Tags

, , , , ,

Menulis itu bukan profesiku. Sebelum bertemu Jibril aku tak mengerti cara membuat puisi atau menulis artikel, apalagi menulis Pewahyuan. Arswendo Atmowiloto itu tahu benar aku tak bisa menulis. Tanya saja sama dia!

Dulu aku diminta oleh UI untuk membawakan makalah tentang narapidana wanita. Karena aku bingung bagaimana membuatnya, aku datangi Arswendo di Penjara Cipinang. Aku minta dibuatkan makalah dan puisi tentang narapidana wanita. Tapi dia minta padaku untuk membagikan kuesioner ke beberapa penjara wanita di Indonesia agar dia mempunyai gambaran tentang napi wanita. Untuk itu mudah bagiku, karena waktu itu aku kenal baik dengan Baharuddin Lopa. Aku telpon saja dia dan dia setuju, dan memudahkan aku membagikan kuesioner untuk para napi di lapas wanita Tangerang, Malang, dan Medan, sehingga aku dapat memenuhi janjiku kepada Arswendo.

Dan aku minta dibuatkan puisi sekalian untuk kubacakan di acara simposium itu. Aku masih ingat judul puisi yang dibuatkannya untukku, yaitu Surat Maryam untuk Anak-anaknya. Isinya tentang napi wanita bernama Maryam yang merindukan anak-anaknya. Judul itu rasanya sangat kebetulan untuk kujadikan sebagai pengait dengan takdirku kini. Karena aku dinyatakan Tuhan sebagai reinkarnasi Maryam dan juga aku pernah merasakan pemenjaraan. Sepertinya puisi Arswendo sudah mengesankan sebagai suratan takdirku. Tuhan bisa berpesan melalui apa saja, termasuk melalui puisi Arswendo yang dibuatnya tahun 1992.

Rasanya waktu itu aku berhasil membawakan makalahku di simposium itu. Tapi itu bukan karyaku, tapi karya Arswendo. Di sini aku mengakuinya ke publik supaya aku tak menyimpan guilty feeling atas hal itu. Apa-apa yang bukan hakku padahal aku sudah membacakannya ke publik, seakan akulah yang membuatnya. Maka pada kesempatan ini aku membuat pengakuan ke publik tentang hal tersebut supaya beres urusanku kepada Tuhan.

Demikianlah semenjak mengenal Jibril, aku bisa menulis Pewahyuan yang seharusnya baru bisa ditulis oleh orang yang mengerti dan menguasai tentang agama-agama dan kitab-kitab suci. Kupandangi semua kitab-kitab suci yang tebal-tebal itu dan yang sangat padat isinya, dengan perasaan nggak keruan-keruan. Maklum aku awam sekali atas hal tersebut. Dalam hati aku bertanya, apa aku bisa menjalani Amanat Tuhan yang maha berat ini tanpa pengetahuan apa-apa. Dan apa aku bisa belajar secara cepat untuk menguasai apa-apa yang harus kukuasai agar aku bisa memenuhi janjiku kepada Tuhan.

Tapi Tuhan memudahkan aku mempelajari esensi agama-agama. Kalau Tuhan sedang membahaskan sesuatu masalah yang harus kutuliskan dan Dia ingin merujukkan aku dengan Wahyu-wahyu-Nya yang terdahulu, maka aku diberi-Nya suatu kemudahan. Yaitu cukuplah aku berdoa kepada-Nya dan membuka kitab suci, dan aku disuruh-Nya membaca ayat pertama yang terpandang olehku. Dan itulah ayat yang dimaksudkan-Nya. Sungguh cara ini sangat memudahkanku mengenali dan mendalami Kewahyuan. Jawaban yang tepat dari ayat-ayat yang kuperoleh itu membuat aku tercengang dan sangat bersyukur karena sejak itu, kalau aku ragu dengan kata hatiku, aku langsung membuka Al Quran ataupun Injil. Sampai isi kedua Kitab Suci itu familiar di hatiku. Kemudian aku diajak Tuhan beranjak ke kitab suci yang lain, kitab suci Veda dan Dhammapada.

Demikian aku tak perlu panik belajar susah-susah dari nol. Karena aku terus-menerus dibimbing Tuhan untuk mengenali isi kitab-kitab suci tersebut dengan intens dengan cara seperti itu. Tapi menurut Tuhan, caraku itu boleh dimasyarakatkan. Makanya kusebutkan di sini, bahwa bila seseorang menghadapi masalah berat dan ingin mendapatkan Petunjuk Tuhan, cukuplah bertanya Tuhan melalui Kitab Suci-Nya. Kitab Suci semua agama adalah Wahyu-wahyu-Nya. Dan Tuhan sudah menyempurnakan Ayat-ayat Suci-Nya di setiap Kitab-kitab Suci itu, dan bisa menjadi petunjuk hidup bagi siapa pun.

Apa pun masalah Anda, berdoalah sambil memegang kitab suci agama keyakinanmu, setelah itu bukalah secara spontan halaman yang mana pun, dan pandangilah ayat pertama yang terpandang oleh Anda, dan itulah Jawaban Tuhan untukmu. Kemudahan mendapat petunjuk Tuhan melalui kitab-kitab suci-Nya adalah merupakan pertolongan dari-Nya. Karena sungguh saat ini sangat banyak fitnah, kebohongan dan manipulasi, hal itu menyebabkan semua langkah bisa meragukan. Kalau mengalami seperti itu, mintalah Petunjuk Tuhan melalui cara seperti itu. Semoga Anda dibimbing Tuhan, sebagaimana Dia membimbing aku.

Menurut Tuhan, Dia membolehkan aku menyampaikan hal ini ke masyarakat supaya semua orang kembali hanya memohon petunjuk dari-Nya semata. Maka itulah rahasiaku mengapa aku bisa percaya diri untuk menuliskan Wahyu-wahyu Tuhan. Adapun Tuhan itu niscaya mempunyai cara untuk mengembalikan Ketauhidan bagi semua umat beragama. Dan itulah salah satu caranya.

Sejak aku mengenal Jibril, kepribadianku berubah total. Aku justru jadi humoris. Senseku beranjak dari hanya merangkai bunga menjadi penulis. Bahkan aku bisa menulis puisi dan membimbing teman-teman di Eden membuat lagu. Liriknya didiktekan Jibril kepadaku dan kemudian Dunuk mengaransir lagunya. Venus dan Hejaz membuat musiknya. Arif dan Elfa juga sebisa-bisanya belajar membuat musik, dan sudah bisa juga. Jadi kami di Eden punya sense atau tidak, punya bakat atau tidak, bisa diarahkan menjadi orang yang terampil dan berbakat untuk sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh kami masing-masing. Asal mau suci saja!

Di penjara aku banyak menulis buku dan puisi dan catatan harian. Dan tentu saja, terutama adalah Wahyu-wahyu Tuhan. Terutama di Lapas Wanita Tangerang, aku banyak menuliskan Wahyu Tuhan yang sekarang menghiasi dinding ruangan balairung tempat pertemuan kami bila menghadap Tuhan.

Di Rutan Pondok Bambu, aku tak mengajarkan merangkai bunga kering, aku justru berkegiatan membaca puisi. Kubiasakan mereka menikmati puisi sambil kuiringi dengan sitar seapa adanya yang aku bisa.

He he he… aku ini sebenarnya nggak bisa main sitar, tapi di sini Tuhan membuatku bisa memainkan sitar dan lumayan untuk mengiringi aku membaca puisi, atau teman-teman napi bergantian membaca puisi-puisi yang kubuatkan untuk mereka, atau yang mereka buat sendiri. Bahkan aku membuat lomba membuat puisi. Hadiahnya sederhana, hanya penganan yang rada istimewa. Tapi mereka cukup bahagia dengan itu.

Aku melakukan kegiatan baca puisi ini sesungguhnya karena ingin mengalihkan dominasi dangdut di penjara. Entah mengapa aku jengkel kalau melihat mereka itu menyanyi dan menari dangdut yang erotis. Menurutku, dangdut erotis itu adalah pembusukan kebudayaan Indonesia. Tapi sekarang nampaknya sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia. Ah, sayang sekali!

Menurutku dangdut itu sungguh sudah sangat dominan di Indonesia, aku tak mungkin bisa menyurutkan hal itu, apalagi mengubahnya. Tapi kalau perempuan-perempuan Indonesia sadar, mereka harus menjaga kehormatan bangsa melalui kebudayaan yang murni dan yang berbudaya tinggi. Semoga saja keluhanku ini ada yang mau mendengarnya, dan mau meninggalkan kesenian dangdut yang erotis dan jelas telah mengakibatkan banyak mudarat.

Melihat koruptor-koruptor yang ditangkapi KPK, pada kenyataannya banyak yang berkencan dengan para penyanyi dangdut, dan mengalihkan pencucian uangnya ke artis-artis dangdut. Dan banyak penyanyi dangdut berebutan cintanya Freddy Budiman bandar narkoba, padahal dia sudah dua kali divonis hukuman mati, dan berebut cintanya Vicky Prasetyo. Duh, alangkah mereka tak menghargai kehormatan dirinya. Semoga Tuhan memberi kita petunjuk memulihkan harkat bangsa. It’s very stupid if women are willing to embrace a criminal.

“Harkat bangsa sedikitnya bisa melalui puisi yang ditinggikan
Nan, harkat dan moral bangsa bisa jatuh
hanya karena wanita tak menghargai kehormatannya.”