Wahyu Tuhan tentang Bagaimana Tuhan Menurunkan Agama-agama

Semua agama adalah ajaran yang bijaksana, luhur dan yang tertuntun dari-Ku. Dan kalau Aku menurunkan Wahyu-Ku kepada Utusan-Ku masing-masing agama, Kuejakan ajaran-Ku itu melalui kalimat-kalimat yang bijaksana dalam bahasa masing-masing Utusan-Ku.

Dan Aku menyampaikan itu sambil mengangkat kultur mereka yang dapat disesuaikan dengan ajaran yang ingin Kuadakan untuk mereka, supaya bisa seirama dengan ajaran-Ku. Biasanya, Aku mengangkat kerohanian mereka untuk Kuarahkan melakukan kebajikan di antara sesamanya. Dan Kupesankan agar menjauhi dosa dan kejahatan, dan Kuanjurkan untuk saling mengasihi dan memberi kepada sesama.

Dari sana, Aku mengajaknya untuk menjalin kasih dengan Tuhan, supaya mereka berketuhanan. Sampai di sini, dia masih mengira Aku adalah ruh leluhurnya atau salah satu dewanya, sehingga komunikasi Kami itu belum bisa dipertemukan secara utuh. Tapi, Utusan-Ku itu selalu terhenyak bila Kuadakan simulasi Keilahian-Ku saat dia bertapa atau sedang merenung hikmat, mencari apa yang paling dapat dinikmati dari suatu ketiadaan.

Hati sanubari setiap orang niscaya selalu mencari keberadaan Tuhan. Itu sudah fitrah manusia, karena setiap manusia itu Kuberikan Ruh-Ku. Jadi, ruh setiap orang itu niscaya berasal dari-Ku dan itu merupakan bagian dari Ruh-Ku. Jadi, secara fitrah dan lahiriah, umat manusia niscaya ingin berketuhanan. Namun sayangnya, ada saja pengkiblatan yang mengarahkan kepada pemberhalaan maupun pengkultusan terhadap ruh-ruh dan makhluk lain.

Begitulah ketika Kudapati suatu kaum yang ingin berketuhanan tapi tak tahu caranya, sehingga mereka hanya bisa memandangi langit dan berkata-kata dengan langit dalam bahasa doa, demikian Aku mulai menggetarkan hatinya untuk fokus mendengarkan frekuensi suara-Ku. Namun sayangnya, getaran suara-Ku itu masih dianggap sebagai suara ruh leluhurnya, atau suara pohon yang dikeramatkan olehnya. Maka sesungguhnya mengajari umat manusia pribumi itu memerlukan waktu untuk mengenali Ketuhanan Yang Maha Esa.

Begitulah Pewahyuan-Ku itu memerlukan waktu untuk diimani dan dipercaya. Karena selalu saja suara gaib itu selalu disangka berasal dari apa-apa yang sudah diakrabi oleh mereka, sekalipun yang didengar mereka adalah Pewahyuan-Ku. Jadi, Akulah yang harus selalu berusaha menyesuaikan karakter demi karakter dari apa-apa yang diyakini mereka, sebelum Aku berhasil membawanya ke jalan spiritual yang lebih lapang.

Memperkenalkan ruh agama memang selalu seperti itu, selalu tersendat oleh keyakinan leluhur. Ketika Aku belum cukup waktu untuk membuatnya berhikmat kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketakjubannya terhadap Pewahyuan-Ku kepadanya menjadi surut ketika Aku sudah mulai menyebutkan sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya yang lama.

Demikian Aku mengulur waktu dengan memberikannya pewahyuan yang berdimensi filsafat. Dan itu baginya lebih natural dan bisa diterima oleh masyarakatnya. Dan ketika keberhasilan Utusan-Ku itu hanya bisa sampai di situ saja, yah apa boleh buat, yang diterimanya pun hanya sampai di situ saja.

Demikian itulah yang membuat beberapa tokoh-tokoh spiritual diterima oleh masyarakatnya karena senang dengan ajaran filsafat yang diucapkan olehnya. Demikian orang-orang yang mengalami kontak batin dengan-Ku untuk beberapa waktu lamanya, mereka pun menjadi filsuf kenamaan. Dan ajaran filsafatnyalah yang tertanam menjadi ajaran agama di kalangannya. Demikian agama Buddha, Konghucu, Tao, Zen, Shinto dan yang sejenisnya.

Walaupun demikian, ajaran filsafat yang diikuti secara turun-temurun betapapun juga cukup memadai untuk memelihara perilaku baik di umatnya. Demikian keimanan dan keluhuran Kuajarkan kepada masing-masing Utusan-Ku untuk memperbaiki adab dan kultur dan budaya bangsanya. Dan ajaran-Ku selalu Kuturunkan bila Aku melihat di suatu bangsa terdapat kejahiliahan dan kebiadaban.

Demikian ajaran agama Kuturunkan pada masa yang berbeda-beda dan kepada rasul yang berbeda-beda, karena tak mungkin Aku hanya menurunkan satu macam agama di dunia. Betapapun kebiasaan suatu bangsa itu berbeda dengan bangsa yang lain. Demikian pun adab, kultur serta budayanya dan bahasanya.

Jadi, apakah Aku salah menurunkan banyak agama di Bumi ini? Padahal sesungguhnya Aku pun lebih suka bila Aku hanya menurunkan satu agama saja. Betapa Bumi ini sangat luas dan wilayah-wilayahnya sudah dihuni oleh bangsa-bangsa yang berbeda, berbeda-beda bahasa, kultur dan budaya. Dan mereka sudah memiliki kepercayaan leluhur yang masih harus Kuluruskan.

Kitab Suci Al Quran Surat Al Maidah ayat 48:

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَـٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَـٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Dan Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”

Begitulah yang Kami katakan kepada Muhammad yang telah Kami turunkan Al Quran kepadanya, yang memberikan pengajaran yang benar dan yang membenarkan kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya.

Maka sesungguhnya Aku sudah mencantumkan ayat ini di Al Quran agar umat Islam membenarkan kitab-kitab suci yang sebelumnya dan membenarkan ajaran agama-agama yang lain, sebelum umat Islam tampil menyombongkan agamanyalah yang terbenar di antara semua agama yang ada di dunia.

Sungguh umat Islam garis keras harus membaca ayat ini kembali, agar mereka mempertimbangkan langkah mereka dengan hati-hati. Dan bila mereka ingin memutuskan perkara, seharusnya yang diperturutkan adalah ajaran-Ku dan jangan mengikuti keinginan yang meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Siapa pun yang memulai mengegokan agamanya, demikian dia telah memulai pengkotak-kotakan agama.

Dan apabila kesalahan itu harus Kuingatkan, maka Kunyatakan bahwa tulah menyombongkan agamanya adalah penistaan atas agamanya dan perpecahbelahan atas agamanya. Begitulah umat Islam kini saling menistakan dan saling memfitnah satu sama lainnya, sedangkan mereka juga sudah terkotak-kotak dalam mazhab-mazhab dan sekte. Demikian konflik agama sulit dihindarkan.

Namun, Kuingatkan kembali tentang ayat suci ini, bahwa:

“Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”

Tak baik kalau Aku menyatakan Penyatuan Semua Agama itu karena disebabkan oleh kesalahan umat Islam saja, sedangkan semua umat beragama yang lainnya pun telah pula membuat menyimpang agamanya masing-masing. Betapa umat Kristen sudah menuhankan Yesus, umat Katolik menyatukan Tuhan dengan Yesus dan Roh Kudus, sedangkan umat Buddha menuhankan Buddha Gautama, Hindu menuhankan Khrisna.

Penuhanan atas para rasul dan nabi sudah lancung seperti nasi yang sudah menjadi bubur. Ajaran tauhid pun sudah luntur karenanya, dan sebab itulah mereka semua tergelincir bercenderung kepada kekuatan mistik.

Dan itu sudah merupakan ketentuan hukum-Ku, bahwa siapa-siapa yang menduakan Aku dengan Rasul-Ku sendiri, padahal mereka tahu bahwa Aku Tuhan Yang Maha Esa, demikian Aku membiarkan mereka tertipu oleh fatamorgana kekuatan mistik yang menyesatkan.

Mereka gembira memiliki kekuatan gaib yang menakjubkan, tapi mereka sudah berjalan di jalan yang sesat. Betapapun pengkultusan terhadap Nabi dan Rasul-Ku itu terlarang. Dan beginilah akibatnya, agama tauhid pun menyimpang. Betapapun pintu penyimpangan itu adalah pengkhianatan terhadap ajaran tauhid-Ku. Kamulah yang memulai mengubah ajaran-Ku, maka kamu pun menyesatkan dirimu sendiri.

Betapa di akhir zaman ini, semua umat itu seperti berlomba-lomba mencari kesaktian, maka mereka memburunya dengan melakukan ritual-ritual yang khusus untuk itu. Maka semua umat beragama pun sudah terlibat jauh dengan mistik dan sihir, karena mereka suka membuat keajaiban yang menggunakan kekuatan gaib, karena itu merupakan suatu kebanggaan dan menjadi agunan untuk kekuasaan.

Di akhir zaman ini kebutuhan orang kepada kekuatan mistik sudah merata pada semua lapisan masyarakat. Seakan itulah yang bisa memenuhi segala hasrat secara instan dan pasti berhasil. Demikian bantuan alam ruh menjadi kebutuhan semua orang yang menginginkan mengatasi persoalannya atau yang menginginkan kekuasaan. Demikian masyarakat modern ini kembali primordial karena kebutuhan atas mistik itu. Di lain sisi, agama sudah amburadul tak berketentuan karena penyimpangan dan kesesatannya.

Tapi di lain sisi, cukup banyak yang menginginkan penjernihan agama-agama ataupun kerohanian. Dan mereka yang sadar itu, tak mendapat tempat di golongan mainstream yang tak tahu kalau mereka sudah tersesat. Mereka mengira mereka adalah orang-orang yang paling beriman, sehingga mereka menggalang umat sebanyak-banyaknya dengan mengadakan ritual-ritual yang semakin hari semakin kental mengarah kepada kemusyrikan, karena yang dipertontonkannya dan yang dibanggakannya adalah kekuatan mistik dan kedigjayaan. Dan semua pengikutnya pun takjub dan mereka beramai-ramai mencari kesaktian mistik juga.

Kongkritnya, setiap orang yang mempunyai kekuatan mistik pun menjadi berpengaruh dan disegani, tren itulah yang membuat agama luruh ke dalam segala penyimpangannya. Betapapun gejala itu sudah ditandai dengan kegemaran melafalkan zikiran dengan ayat-ayat tertentu dan tujuan tertentu. Yang dimulai dengan pengkondisian alternatif kemakbulan doa, dan jin pun tak mau membuang waktu mendapati tren itu.

Demikian jalan pintas itu pun menjadi lazim dan tak dianggap pelanggaran hukum Tuhan. Demikian komunikasi dengan jin pun mengalami islamisasi, semua jin pun dianggap sebagai jin muslim. Padahal, di dunia alam ruh tak ada agama. Itu perlu diketahui bahwa agama hanya ada di dunia manusia. Betapapun di alam akhirat, seluruh makhluk ruh tak ada yang bershalat dan mengaji atau bersuci ke tanah Mekkah.

Kalau umat Islam mau melihat itu, untuk apa lagi mencari khadam jin muslim, bahkan banyak yang mencari khadam jin di tanah Mekkah. Dan di sana pun banyak orang yang bisa dihubungi untuk melakukan transaksi perdagangan jin muslim. Maka banyak umat Islam yang pergi bersuci di tanah Mekkah membawa oleh-oleh jin muslim. Lalu jinnya pun disebut syekh dan namanya pun bernama khas Arab.

Dan setelah itu, orang tersebut pulang dengan jinnya itu yang juga sudah berklasifikasi jin muslim super atau tidak super, terpulang dengan harga dan mahar yang ditebuskan untuk jin itu. Jin super niscaya bisa mengaji dan fasih berbahasa Arab. Demikian klasifikasinya. Dunia jin muslim pun membuka pasar gelap di musim haji dan umrah. Kalau sudah seperti itu pada kenyataannya, maukah umat Islam mengakui tentang hal itu? Karena Akulah yang menyuruh Lia Eden menuliskannya, padahal dia tak tahu-menahu tentang hal itu.

Adapun kalau dunia mistik itu sudah bercampur baur dengan dunia perdagangan, apalagi yang mau dibahaskan oleh umat Islam yang baru pulang dari berhaji? Oleh-oleh dari tanah suci apalagi yang bisa diandalkan sebagai oleh-oleh andalan, betapa transaksi jual beli jin itu lebih mahal dari membeli perhiasan emas di tanah suci. Maka diperlukan pelurusan logika, supaya serikat logika bermistik tidak ambles sama sekali ke dalam jurang kemusyrikan.

Begitulah Surga yang sesungguhnya memiliki kekuatan mistik yang paling unggul di dunia, sama sekali di dalamnya tak ada ritual mistik dan tak Kuperkenalkan kepada Kerasulan Eden, trik-trik mistik yang lazim maupun yang tak lazim. Mereka semua Kujauhkan dari ilmu pengetahuan mistik, sehingga mereka tak paham bagaimana memberlakukan komunikasi mistik dengan jin, yang biasa maupun yang luar biasa.

Naturalisasi spiritualisme pun dibutuhkan oleh orang-orang yang tidak bersedia terlibat dalam kemusyrikan dan kesesatan itu. Di antara mereka itu niscaya masih ada yang tetap ingin beriman lurus kepada ajaran agama yang murni, tetapi mereka tak mau bercampur aduk dengan orang-orang yang sedang bereuforia dengan mistik. Kemudian mereka mencari spiritualisme baru, dan muncullah motivator-motivator yang berpandangan universal.

Tapi mereka tak punya otoritas untuk menyatukan semua agama, mereka hanya meramu ajaran moral dan etika. Itulah jalan kebenaran tanpa melibatkan agama yang terkotak-kotak. Namun, dari sana ada peluang jalan menuju Penyatuan Semua Agama.

Begitulah, kemajemukan spiritualisme baru di dunia sesungguhnya sudah membentuk kutub sendiri-sendiri, namun pada umumnya mereka terarah oleh pencerahan yang Kami adakan. Dan tentulah kondisi spiritualisme baru di dunia ini sengaja Kami arahkan ke sana, yaitu ke kutub bebas agama, dan dari sana ada jalan menuju ke Penyatuan Semua Agama.

Betapapun sampai saat ini semua motivator memberi peluang tetap beragama dengan agama masing-masing. Dan tentunya kondisi itulah yang terbaik dibandingkan pengkotak-kotakan agama dan konflik agama.

Betapapun pendeklarasian sebagai agama baru itu menjadi tak mudah, karena Aku sendirilah yang tak memberi peluang atas hal tersebut. Demikian para motivator itu selalu berbicara tentang cinta kasih bagi sesama dan perdamaian. Adapun pembentukan tata kerohanian yang baru cukup berhasil dilakukan oleh para motivator tersebut.

Maka bermunculanlah motivator-motivator besar di dunia sebagaimana New Age berkembang meluas mendunia dengan menggunakan istilah-istilah sains teologi atau futuristik teologi, karena yang mereka bicarakan adalah teknologi baru yang lekat dengan keseharian mereka. Dan dengan pengetahuan teknologi itu, mereka menginginkan spiritual baru yang sesuai dengan modernitas kultur dan bahasa mereka yang juga berkembang pesat. Dan ketenteraman pun mereka dapatkan di tengah kesibukan mereka berkarya dengan teknologi, sehingga semua itu berhasil mengumpulkan orang-orang yang ingin netral.

Sesungguhnya panggilan jiwa semua orang yang hidup berbangsa-bangsa itu sama, dan itu sama-sama mencari hakikat Ketuhanan. Betapa itu berasal dari pemberian Ruh-Ku kepada semua orang di dunia. Maka di dalam setiap jiwa orang-orang di dunia itu, niscaya ada keyakinan bahwa Tuhan itu ada, yang bisa memberkati dan menolong bila mereka susah.

Tentu saja ada pengecualian, yaitu orang yang terlalu percaya diri sehingga mereka menjadi atheis. Hanya golongan merekalah yang tidak mencari Tuhan. Tak apalah, karena semua orang bebas memilih cara kehidupan mereka masing-masing. Betapa ketika peranan Tuhan belum diketahui oleh umat manusia, demikian niscaya mereka masih hidup terbelakang.

Demikian di zaman purba, umat manusia mencari Tuhan sekenanya. Dan ketika ada orang yang mencari Tuhan dengan bersungguh-sungguh bersemedi, mencari jati diri yang menginginkan keterhubungan dengan Tuhan, demikian Aku menyambutnya dan menjadikannya Utusan-Ku. Maka terciptalah ajaran agama olehnya di lingkungannya. Dan tersesuaikanlah ajaran-Ku itu dengan adat-istiadat leluhurnya.

Demikian Aku selalu menyesuaikan kultur yang sudah tertanam mengakar kuat pada Utusan-Ku dan kaumnya, dengan memberikannya alternatif toleransi. Sebagaimana Kuperkenankan Muhammad menyampaikan toleransi-Ku terhadap kebiasaan laki-laki Arab memiliki istri banyak dengan pembatasan toleransi yang memperbolehkan seorang laki-laki hanya bisa memperistrikan empat istri saja. Kultur poligami di kalangan bangsa Arab sesungguhnya tak bisa dikurangi. Sulit nian meminta bangsa Arab untuk menganut monogami, maka batas toleransi Kusepakati boleh berpoligami sebatas empat istri.

Dan apakah itu cukup? Ternyata tidak cukup. Mereka masih bermaksiat dengan banyak perempuan yang bisa dibayar. Dan apakah itu belum cukup? Bukan begitu pertanyaannya, karena kalau pertanyaan itu mau dijawab, niscaya jawabannya adalah belum cukup juga.

Demikian emansipasi perempuan harus Kubangkitkan langsung melalui ajaran-Ku yang termutakhir ini. Demikian Utusan-Ku Kuambil dari kalangan umat Islam. Dan jadilah Aku memilih Lia Eden sebagai Utusan-Ku. Betapa sesungguhnya poligami itu selalu menjadi sumber masalah keluarga, dan itu tak baik. Tapi bayangkanlah betapa meminimalisir istri dari puluhan hanya sisa empat saja, itu sungguh tak mudah. Begitulah Kuibaratkan susahnya mengubah kultur dan karakter bangsa Arab.

Sedangkan kepada bangsa yang lain, yang cukup sulit untuk mengubahnya adalah keyakinan kuno, yang mana keyakinan itu sudah baku sepenuhnya, sebagaimana penyembahan terhadap leluhur dan para dewa. Betapa ajaran-Ku itu bila berlawanan sama sekali dengan keyakinan spiritual leluhurnya, maka hal itu akan bertentangan dengan Utusan-Ku yang Kuadakan untuk mengubah struktur peribadatan kuno itu.

Sosialisasinya sungguh sulit dan selalu mampat, demikian hingga kini, masih saja ada umat atau bangsa atau suku-suku yang masih menyembah leluhurnya beserta para dewa yang diyakininya sebagai pelindung mereka. Padahal di zaman modern, logika spiritual itu harusnya sudah mengikuti zaman yang sudah berteknologi tinggi.

Maka sesungguhnya konotasi terhadap adanya tuhan yang banyak itu bisa dimisalkan sebagai pasar yang tinggal memilih tuhan mana yang disukai. Kalau pengandaian ini bisa dipahami secara dangkal saja, kiranya itu akan membuka korelasi membengkaknya beraneka macam mazhab-mazhab yang tak bisa terhitung lagi.

Sebagai perbandingan, dengan satu Tuhan saja, umat bisa terpecah belah oleh macam-macam mazhab dan sekte. Bukankah begitu? Kalau Tuhan itu ditandai suka membagi-bagikan berkah, tapi Tuhan yang mana? Apakah Tuhannya umat Kristen? Tapi Tuhannya umat Islam sudah membiarkan umat Islam terpuruk dan menderita. Adapun Tuhannya Malaikat Jibril dan Lia Eden itu yang mana? Sungguh tak mudah mengikuti semua konotasi ketuhanan yang berbeda-beda itu. Tuhannya umat Buddha berupa patung besar, Tuhannya umat Kristen, Yesus yang disalib, Tuhannya umat Islam, Allah Subhanahu Wa Taala. Tuhannya umat Hindu, Tuhan Yang Maha Esa, tapi mereka juga bersembahyang untuk begitu banyak para dewa.

Karena itu, Kuringkas semua konotasi ketuhanan. Kusatukan idealisme monisme, panteisme, panenteisme dan monotheisme, menjadi kemutlakan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian Kukuatkan kemutlakan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menerangkan Wujud-Ku Yang Bulat dan Berotasi, supaya tak terpilah lagi segala pendapat dan keyakinan.

Karena siapa yang masih mau menuhankan manusia atau ruh atau dewa atau apa pun yang dipilih untuk dijadikan Tuhan, setelah Aku menerangkan Wujud-Ku dan Kemahakuasaan-Ku serta Kemahaesaan-Ku? Dan Aku tak mau menurunkan agama baru lagi, maka ajaran-Ku yang termutakhir ini bukan untuk mengadakan agama baru lagi.

Semua agama justru ingin Kusatukan dan Kuluruskan dengan pengertian tentang Monotheisme Mutlak yang Kugunakan untuk menyatukan semua keyakinan di dunia. Sedangkan isi Pewahyuan-Ku yang sedang Kuturunkan sekarang ini, tak lain adalah Pewahyuan-Ku untuk Surga. Jadi, Aku bukan membentuk agama baru, namun ajaran yang Kuadakan di Surga. Supaya umat manusia di dunia ini mengerti bagaimana caranya meraih Surga.

Begitulah prosedur dan konstruksi pewahyuan kini Kusampaikan dengan terbuka ke publik dunia, bahwa kebijakan-Ku atas agama-agama yang lama, baik agama global maupun agama lokal juga Kuterangkan dengan jelas, supaya ketika Aku menghapuskan semua agama, kebijakan-Ku itu bisa diterima.

Demikian pun ketika Aku menginginkan Penyatuan Semua Agama. Adapun semua alasan-Ku yang mendasar, ketika Kusampaikan secara terbuka, maka semuanya pun menjadi jelas. Dengan demikian, publik pun bisa menerima ketentuan-ketentuan-Ku yang baru ini dengan penuh pengertian. Begitulah cara-Ku memperkenalkan Surga-Ku di dunia.

Surga-Kulah yang menyampaikan segala ketentuan-Ku yang terbaru ini. Dan Surga-Ku pulalah yang bisa dilihat secara nyata telah memberitahukan pengadilan dan penghakiman-Ku mendunia. Namun demikian, Surga-Ku jualah yang memberitahukan apa yang Kuinginkan atas dunia yang sedang mempertaruhkan keserakahan.

Akan tetapi, Neraka-Kulah yang menghakimi semua kesalahan dan kejahatan. Maka sungguh janggal kalau Neraka ternyata lebih disukai. Sedangkan Surga-Ku yang sudah nyata berhasil mensucikan para Rasul Eden, tetap saja tak diinginkan, dan bahkan dibatili. Jadi, apa yang dikehendaki oleh umat manusia, kalau Surga-Ku saja ditolak dan Neraka-Ku padat oleh para pendosa dan orang-orang tamak. Itu adalah suatu kenyataan.

Adapun kalau Aku menginginkan Surga-Kulah yang diminati, apakah Aku harus menantikan umat manusia sadar dengan sendirinya? Kongkritnya, umat manusia takkan sadar perlunya ada Surga di dunia, sebelum neraka melumat semuanya.

Namun, untuk mendapatkan Surga di dunia ini di luar Kerasulan Eden yang berhasil Kusucikan, tak seorang pun yang berani bersuci hingga suci mutlak, sebagaimana komitmen para Rasul-Ku di Eden. Maka apakah Aku hanya akan mengangkat Kerasulan Eden untuk Kuselamatkan, sedangkan umat manusia yang lainnya belum ada yang bersedia bersuci.

Begitulah jangan terkejut bila Aku meneroboskan Wahyu-Ku mendunia dengan cara seperti ini. Adapun Penyatuan Semua Agama, walaupun itu dianggap utopia, tapi bagi-Ku tidaklah sulit karena Aku punya cara untuk membahanakan Fatwa-Ku terkait dengan Penyatuan Semua Agama tersebut, ialah melalui Penghapusan Semua Agama.

Adapun kebijakan-Ku itu tak berarti hakikat agama-agama juga Kuhapuskan, karena bukan agama yang Kusalahkan, melainkan umatnyalah yang bersalah karena telah menyimpangkan agama dari kemurniannya.

Dan bahwa semua kebijakan-Ku atas semua agama yang lama tak mungkin Kuubah sepenuhnya, karena di dalamnya selalu ada Pewahyuan-Ku yang hakiki dan yang kekal sifatnya. Maka kehakikian kebenaran agama-agama global maupun lokal, Kuramu sedemikian rupa sehingga menjadi universal dan netral.

Cuplikan Wahyu Tuhan ini diambil dari serial “Wahyu-wahyu Tuhan untuk Dunia” yang sudah dituliskan sebelum perilisan buku “Teologi untuk Pancasila” dan buku “Teori Segalanya dari Tuhan”.