Tags

, , , , , , , ,

[English Version]

Wahyu Tuhan

Teori Big Bang Masih Prematur

“Teori Big Bang sudah mapan karena dianggap teori itulah yang memberi penjelasan paling lengkap dan akurat, dan yang didukung metode ilmiah beserta pengamatannya. Dan segala bukti telah meyakinkan, menyebabkan Teori Big Bang diterima oleh seluruh masyarakat ilmiah. Dan model Big Bang dianggap sebagai titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal-muasal alam semesta.

Adapun data-data temuan ilmiah dan rumus-rumusnya tak salah, hanya saja belum lengkap, maka tidak bisa diakui sebagai suatu kebakuan. Sebab itulah Aku menyebutkan Teori Big Bang itu masih prematur.

George Lemaitre yang mengusulkan teori ledakan dahsyat sebagai penjelasan mengenai asal-usul alam semesta yang dia sebut hipotesis atom primeval. Dia adalah orang pertama yang mengusulkan teori perluasan jagad raya yang kini popular sebagai Teori Big Bang.

Teori homogenitas dan isotropi ruang mendukung Teori Big Bang yang bergantung pada teori Relativitas Umum Albert Einstein bahwa dapat dipastikan alam semesta berasal dari satu titik dentuman besar atau satu titik tunggal yang terpecah.

Maka dipahami sebagai teori yang akurat bahwa dentuman besar adalah satu-satunya teori yang dapat menjelaskan hal-ihwal meluasnya alam semesta dalam perguliran yang terus menerus.  Dan dari ledakan itu, pecahan-pecahannya kemudian menjadi planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi, asteroid dan lain sebagainya. Dan semuanya masih tetap bergerak akibat dari daya dorong dari ledakan pertama yang maha dahsyat, dan yang akan terus bergerak menjauhi pusat dari ledakan pertama.

Kalau seperti itu kekonkritan Teori Big Bang sebagai asal-muasal alam semesta, dan Aku ingin bertanya, bagaimana dan sampai di mana pengembangan semesta itu akan berakhir? Kalau segala sesuatu itu seharusnya ada limit-nya maupun kemaksimalannya, maka tentu akan ada keakhirannya. Dan kalau itu sesungguhnya sangat tak diharapkan, dan itu sesuai dengan lahiriah semesta, maka tentu ada Yang Maha Kuasa yang sanggup membatasinya.

Menurut hukum fisika yang diketahui bahwa bintang dan galaksi terus-menerus mengembang dan menjauhi satu sama lain, maka perguliran itu selamanya akan sampai kepada suatu ketentuan yang termaksimal. Dan bilamana sampai kepada ketentuan yang termaksimal, maka sampailah kepada suatu pembatasan. Dan apa pun pembatasannya, pada pengembangan alam semesta, sungguh adalah sesuatu yang harus dijelaskan.

Karena alam semesta tak diciptakan untuk mengalami keakhiran yang berujung untuk selama-lamanya sehingga musnah secara total dan takkan lagi pernah ada. Karena alam semesta itu adalah suatu wujud maha karya yang tak terhingga keleluasaannya, dan takdirnya adalah mutlak harus ada. Oleh karena itu, regulasi sistemnya juga mengikuti hukum reinkarnasi yang berkelangsungan.

Menurut Teori Big Bang yang tak memperhitungkan Kehadiran-Ku sebagai Tuhan Semesta Alam bahwa teori pengembangan semesta terus berkelangsungan, dan di dalam kelangsungannya belum disebutkan sampai seberapa jauh perkembangannya itu.

Maka kalau itu semua harus berakhir pada suatu ketermaksimalan dan keterpadatan, demi untuk memenuhi penalaran fisika dan astronomi, maka tentu harus ada teori bagaimana ketentuan kiamatnya seluruh alam semesta, ketika telah mencapai keseksamaan pengembangannya yang termaksimal dan yang terpadat. Sehingga benda-benda semesta itu sudah sebagai volume yang terpadat dan telah memenuhi ruangan seluruh semesta-semesta. Konsekuensinya, galaksi-galaksi akan saling bertabrakan, maka itu adalah konyol.

Bilamana kepadatan semesta itu harus diperhitungkan, alur teori itu pun harus memperhitungkan ruang yang juga harus terus berkembang, karena di dalam pengembangan semesta itu seharusnya ada ruang yang memampukan pergerakan pengembangan itu bisa teratur secara sistemik.

Karena kalau ruang itu kurang, terjadilah genosida semesta. Dapatkah dibayangkan betapa berbahayanya keadaan semacam itu? Semesta memakan semesta? Maka, perguliran kehidupan semesta berada dalam inisiasi protokoler yang maha agung, yang sesungguhnya terkait dengan keresmian pernyataan dari-Ku atas suatu kekiamatan.

Kekiamatan Black Hole dapat Kujadikan sebagai suatu perimbangan teori dari suatu kemaksimalan yang sampai kepada pembatasannya. Kerakusan Black Hole memangsa planet-planet dan bintang-bintang seakan tak ada kekuatan yang bisa menyudahinya.

Akankah Black Hole semakin membesar dan membesar, dan memakan apa saja benda semesta sehingga semesta memakan semesta? Cobalah pikirkan hal itu. Sesungguhnya para ahli telah mengetahui eksistensi Black Hole itu. Bayangkanlah bila raksasa semesta, pelahap benda-benda semesta itu tak mempunyai pembatas.

Sesungguhnya pembatas Black Hole itu ialah kepadatan energi yang menimbun di dalam dirinya sendiri. Dari pergolakan energi yang resah di dalam rahim Black Hole, itulah yang menghadirkan kekiamatan Black Hole.

Kalau perkembangan semesta itu harus diatur dan tak berjalan sendiri-sendiri, maka begitulah ada peranan Black Hole sebagai pemangsa benda-benda semesta yang renta dan yang akan meledak hancur menemui ajalnya.

Dan kalau Black Hole yang rakus itu harus dikendalikan, mengingat energinya maha kuat dan akan terus bertambah kuat sejalan dengan pertambahan energi dari mangsa-mangsanya, dengan begitu jangan sampai dia semena-mena memperturutkan keserakahannya, maka dia pun harus dibatasi usianya.

Demikian Teori Big Bang dapat disesuaikan. Teori Big Bang tak Kupungkiri sebagai teori pengembangan semesta, namun bukanlah sebagai keawalan semesta.

Dalam perkembangannya, ada persenjangan persepsi bahwa perilaku semesta tak mengacu kepada Kemahakuasaan-Ku, melainkan dipersepsikan keawalan semesta berasal dari suatu peristiwa ledakan besar, dan dari situlah semua berawal dan berkembang. Padahal, Aku menyatakan semesta itu sudah sedemikian adanya dan tak bermula dari suatu keawalan.

Aku ada sekaligus dengan keseluruhan benda-benda semesta. Dan Keberadaan-Ku bersama seluruh alam semesta dan benda-benda semesta di dalamnya adalah ada tanpa melalui keberawalan maupun keberakhiran. Dan hal itu tak bisa dipertanyakan karena adalah suatu Kemutlakan yang Maha Hakiki.

Otoritas-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Mencipta dan Maha Kuasa dapat Kupertanggungjawabkan melalui penjelasan yang Kumutlakkan ini. Bahwa Aku ada dengan segala ciptaan-Ku sejak dari awal dan tak akan pernah berakhir. Karena semua kehidupan, Aku-lah yang menciptakannya. Sedangkan Teori Big Bang tak mendasari hal itu.

Adapun Kunilai yang disebutkan sebagai bukti dari Teori Big Bang bahwa alam semesta berasal dari satu titik dentuman besar atau satu titik tunggal yang terpecah. Dan teori yang lain membuktikan radiasi yang tak bisa ditentukan dari mana sumbernya, tapi tersebar merata di seluruh alam semesta, dan itu merupakan sisa-sisa dari dentuman pecahan pembentukan alam semesta.

Adapun itu Kubenarkan bahwa ledakan besar itu telah menyebarkan sisa-sisa pecahan dentuman yang menyebar merata di seluruh alam semesta. Namun daripadanya, itu pulalah pembentukan awal reinkarnasi benda semesta. Dari kenyataan itu, dapat Kunyatakan sebagai teori Reinkarnasi Semesta.

Black Hole meledak dan semburan ledakannya itulah yang terolah menjadi keawalan benda-benda semesta lagi. Maka Teori Big Bang itu dapat Kupastikan sebagai hiperkondisinya Black Hole yang mengalami kiamatnya. Itulah Big Bang.

Semua benda semesta ada awalnya dan ada keakhirannya. Dan sang pengakhir benda-benda semesta itu adalah Black Hole. Tapi dia pun punya keakhiran. Ketika Black Hole meledak, pecahan-pecahannya menjadi cikal-bakal planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi, asteroid-asteroid dan lain-lainnya. Itulah hukum reinkarnasi semesta.

Sungguh Aku Maha Kuasa. Dan Kemahakuasaan-Ku mengendalikan segala kehidupan adalah melalui hukum reinkarnasi. Kekiamatan Black Hole yang Kunyatakan ini, kiranya dapat mengarahkan para saintis untuk melihat ilmu pengetahuan itu harus merujuk kepada satu hal, yaitu Kemahakuasaan-Ku atas segalanya dan Kemaharuhan-Ku untuk seluruh kehidupan.

Apakah semesta itu dilahirkan atau diciptakan? Kalau dilahirkan, ada yang melahirkan. Kalau diciptakan, ada yang menciptakannya. Aku membuatnya atau menciptakannya, jangan tanyakan itu. Supaya kamu tak terlalu banyak bertanya. Karena kalau Aku membuatnya nanti, kau bertanya lagi bagaimana Aku membuatnya.

Lalu kalau Aku mengatakan Aku menciptakannya, kamu pun bertanya lagi bagaimana Aku menciptakannya. Maka pahami sajalah kalau Aku ini Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Umat manusia boleh berteknologi setinggi apa pun, tapi jangan bertanya bagaimana Kemahakuasaan-Ku.  Karena manusia tak mampu mengikuti jalur  Akal-Ku Nan Maha Pencipta, bilamana manusia ingin mendangkalkan Kemahapenciptaan-Ku dan menyatakan teknologi manusia juga sudah bisa melakukan yang bisa dilakukan oleh Tuhan, sebagaimana akal komputer dan internet.

Dan Kukongkritkan alur akal manusia yang bisa melesatkan nuklirnya menjadi perusak alam yang utama, dan manusia pun kebingungan bagaimana menyudahi ancaman nuklir terhadap kehidupan umat manusia itu sendiri. Dan Aku mengirim Surga-Ku ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancurannya. Maka masihkah umat manusia itu mau berharap ada Tuhan bagi mereka? Atau lebih baik Kami membiarkan manusia menuntaskannya sendiri, tapi ada ISIS yang merancukan jihad dan kekejian. Terorisme seperti memanggang agama sehingga Aku harus turun tangan. Dan kala Aku turun tangan, jangan menafikan kebenaran yang Kuajarkan.

Adakah hal itu sulit dapat dibayangkan, bahwa bilamana Aku menyatakan Keterciptaan-Ku dan alam semesta-Ku tak ada yang menciptakannya. Aku adalah Tuhan, dan Tuhan itu adalah Aku. Betapapun Aku ini tak tercipta, tapi Yang Maha Mencipta. Yakinilah itu dan terimalah sebagai suatu keabsolutan yang tak terjamah.

Dalam Aku mengurusi segenap kehidupan alam semesta, Aku melingkupi seluruh benda-benda semesta itu di dalam Rahim-Ku yang berbentuk global dan juga berotasi. Adapun dinamika sistem alam semesta berbulat-bulat dan berotasi.

Gerakan merotasi yang simultan pada seluruh benda-benda semesta adalah merupakan gaya yang terbakukan secara mutlak, termasuk Peliputan-Ku atas seluruh alam semesta-alam semesta yang mengglobal.

Rotasi Keglobalan-Ku berada dalam lingkupan perhitungan yang termaha, namun tetap terukur oleh-Ku. Dari ketentuan itu, terdapat image perhitungan impulsif atau ekstra ledakan yang terbesar dan tak terhingga, tapi tetap berada di dalam Ketentuan-Ku yang pasti. Semua perhitungan tak ada yang tak terukur oleh-Ku, seberapa pun gemanya yang terdengar maupun yang tak terdengar. Demikian keimpulsifan getaran pun sangat terukur oleh-Ku, yang terkuat maupun yang terlemah.

Adapun dinamika sistem alam semesta itu berbulat-bulat dan berotasi. Dapat dibayangkan bahwa setiap penciptaan di alam semesta niscaya dimulai dengan satu titik. Titik itu bertemu dengan titik-titik yang lain. Partikel bermuatan positif dan partikel bermuatan negatif saling mengikat dan membentuk suatu unsur yang baru. Dan kemudian bersimultan dan berkembang sesuai dengan kepositifan yang terbentuk.

Maka semua benda di alam semesta terbentuk oleh beberapa unsur yang dominan dan yang reaktif positif. Dari kepositifan yang terbentuk, itu membedakan unsur yang satu dengan yang lainnya. Bentukan unsur-unsur yang saling tarik-menarik menjadi molekul dan menjadi benda. Demikian bentukan benda berada di dalam rotasi semesta.

Otomatisasi gerakan rotasi pada semua benda alam semesta, sesungguhnya terkait sempurna dengan Rotasi-Ku dan peranan Ruh-Ku sepenuhnya. Demikian dari Pernyataan-Ku bahwa Wujud-Ku merupakan bulatan yang maha besar, dan Keglobalan-Ku itu kekal berotasi.

Wujud Keglobalan-Ku dapat ditengarai melalui hasil terobosan memetakan alam semesta secara tiga dimensi oleh para astronom Inggris. Adapun para ilmuwan dari University Portsmouth membuat peta Two-Micron All-Sky Survey Redshift Survey (2MASS), yang membuat pemetaan mencakup jarak 380 juta tahun cahaya dan 45.000 galaksi.

Kalaupun Keglobalan Wujud-Ku itu belum dapat dipastikan oleh para ilmuwan, kini sudah Kupastikan, seraya menyebutkan bahwa Keglobalan-Ku itu Kuperumpamakan meliputi ratusan ribu kali lebih luas daripada yang telah terpetakan oleh para ahlinya.

Itulah maka salah satu sebutan Nama-Ku adalah ALLAHU AKBAR, Tuhan Yang Maha Besar. Demikian Kemahabesaran-Ku tak terukur dan kini sudah Kubayangkan betapa Kemahabesaran-Ku itu, maka sesungguhnya tiada Tuhan yang patut disembah selain Aku, Tuhan Yang Maha Besar. Maka jangan pula menyekutukan Aku dengan siapa pun atau dengan apa pun juga.

Adapun itu baru dapat dilengkapkan setelah masyarakat ilmuwan astronomi mencapai peradaban intergalaksi. Dan hal itu akan dipelajari bersama setelah Malaikat Jibril datang untuk menjelaskan tentang kesemestaan yang lebih jauh.

Kalau ingin mengetahui keawalan semesta, itu dapat Kuterangkan bahwa pembentukan alam semesta dimulai dengan mengisi ruang semesta dengan benda-benda yang memiliki unsur-unsur terpadu sesuai dengan ekosistemnya masing-masing. Dan jumlahnya sudah Kuperhitungkan tak bermasalah bilamana sampai kepada keklimaksannya dalam perhitungan yang tak terhingga.

Jadi, benda-benda alam semesta itu sudah ada cukup banyak ketika Kumulai, sesuai dengan kriteria sistem yang Kuadakan atas perguliran dan pengembangan semesta yang Kutetapkan. Di dalamnya, Kuadakan sistem reinkarnasi semesta agar pengembangannya takkan berlebihan dari estimasi yang Kubuat dan yang Kuadakan. Daripadanya, takkan dimungkinkan menjadi berlebihan dan keluar dari daya tampung Keglobalan-Ku.

Benda-benda alam semesta yang berotasi mengalami gaya sentrifugal dan gaya sentripetal. Hal ini dimaksudkan agar benda yang melakukan gerak melingkar berada dalam keadaan setimbang. Kalau teori ini dihubungkan dengan kevakuman di dalam suatu ruang global yang maha besar, dan kemudian Aku memulai menciptakan beberapa benda semesta  yang berbeda-beda dalam waktu yang sama untuk memenuhi kriteria sistem alam semesta nantinya, maka gaya sentrifugal dan sentripetal Kuperhitungkan secara akurat demi memenuhi kebutuhan keglobalan semesta yang terukur di dalam ukuran yang termaksimal.

Selayak ruang dengan ukuran tertentu yang diisi oleh dua benda yang terus mengembang akan penuh dengan sendirinya. Teori ini selangkah dari Teori Isotropi Ruang, yang berakibat bahwa ke arah mana pun pengukuran di dalam ruang dilakukan, hasil yang diperoleh tidak tergantung pada arah pengukuran ruang itu, apabila ruang itu sungguh maha membentang dengan tidak ada keterbatasan.

Bertumpu pada teori itu, maka Teori Big Bang yang terkait dengan pengembangan semesta harus ada limit kemaksimalannya.  Dan bilamana benda-benda semesta itu memadati ruang-ruang di semesta sehingga mencapai kuantitas yang terpadat, sehingga mengakibatkan seluruh benda-benda semesta di alam semesta ini gerah dan mengalami perubahan pola, menjadi ketidakteraturan semesta. Dan sampailah kepada kemaksimalannya yang akan mengakibatkan satu sama lain saling mempengaruhi dan terjadilah peledakan-peledakan. Terjadilah Big Bang-Big Bang di segala penjuru semesta. Begitulah peledakan itu akan menyeluruh sebagai rangkuman sistemik dari satu gerakan yang terukur maupun yang tak terukur.

Dan Kupastikan, tak ada kekiamatan yang akan meliputi seluruh alam semesta dan tak ada kekacauan dan huru-hara semesta yang tak bisa Kutangani. Di dalam konstruktivisme teori semacam itu, ada Aku, Tuhan Yang Maha Mencipta dan Maha Mengatur. Maka perhatikanlah dan pentingkanlah Kedaulatan-Ku yang mutlak itu.

Adapun yang lain, ingin Kuangkat Teori Relativitas Umum bahwa ihwal bagaimana ruang dan waktu dipengaruhi oleh kehadiran materi dan energi, dan bahwa setiap pergerakan apa pun di alam semesta memancarkan energi. Dan daripadanya invensi kebendaan yang menciptakan bobot dan massa dalam ruang yang menentukan pantauan pancaran energinya. Sesuai dengan teori bahwa partikel bermuatan bergerak, maka akan memancarkan energi.

Pengembangan alam semesta disertai pemancaran energi dan pembesaran bobot dan pemadatannya. Adapun pembesaran massa yang mengikat sehingga memakan ruang di alam semesta akan beregulasi, berkoneksitas dengan benda-benda alam semesta lainnya sesuai dengan idealifikasi keterhimpunan benda-benda semesta dalam gugus cluster galaksi. Maka semuanya itu akan sampai menjadi pemadatan alam semesta, dan pemancaran energinya semakin lama semakin kuat dan pula akan menjadi termaksimal.

Kalau sudah seperti itu, akan sampai ke mana ujungnya? Alam semesta akan hancur dan hilang lenyap karena meledak oleh kepadatannya yang penuh sesak? Lalu untuk apa semua itu kalau akan berakhir seperti itu? Untuk apa semua itu diadakan?

Adapun ketermaksimalan yang di luar daya tampung tersebut, kalau itu dimungkinkan ada, dan Kusebutkan itu sebagai kegerahan semesta yang akan memicu kiamatnya seluruh alam semesta. Maka pahamilah itu bahwa kehidupan sistem alam semesta niscaya ada yang mengaturnya.

Pergerakan pengembangan benda-benda semesta yang masif diperlukan ruang yang tak terbatas. Dan pergerakan rotasi akan kian terbatasi oleh akumulasi bobot benda-benda semesta yang memadat, demikianpun kepadatan benda-benda semesta yang semakin akan mempersempit ruang. Maka sampailah kepadatan itu tak memungkinkan lagi adanya ruang untuk gerak dan kesimultanan pelepasan energi yang saling mengikat dalam menerapkan kebersamaan yang serasi di alam semesta.

Nun, lengkungan ruang dan waktu dan pemadatan benda-benda semesta takkan bersinergi serasi lagi, bilamana pelepasan energi masing-masing benda semesta semakin menguat sehingga interaksi terpadu akan mengakibatkan Big Bang-Big Bang, dan semua itu niscaya berlaku secara sistemik.

Ketika semua itu akan sampai pada kemaksimalan dari ruang ketakterhinggaan semesta, maka diperlukan suatu liputan global yang meliputi semuanya. Sehingga semua interaksi yang heterogen, semua mendapat ruang yang semestinya. Kalau tak ada yang membatasi seperti itu, kualifikasi sistem dan mekanisme keinternalan global tak bisa diadakan untuk mengatur sistem yang meliputi seluruh sistem yang bergerak dan saling berinteraksi di alam semesta-alam semesta.

Maka harus ada suatu keliputan yang terpusat sebagai penggerak mekanisme alam semesta. Dan itu adalah melalui aliran Ruh-Ku ke seluruh alam semesta. Dapatkah para ahli membayangkan dan menghitung hal itu bahwa pengembangan benda-benda semesta itu niscaya ada batasannya? Dan batasannya itu ada dalam Teori Reinkarnasi Semesta.

Teori itu membuat pengembangan semesta berpembatas. Karena dari keawalan, suatu benda semesta akan berkembang sampai kepada titik kemaksimalannya dan kemudian menemui keakhirannya. Dari keakhirannya, unsur-unsur benda-benda semesta itu akan bergabung kembali dan menciptakan wujudnya, sesuai dengan sifat unsur-unsurnya yang tergabung. Dan kemudian kembali dari awal dan seterusnya.

Demikian kefungsian Black Hole di semesta. Black Hole seperti vacuum cleaner semesta. Ia bagaikan setan jalanan semesta yang selalu sigap menerkam mangsanya.

Lubang hitam yang melengkungkan ruang dan waktu hingga derajat tertentu sehingga tidak ada satu pun yang bisa lolos dari dalamnya walau cahaya sekalipun. Namun, juga akan sampai kepada kekenyangannya yang termaksimal dan usia yang tak bisa dipertahankan lagi  sehingga mengakibatkan kekiamatan juga dialami oleh Black Hole. Demikian unsur-unsur pecahan dari ledakan Black Hole menciptakan lagi suatu keawalan.

Kalau itu mau dinyatakan sebagai suatu sistem yang mekanismenya sudah dimiliki oleh kecerdasan semesta itu sendiri, sungguh kecerdasan semesta bilamana ingin diadakan sebagai suatu teori lagi, berarti setiap benda semesta mempunyai kecerdasannya sendiri-sendiri dan meluruh dengan memberlarutkan mekanisme yang mereka miliki sendiri-sendiri, tanpa mau memperhitungkan keserasiannya dengan benda-benda semesta yang lainnya. Dan akan dimungkinkan memunculkan suatu teori, yaitu keegoan pada setiap benda semesta karena setiap benda yang lainnya pun mempunyai kecerdasan sendiri-sendiri dengan mekanismenya sendiri-sendiri. Maka jadilah ruang semesta ini sebagai lahan pertarungan karena adanya kepentingan dan ’keegoan’ masing-masing yang hanya bisa dinyatakan melalui keadaan anomali semesta. Menganggap adanya kecerdasan semesta tak merugikan siapa pun, tapi Kunyatakan anggapan itu tak menghasilkan apa-apa.

Dan kejanggalan atas pemahaman itu sudah Kuekspresikan sekarang ini. Bahwa sesungguhnya kecerdasan semesta adalah karena keliputan lintasan sistem dan mekanismenya, itu sudah Kuadakan sejak penciptaannya. Dan rangkaian kaleidoskopis kealamsemestaannya sudah tertata dan beraturan sesuai dengan hukum alam yang Kuciptakan, dan sesuai  dengan strata ilmu fisika dan astronomi.

Dan apabila Aku menanggapi pemikiran bahwa benda semesta mempunyai kecerdasan sendiri, dan apabila suatu benda semesta itu akan punah, akankah benda semesta dapat memulihkan kembali keadaannya melalui kecerdasannya sendiri sehingga dia tak perlu punah?

Maka janggallah suatu temuan bilamana tak menghadirkan penghayatan ilmunya itu melalui  pemikiran bebas yang tak lepas dari konstruktivisme kesemestaan yang komprehensif, sejalan dengan pemikiran Keilahian yang hakiki. Karena pemikiran bebas yang merdeka akan berkembang kepada suatu kemuskilan yang tak bisa berjawab. Dan bilamana bertahan tak ingin sejalur dengan jalur spiritual semesta, demikian teori itu menjadi tak berguna.

Seperti teori benda semesta mempunyai kecerdasan sendiri. Itu Kualirkan melalui pemikiran yang antagonis sehingga sampai kepada hipotesa semesta memakan semesta. Lalu untuk apa semesta dan segenap isinya itu diadakan, kalau dapat diperhitungkan keberakhirannya? Teori Big Bang belum memperhitungkan keseksamaan sistem dalam rotasi Keglobalan-Ku dan peranan Ruh-Ku yang Kualirkan ke seluruh ciptaan-Ku, yang menjadikan energi kehidupan untuk semuanya.

Bilamana ada suatu bumi yang sedang berproses kiamat seperti bumi ini saja, kehidupan seluruh makhluk di bumi ini mengalami kekacauan fatal dan kebinasaan, demikian pun bisa berdampak kepada tatanan tata suryanya. Walaupun kekiamatan itu adalah suatu fakta yang teradakan sebagai suatu final system yang merupakan bagian dari sistem pembaharuan semesta, tapi hal itu berbatasan dengan kehidupan komunal seluruh benda-benda alam semesta yang ada. Anggap saja itu peristiwa incidentally internal tata surya. Namun, tidak sampai berefek domino sampai mengakibatkan kekiamatan galaksi atau semesta. Sebab ada Aku yang akan mengendalikan anomali yang terjadi di semesta seperti halnya Upaya-Ku menyelamatkan penduduk bumi ini dengan mengaktifkan kegunaan bumi yang lain, yang masih lengang.

Dengan demikian, bumi yang berproses kiamat ini bisa tertolong dan tak perlu meledak hancur semuanya dan penghuninya dapat Kuselamatkan untuk mengisi bumi yang lain yang masih lengang. Dengan mengenali Cara-Ku mengurusi alam semesta dan makhluk-makhluk hidup di dalamnya, kiranya hal tersebut dapat menjadikan umat manusia masih membutuhkan Tuhan.

Betapa kehancuran semesta itu tak ada yang menginginkannya. Maka diperlukan kuasa yang termaha kuasa, yang sanggup memikirkan sistem dan mekanisme dari segala hal yang ada di alam semesta. Kalau nyatanya kecerdasan semesta itu sesungguhnya tak dimiliki, melainkan Ruh-Ku-lah yang bekerja mengatur sistem semesta, itulah kecerdasan semesta!

Demikianlah harus ada yang sanggup dan Yang Maha Kuasa mengatur segalanya. Karena bila tak ada yang mengaturnya dan yang menyelenggarakan mekanisme sistem kehidupan alam semesta, niscaya kekekalan alam semesta itu ada mekanismenya.

Kalaupun Ketentuan-Ku itu tak mau diakui karena pada kenyataannya ada saja perhitungan-perhitungan logika manusia yang mandiri terhadap ilmunya atau temuannya, dan pengertian tentang keawalan semesta yang tak berkaitan dengan kekiamatan semesta, padahal ketersesuaian kedua hal itu ialah keawalan dan keakhiran, itu harus ada. Demikian, Aku mengumpamakan hipotesa semesta memakan semesta supaya diperhatikan bahwa anekdot-anekdot tentang penciptaan semesta terlalu bersifat lahiriah, tak disertai penekanan arti Kemahakuasaan-Ku.

Kecerdasan semesta tak lahiriah karena Aku memberinya ruh dan menetapkan jenis ruhnya masing-masing. Kalau itu mau disebutkan sebagai kecerdasan semesta, tapi Aku menyatakan bahwa karena benda-benda semesta itu Kuberikan Ruh-Ku, maka tak ada konsekuensi suatu keawalan semesta yang akan berakhir pada kekiamatan atau keberakhiran semesta. Yang ada ialah hanya keberakhiran individu benda-benda semesta yang bergulir dalam hukum regulasi ruh semesta dan hukum reinkarnasi semesta.

Seandainya Penjelasan-Ku ini tak Kuadakan, maka ketidakseksamaan itu akan menjadi penilaian ketidaksempurnaan-Ku dalam mencipta. Aku adalah Tuhan Yang Tak Punya Awal dan Takkan Pernah Berakhir. Tapi Aku-lah Tuhan Yang Maha Benar dan Maha Menciptakan.

Demi menafikan ketidaksempurnaan Teori Big Bang di masyarakat ilmuwan, Aku mendatangkan Surga dari langit dan menghadirkan Malaikat Jibril mengurapi Lia Eden dan Kufungsikan sebagai perantara pembaharuan ilmu pengetahuan. Jadikanlah Ulasan-Ku ini sebagai superior wisdom and knowledge dari langit yang Kujadikan melalui Lia Eden.”

Disampaikan oleh: Malaikat Jibril Ruhul Kudus

Ditulis oleh: Lia Eden