidak suka, dengan tuduhan penodaan agama, telah mengantarkannya ke pesakitan, menjadi narapidana. Fakta itu hanya untuk menunjukkan, betapa Lia eden, tidak mendapatkan sambutan positif, yang hendak mengusung jenjang ke kepemimpinan spiritual dunia.

PBB akan ”turun tangan” membela Eden.

Ada persambungannya dengan nubuwatan mengenai kota Jakarta yang akan menjadi pusat spiritual dunia. Ada sikap percaya diri pada komunitas Eden, juga ditunjukkan dengan pernyataannya bahwa, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) akan menyampaikan keprihatinannya, karena pemerintah RI menolak keberadaan ’Istana Kerajaan Tuhan” di Indonesia. Eden merasa bahwa keberadaan kerajaan Tuhan itu adalah ketetapan Tuhan, dan akan memperoleh perlindungan dari Tuhan.

Berkenaan dengan protes-protes penolakan fatwa-fatwanya, Eden mempersiapkan segala hal yang dimungkinkan terjadi atas eden, karena pernyataannya itu, menurut perkiraan Eden sendiri, tak mungkin tak menuai prahara besar. Sementara, Lia eden mengaku tak mungkin mengurungkan semua fatwa-fatwanya, seberapa pun besarnya protes dan penolakan atasnya. Dan Eden memastikan bahwa fatwa-fatwanya akan memperbaiki keadaan dunia: ”institusi keagamaan dunia dan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) akan menyesalkan Pemerintah Indonesia, yang canggung dan sejak lama mendiamkan saja Maklumat Fatwa-Ku itu. Padahal fatwa tersebut sudah Kusampaikan pada persidangan Lia Eden di depan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada 23 Juni 2006, yang diketuai oleh Hakim Lief Sofijullah.

Begitu besarnya keyakinan akan kebesarannya, sehingga PBB pun dinubuwahkan untuk turun tangan membela Eden. Pernyataan itu, dibuat pada bulan november 2008. Dan sampai tahun 2010 akhir, tidak ada tanda-tanda PBB menyampaikan rasa penyesalan atas ketidakpedulian pemerintah RI untuk menerima fatwa-fatwa Eden. Tidak juga memberikan perhatian pada komunitas Eden di Indonesia.

Rumah tinggal Jl. Mahoni 30 menjadi Kiblat semua agama

Dalam deklarasi eden di media sosial, dijelaskan bahwa pusat peribadatan Eden, yang awalnya adalah rumah pribadi Lia Aminuddin, beralamat di Jl. Mahoni 30 Jakarta Pusat, adalah merupakan Kerajaan Tuhan. Lia sebagai Ratu di kerajaan ini, menubuatkan sbb.:” Takkan pernah urung kita mendirikan Kerajaan Surga di Negeri Indonesia ini. Kerajaan Surga tak berbekal tanah dan kerajaan. Hanya di sebuah tempat tinggal yang dipilih Tuhan. Menjadilah kewajibanku menegakkan Kerajaan Surga di Indonesia. Seperti Vatikan di negara Italia. Hanya saja surga Eden itu terfungsikan sebagai kiblat semua agama-agama dan menjadi pusat penyucian ruh. Letaknya sudah pasti di sini, di jalan Mahoni 30 Jakarta. Kami memulai segalanya dari sini.

Demikianlah Lia Eden atas nama Jibril ruhul kudus, memberitahu kepada dunia, bahwa rumah tinggalnya, yang ditetapkan sebagai Kerajaan Tuhan, pada waktunya akan menjadi kiblat semua agama-agama. Para pemuka agama, di seluruh dunia akan menghormati Lia, sebagai tokoh spiritual yang patut dihormati. Umat para penganut agama-agama juga akan hormat padanya, sebagai ”Ratu Kerajaan Tuhan”. Pesan-pesannya akan dijadikan pedoman untuk tindakan mendamaikan semua agama. Demikian nubuah eden

Namun apa yang terjadi, sampai tujuh tahun dari pernyataan nubuatan tersebut, tidak ada tanda-tanda ke arah adanya penghormatan para pemuka agama-agama terhadap Lia khususnya. Tidak juga ada tanda-tanda bahwa rumah di Jl. Mahoni 30, menjadi pusat kiblatnya agama-agama.

Para artis akan terserang penyakit kudisan, dan tidak akan tersembuhkan

Nubuah Lia Eden merambah pada kalangan artis ibukota, yang dalam pandangannya, mereka adalah orang-orang yang terjauhkan dari surga Eden. Karena pebuatannya yang banyak kemaksiatan, mereka akan mendapatkan balasan langsung dari Tuhan. ” Waspadalah”, katanya, ”akan datang penyakit kulit buduk ganas yang akan menghapus kecantikan seketika. Wanita-wanita yang suka membuka auratnya, dan dengan sengaja merangsang pria sehingga kemaksiatan itu merajalela, terancam buruk rupa karena penyakit kulit ganas itu. Penyakit-penyakit kista, tumor dan kanker payudara dan rahim adalah hukuman terhadap perempuan-perempuan yang bergaul bebas.

Terlepas pro-kontra terhadap kemaksiatan yang dialamatkan kepada para artis, apa yang dinubuatkan Lia mengenai keadaan buruk tersebut, ternyata tidak terbukti. Sampai dengan tahun 2010, sejak ramalan itu ditulis (2003), tidak terjadi apa-apa di kalangan para artis. Kalaupun ada satu dua artis yang jatuh sakit, tidak lebih dari fenomena sosial yang biasa. Manusia ada yang sakit ada yang sehat. Sedangkan hal yang dinubuahkan sewajarnya berlaku untuk semua, kalau benar sebagai bukti penghakiman-Nya.

Kebutaan akan melanda bangsa Indonesia.

Eden dengan mengatasnamakan ruhul kudus, menjadikan mukjizat Allah kepada Bangsa Indonesia, yang dikabarkan akan mendapat nasib buruk berupa kebutaan. Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2002, yang disebut-sebut sebagai “nasib buruk” umat manusia. Kebutaan mata dalam arti yang sebenarnya, sebagai akibat tidak mau melihat kebenaran, yang dibawakan Eden. Menurutnya, apa yang dibawakan Eden adalah kebenaran dari Tuhan. Begini penegasannya: “ Hari ini tanggal 24 Januari 2002, kukabarkan kepada umat manusia bahwa jikalau kamu memperjuangkan perdamaian amanat Tuhan, kujadikan minyak tanah yang dipertemukan dengan minyak zaitun akan menjadi obat mata yang termanjur. Obat mata yang dapat membuat terang matamu dan akan menjadikan mata buta dapat melihat. Akulah pendamai yang membawa terang. Terang matamu, terang hatimu, terang pikiranmu. Aku-lah Tuhan yang cinta damai, maka Aku menghargai doa para pemuka agama-agama sedunia yang diprakarsai oleh Kepausan Vatikan di Assisi, Italia. Maka kaudapati minyak sebagai mukjizat terang itu sebagai jawaban-Ku”. Dikatakan selanjutnya: ”Jadikanlah mukjizat-Ku ini sebagai pertolongan-Ku bagi umat manusia pecinta damai. Katakanlah, jangan menyimpan mukjizat-Ku ini menjadi hampa. Telah Kuberikan berkah mukjizat minyak terang ini sebagai perimbangan atas murka-Ku. Seluruh umat di dunia dapat memperolehnya bilamana kamu menyalakan pelita demi perdamaian. Sungguh akan ada wabah berbagai penyakit di antaranya wabah penyakit radang mata yang berat. Olesi minyak mukjizat-Ku itu kepada matamu. Itulah obat yang termujarab.

Begitu yakinnya atas ramalan itu, kaum eden di Jl. Mahoni 30 itu telah benar membuat cairan yang dibuat dari minyak tanah dicampur dengan minyak zaetun. Dituang dalam 5 (lima) bejana masing-masing berukuran 40 x 30 cm. Cairan itu dipersiapkan untuk melayani banyak orang, yang konon akan datang berduyun-duyun ke eden untuk mengobati matanya. Eden mengantisipasi datangnya bencana dari Tuhan, sebagaimana dinubuwahkan tersebut.

Keadaan buta mata itu ternyata tidak hanya diartikan secara artivisial, tetapi juga dalam arti fisik. Orang-orang yang mengalami kebutaan itu hanya bisa disembuhkan manakala mau datang ke Eden, dan di sana akan diusap dengan cairan tersebut, dan atas kehendak Tuhan, maka mata buta akan kembali melihat seperti sediakala.

Kaum di samping menyiapkan cairan yang terbuat dari campuran minyak tanah dengan minyak zaetun itu, adalah juga siap memberikan jasa penyembuhan. Mereka percaya betul akan nubuah itu, dan merajalelanya penyakit-penyakit berat akan menimpa umat manusia.

Penyembuhan cara Eden, dengan memanfaatkan cairan tersebut, adalah bagian ketaatan atas perintah snag ruhul kudus. Ketersemuhan para pasien adalah akan menjadi bukti kebenaran kedatangan ruhul kudus. Demikian keyakinan mereka.

Namun sampai sekarang (tahun 2015) bencana kebutaan itu, tidak pernah terjadi. Cairan yang dianggap mujarab itu tidak terpakai sama sekali. Tidak ada pasien berduyun-duyun mendatangi Eden, untuk minta kesembuhannya.

Sungguhpun begitu, tidak ada anggota komunitas Eden, yang bereaksi, dengan meragukan kebenaran kedatangan ruhul kudus. Pembenaran atas ketidakbenaran nubuah itu, selalu saja ada, berupa penjelasan yang juga diatasnamakan malaikat Jibril.Entah yang namanya, ujian ketaatan, ujian kerasulan lah, menempa diri agar terbiasa dipermalukan, dsn sebagainya.

Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [6]

10 Saturday Oct 2015

Posted by Komunitas Eden in Ruang Penyelarasan

≈ Comments Off on Tulisan Marzani Anwar di Kompasiana.com [6]

Para Pendosa dalam Pandangan Eden

02 September 2015

Komunitas eden adalah sebuah kelompok keagamaan yang embriyonya adalah Islam, yaitu sebuah kelompok pengajian bernama salamullah. Dalam rentang waktu sejak lahirnya (tahun 1997an) hingga sekarang, mengalami pekembangan demikian pesat. Perubahan tidak hanya pada nama dan keanggotaan, tetapi terlebih penting adalah pada sistem keyakinannya. Mendeklar penghapusan Islam, bahkan menghapus semua agama, merupakan momentum spektakuler yang beresiko penentangan oleh para penganut semua agama di Indonesia. Namun bagaimanapun ia tidak lebih dari sebuah Sekte, yang mencoba berdiri di luar agama agama. Mereka membangun sistem kepercayaan sendiri, dan keluar dari agama semula. Walau dalam kenyataannya masih menggunakan seabreg ayat-ayat kitab suci untuk pembenaran (justifikasi) atas risalah-risalahnya.Pandangan tentang “dosa” berikut akibat-akiatnya, adalah bagian penting dalam sistem keyakinan yang mereka bangun. Orang yang dianggap “berdosa kepada tuhan” kebanyakan terfokus kepada perbuatan yang menyangkut kepentingan dirinya atau kelompoknya. Misalnya, seseorang yang karena tidak mengikuti majelis sapaan (pengaajian) pada hari tertentu, oleh Lia sang pemimpin Eden, dianggap berdosa kepada tuhan. Kekuasaan tuhan dan kekuasaan Lia, seakan tipis saja bedanya.Lia membebankan kepada orang suatu dosa hanya mendasarkan apa yang dia perbuat untuk eden. Seakan tidak ada kesalehan di luar Eden. Tidak ada kebaikan yang berakibat pahala atas kebaikannya, selagi dia tidak menerima kerasulan Lia.Perbuatan buruk yang dianggap melawan kehendak Tuhan, tidak selalu berdasar ajaran agama dan kitab-kitab suci. Tetapi juga diukur, bagaimana ia dan atau kelompoknya diperlakukan orang lain. Apabila perintah Lia tidak diindahkan, yang bersangkutan dianggap melawan kehendak tuhan, dan kepadanya ia akan memeroleh balasan dari tuhan. Dalam membangun sistem keyakinannya, tuhan selalu memihak dirinya. Kalau ia disakiti orang lain, itu berarti orang tersebut sedang menyakiti tuhan. Kalau orang lain berbaik hati kepada dirinya, berarti orang tersebut berbuat baik kepada tuhan. Efek dari perbuatan “dosa kepada tuhan” adalah berupa hukuman di atas dunia ini.Dalam sistem keyakinan eden, tidak pernah bicara tentang balasan di akherat atas dosa manusia. Demikian juga atas kebaikannya. Dalam keyakinannya, kehidupan setelah mati, adalah apa yang disebut reinkarnasi. Yaitu perjalanan ruh yang akan menyosok pada diri makhluk yang lain, entah manusia, binatang, jin, malaikat, dst. Perwujudan ulang )reinkarnasi) bisa baik bisa buu, trgantung perbuatan sewaktu di dunia ini.Maka balasan atas ”dosanya kepada tuhan” itu, dalam konsep eden, paling banyak adalah membayar denda kepada Eden atau Lia selaku Ruhul Kudus. Pembayaranna pun dilakukan sewaktu di dunia ini. Lia dalam soal balas membalas perbuatan manusia, khusunya para pengikutnya, bertindak atasnama tuhan dalam. Bentuk hukuman atas kesalahan pegikutnya biasanya berupa denda uang. Tidak pernah Lia sang Ruhul Kudus memerintahkan membayar denda dalam bentuk bantuan kepada fakir miskin, misalnya, seperti ajaran zakat atau fidyah seperti dalam agama Islam Tidak juga membayar dalam bentuk amalan sosial lainnya. Tidak juga peduli, apakah yang bersangkutan telah membayarnya dalam bentuk lain dan untuk kepentingan yang lebih maslahat. Kalaupun harus bertobat atas dosanya, pertobatan itu harus dilakukan di hadapan majelis, yang langsung dipimpin Lia sendiri. Namun pertobatan tetap harus diisempurnakan dengan membayar denda.Untuk membebaskan dari dosanya, para pendosa diharuskan membayar yang besarannya ditentukan oleh Lia. Dia mengatasnamakan Tuhan untuk menghukum orang-orang seperti itu, dengan caranya sendiri. Tindakan menghukum dengan denda uang itu sudah sering dilakukan. Satya Nugraha, seorang mantan pengikut Eden, pernah berkomentar, bahwa Bunda Lia itu kerjanya ”jualan tuhan” dan ”jualan malaikat”. Karena banyak sekali kepentingan di dalam organisasi eden ”diselesaikan” melalui denda-denda seperti itu. Dan uang-uang dari denda itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari komunitasnya. Para pengikut yang membayar denda pun mengikhlaskan diri atas pembayarannya itu, dengan dalih “untuk kepentingan tuhan”.Pendedaan atas dosa biasanya bernada mengancam: akan mendapat tulah apabila tidak bersedia membayarnya. Denda-denda yang harus dibayarkan itu, di samping uang, kadang berupa peralatan dapur, perabot rumah tangga, peralatan musik, sound system, binatang piaraan, rumah, dan sebagainya.Maka tidak sedikit para anggotanya yang keluar dari komunitas tersebut, setelah hartanya habis-habisan untuk kepentingan eden. Keluarganya morat-marit gara-gara pendapatannya tidak lagi mencukupi kepentingan keluarganya. Meski diakui, ada saja yang masuk menjadi anggota baru

← Older posts

Buku-buku Eden

  • Teologi untuk Pancasila
  • Teori Segalanya dari Tuhan
  • Tuhan Menjawab Penelitian ‘Proving God’
  • Tuhan Menjelaskan Masa Depan Indonesia

Pertanyaan & Jawaban / FAQ

  • Pertanyaan yang Sering Diajukan ke Eden
  • Frequently Asked Questions (FAQ) to Eden

Newest Releases

  • Serumpun Ilmu Baru dari Tuhan akan Disampaikan oleh Ruhul Kudus
  • Dampak Perang Dunia Mengakibatkan Gejolak Kiamat Menjadi Lebih Parah
  • [Song] Pancasila Sakti
  • Berdoa Dipersonalkan, Tak Perlu Perantara, Pemberkatan Langsung dari Tuhan
  • Kitab Suci Surga adalah Kitab Kehidupan atau Ummul Kitab
  • Dunia Alam Ruh
  • Hukum Tuhan di Alam Ruh
  • Surga dan Neraka Itu Niscaya Teradakan di Dunia
  • Skema dan Penampang Jaringan Aliran Ruh Tuhan ke Seluruh Semesta
  • Ruh Tuhan

Releases by Year

  • 2022 Releases
  • 2021 Releases
  • 2020 Releases
  • 2019 Releases
  • 2018 Releases
  • 2017 Releases
  • 2016 Releases
  • 2015 Releases

Ruangan

  • Ruang Pengakuan Dosa
  • Ruang Berdoa
  • Ruang Kesaksian
  • Ruang Eksibisi Kemarahan
  • Ruang Penyelarasan

Visitors

  • 310,704 hits

Buku-buku Eden

  • Teologi untuk Pancasila
  • Teori Segalanya dari Tuhan
  • Tuhan Menjawab Penelitian ‘Proving God’
  • Tuhan Menjelaskan Masa Depan Indonesia

Our Social Media

YouTube Channel

Twitter

Facebook

Alamat / Address

Jl. Mahoni No.30
Bungur, Senen
Jakarta Pusat 10460 Indonesia

Telepon/Phone:
(+62 21) 424 7218

Email:
info@KomunitasEden.com

Follow Blog via Email

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 87 other subscribers

 

Loading Comments...