Menulis itu bukan profesiku. Sebelum bertemu Jibril aku tak mengerti cara membuat puisi atau menulis artikel, apalagi menulis Pewahyuan. Arswendo Atmowiloto itu tahu benar aku tak bisa menulis. Tanya saja sama dia!
Dulu aku diminta oleh UI untuk membawakan makalah tentang narapidana wanita. Karena aku bingung bagaimana membuatnya, aku datangi Arswendo di Penjara Cipinang. Aku minta dibuatkan makalah dan puisi tentang narapidana wanita. Tapi dia minta padaku untuk membagikan kuesioner ke beberapa penjara wanita di Indonesia agar dia mempunyai gambaran tentang napi wanita. Untuk itu mudah bagiku, karena waktu itu aku kenal baik dengan Baharuddin Lopa. Aku telpon saja dia dan dia setuju, dan memudahkan aku membagikan kuesioner untuk para napi di lapas wanita Tangerang, Malang, dan Medan, sehingga aku dapat memenuhi janjiku kepada Arswendo.
Continue reading →