Penghematan biaya tak hanya melalui penyederhanaan ritual peribadatan, melainkan terdapat penyatuan hari raya keagamaan. Hari Tuhan, yaitu adalah hari raya keagamaan itu dipusatkan semata-mata pada awal Tahun Baru, yaitu tanggal 1 Januari, yang selama ini sudah dirayakan oleh seluruh penduduk dunia secara universal.
Menyambut hari datangnya Tahun Baru disebutkan sebagai Hari Tuhan, supaya seluruh umat manusia bersembah takzim pada saat itu, untuk merayakan penantian Firman-firman Tuhan yang akan turun menyertai perayaan penantian awal Tahun Baru.
Adapun pemfokusan penyelenggaraan hari raya bagi seluruh umat pada awal tahun tersebut, dengan sendirinya mengeliminasi seluruh perayaan-perayaan keagamaan yang lainnya.
Dan dengan sendirinya, pemfokusan tersebut dapat mengurangi banyaknya hari-hari libur keagamaan dari berbagai agama yang berkepanjangan, dan yang memberi dampak pada perekonomian, seperti halnya inflasi karena kenaikan harga-harga pada setiap masa-masa menjelang hari raya besar keagamaan. Dan demikian pula telah mengakibatkan pengurangan produktivitas karena banyaknya hari-hari libur yang berkepanjangan.
Dan dapat mengurai segala masalah yang berkenaan dengan arus deras pulang mudik. Sesungguhnya kegembiraan menikmati hari raya keagamaan dan menikmati hari libur panjang telah menjadikan semua orang memaksakan diri untuk tampil lebih baik dalam menampilkan kesuksesannya.
Pulang mudik pun menjadi ajang pamer kesuksesan atau yang dipaksakan sebagai kesuksesan. Dan kemudian hal itu memberi dampak meruyaknya kejahatan pada saat-saat menjelang hari raya besar tersebut.