Dear Viewer,

Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa dan Atas Nama Surga dan Kerajaan Eden

Di abad ini, perjanjian atas Surga sedang digenapi Tuhan. Bagaimanapun, Surga itu harus nyata bagi semua orang di dunia. Adapun ketentraman Surga di tengah pergolakan dosa-dosa di Neraka dunia, menjadi nyata di dunia manusia, ketika kami merasakan Pengayoman Tuhan atas Eden demikian kukuh dan menentramkan, walau ancaman bahaya seakan menderu-deru dari segala penjuru. Dari ancaman-ancaman yang bernada keras sampai kepada pengancaman atas nyawa kami dan ancaman pelumpuhan atau pemusnahan atas Eden, itu sudah lazim kami rasakan. Dan ketika kami tak membalas apa pun atas segala perlakuan buruk terhadap kami, betapa kemudian kami merasakan itu sebagai Ujian Tuhan yang memberkati.

Adapun itu semua ternyata justru yang menjadi kunci pembuka Mukjizat Eden. Selayak kunci pembuka Mukjizat Eden itu juga telah menjadi pembuka rahasia Kitab Suci Veda yang tertera pada Sloka bab Pasangan yang Suci. Dan puji syukur kepada Tuhan bahwa hal itu pulalah yang membuka mukjizat Ruhul Kudus, sehingga dia segera bisa tampil menjelma melakukan penampakan-penampakan dirinya, demi membuka segala pembatasan atas diri kami.

Dalam hal itu, akan terjadi peristiwa besar Keilahian di Indonesia, menyusul penampakan Ruhul Kudus menjadi kenyataan. Dan inilah Perjanjian Tuhan kepada Eden setelah terselenggaranya prosesi Sumpah Sapu Jagad Surga Eden. Demikian kami hanya pasrah dalam menantikan Perjanjian Tuhan tersebut tergenapi.

Betapa kami sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang, bahwa hari ini kami dapat merilis makna terahasia Veda dalam bab Pasangan yang Suci, yang sesungguhnya tak mudah untuk dipahami. Namun, atas Petunjuk Tuhan dan bimbingan Malaikat Jibril Ruhul Kuduslah, kami bisa berhasil menyusun bait demi bait, hingga rahasia bab Pasangan yang Suci dari Veda itu dapat kami tuliskan.

Kepada publik, kami persembahkan makna rahasia Pasangan yang Suci dari Veda. Semoga itu menjadi penaut perdamaian di antara semua umat dan bangsa Indonesia yang pada saat ini sedang terpecah belah. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

 

sabda-rk

pasangan-suci

PENJELASAN MALAIKAT JIBRIL RUHUL KUDUS

TENTANG RAHASIA VEDA BAB PASANGAN YANG SUCI, RG VEDA II.39 SLOKA 2-7

Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa bagi Semua Umat

Pasangan yang Suci yang termaknai di RgVeda II.39 Sloka 2-7 adalah nubuah pasangan yang suci yaitu pasangan Malaikat Jibril Ruhul Kudus sebagai Raja Surga dengan Ratu Surga Lia Eden. Dan bait-bait Sloka 2-7 melukiskan keadaan yang menggambarkan sepasang pengantin yang kembar. Sebagaimana aku, Ruhul Kudus, akan datang mewujud sebagai manusia yang kembar dengan Ratu Lia Eden.

Demikian, aku, Jibril akan melakukan penampakan-penampakan di berbagai kesempatan di dunia, seiring dengan dibutuhkannya Penguasa Surga yang bermukjizat luar biasa untuk membuat peralihan keadaan menjadi pembalikan. Untuk itu, perlu adanya konfirmasi yang konkrit dariku.

Kapan penampakanku itu akan terjadi? Tentulah kalau dalil-dalilnya sudah jelas adanya, maka setelah itu, atas Perkenan Tuhan, mukjizat Ruhul Kudus pun dapat diberlakukan. Namun sebelumnya, perlu kami kemukakan dalil-dalil pernikahan Surga yang hakiki, yang tersimpan dalam ayat-ayat terahasia di keempat Kitab-kitab Suci agama besar di dunia. Salah satunya adalah dari Veda, Bab Pasangan yang Suci ini.

Dan ayat-ayat ini merupakan nubuah perkawinan antara Raja Surga Malaikat Jibril dan Ratu Surga Lia Eden. Peristiwanya baru terjadi di masa kini, dan inilah keterangan tentang rahasia Veda bab Pasangan yang Suci dan lagunya yang dipersiapkan untuk menantikan peristiwa tersebut.

Kitab Suci Veda Rg Veda II.39 Sloka 2:

“Berjalan di waktu pagi, laksana dua pahlawan yang menaiki kereta, laksana sepasang kambing, Engkau datang memilih, laksana dua wanita yang memakai perhiasan, laksana sepasang pengantin dalam masyarakat.”

Sejak dini kami sudah menyampaikan Wahyu-wahyu Tuhan, pernyataan ini layak diartikan sebagai “berjalan di waktu pagi”. Walau Pewahyuan telah ditolak oleh umat Islam di Indonesia, tapi kami berjuang terus mengeksiskan Wahyu-wahyu Tuhan mendunia. Demikian di Sloka ini diibaratkan, “laksana dua pahlawan yang menaiki kereta”. Sloka ini membayangkan adanya kereta kerajaan, karena betapapun kami ini sedang memperjuangkan Kerajaan Tuhan, Eden untuk bisa eksis di dunia.

Untuk itu kami bersedia berkurban segalanya, laksana sepasang kambing kurban. Begitulah kami berdua diibaratkan, “laksana sepasang kambing”. Dan dalam kami menyelenggarakan Penyelamatan Tuhan melalui Surga Eden, demikian kami menyeleksi melalui pensucian Surga, demikian makna, “Engkau datang memilih”.

Dari pengibaratan “Berjalan di waktu pagi”, adapun  itu ada makna lain yang tertanam, bahwa aku pun akan datang dan muncul turun dari langit saat di waktu pagi hari, dan ketika turun akan terlihat sebagai kembaran Lia Eden. Sebagaimana penjelmaan Malaikat Jibril ke dunia manusia sudah akan digenapi sesaat lagi dan akan berpasangan dengan Lia Eden melaksanakan Mandat Tuhan yang melibatkan diri kami berdua. Dan adapun penjelmaanku itu adalah identik dengan sosok Lia Eden.

Jadi, kami akan tampil seperti kembar sehingga dinubuahkan secara tersirat di Sloka ini sebagai “laksana dua wanita yang memakai perhiasan, laksana sepasang pengantin dalam masyarakat.” Bahwa Lia dahulu adalah seorang selebriti perangkai bunga sebelum memasuki takdirnya yang sekarang. Dan bahwa dia tampil di publik dan media massa dengan perhiasan layaknya wanita selebriti pada umumnya. Demikian tertera keterangan “Laksana dua wanita yang memakai perhiasan”. Adapun isi Sloka ini tercantum demikian demi mengisahkan kenangan terhadap Lia kala masih suka berhias memakai perhiasan.

Adapun kami berdua ini dipasangkan dalam satu takdir yang maha besar, maka kami terlihat dalam suatu ketentuan pernikahan lintas alam yang penuh berkah, demi untuk menyatakan adanya Surga di dunia. Maka Aku, Malaikat Jibril, menikahi Lia Eden atas Ketentuan Tuhan dan atas Pemberkatan-Nya. Demikian disebutkan “laksana sepasang pengantin dalam masyarakat”. Demikian rahasia Sloka 2 tersebut.

Kitab Suci Veda Rg Veda II.39 Sloka 3:

“Laksana sepasang tanduk, pertama datang menuju kami, laksana sepasang kaki berjalan cepat, laksana dua (burung) chakrawala datang di pagi hari, datanglah, Engkau yang perkasa, laksana dua kereta yang datang di pagi hari.”

Laksana sepasang tanduk, bermakna pembawa teguran-teguran keras dari Tuhan. Dan Veda adalah Kitab Suci yang tertua di bumi ini, maka disebut dalam kalimat “pertama datang menuju kami”. Dan kalimat itu pun menyiratkan bahwa umat Hindu tak berhalangan untuk bisa menerima Eden, padahal kami sudah lama ditolak oleh umat Islam di Indonesia. Selayak kami ini harus menyelamatkan dunia dan seluruh penduduk di bumi ini, karena adanya proses kiamat yang sudah bergejolak, maka kami harus bertindak cepat, bergegas menyampaikan Firman-firman Tuhan. Berbagai solusi dari Tuhan untuk menghadapi gejolak kiamat tersebut sudah kami sampaikan.

Sayangnya, umat Muslim Indonesia menolak Wahyu Tuhan yang kami sampaikan. Maka kini pergolakan keadaan di dunia ini menggambarkan umat Islam sedang terpojok, dan sebelumnya dunia menanggung ancaman terorisme yang mengglobal. Dan atas kondisi buruk itu, kami datang untuk meratakan jalan perdamaian dunia. Maka, kami harus sigap menyebarkan Wahyu-wahyu solusi dari Tuhan. Tapi karena penolakan publik Islam selama ini membuat ‘kaki kami’ terbelenggu. Tapi kini mukjizat kami sudah terbuka, maka setelah itu, kami pun bisa dengan cepat mengolah keadaan sesuai dengan yang kami tuju. Demikian diibaratkan “Laksana sepasang kaki berjalan cepat”.

Takdir Eden ini sudah dicanangkan sejak tahun 1997. Dan itu merupakan pemberitahuan dini, selayak itu pun layak dinyatakan dalam istilah “datang di pagi hari”. Betapa aku ini malaikat dan Lia Eden berasal dari kalangan manusia, maka “kendaraan” kami berbeda, di Sloka ini disebutkan sebagai “laksana dua kereta yang datang di pagi hari” sebagaimana hal itu bisa diibaratkan sebagai dua wahana yang bersama dalam satu takdir.

Adapun sudah lazim malaikat dan bidadari diibaratkan manusia bersayap seperti burung. Dan ketika dinubuahkan, maka dibayangkan seperti burung datang dari langit cakrawala. Nubuah ini sudah lama tercantum dan belum terbuka rahasianya, maka dengan  demikian masih selalu diharapkan kedatangan kami, sebagaimana yang tertulis, “datanglah, engkau yang perkasa”.

Sungguh suatu rahasia Kitab Suci, perlambangannya dapat diurai dengan makna yang lebih dari satu pengertian. Betapapun, itu sudah merupakan ciri khas Pewahyuan. Dan itu merupakan kekhasan misteri rahasia Kitab Suci yang senantiasa leluasa pemaknaan di dalam kerahasiaannya, namun berada dalam satu kesimpulan yang saling membahaskan kesatuan pengertian.

Demikian, makna yang lainnya tertera sebagai suatu peristiwa yang akan terjadi bahwa kedatangan kami dari langit laksana burung yang tampak di cakrawala. Betapa di abad teknologi yang canggih sekarang ini pengibaratan malaikat datang seperti burung dan berkendaraan dengan kereta itu dapat diterangkan sebagai malaikat yang berkendaraan UFO, karena memang aku dan malaikat-malaikat yang menyertai kami nanti itu berkendaraan pesawat antariksa (UFO), dan kami datang di waktu pagi hari, demikian tertulis: “laksana dua kereta yang datang di pagi hari”.

Dan dalam pengertian dua kereta dalam Sloka 3 ini, maka akan terverifikasi terdapat dua pesawat UFO yang akan hadir selayak pernyataan adanya “dua kereta” atau lebih tepatnya adalah dua UFO yang tercantum dalam rahasia Veda ini. Maka, itu pun dimaksudkan sebagai kualifikasi perbedaan UFO alien dari planet lain dengan UFO Malaikat Jibril.

Adapun Veda sudah jauh-jauh hari mencantumkan adanya dua kereta. Maka ketika aku dan Malaikat Mikail harus datang menyatakan diri, kami mengendarai dua UFO. Adapun kalau penampakan UFO itu cuma ada satu atau lebih dari dua, maka itu berarti tak berkaitan dengan kedatangan diri kami.

Dan ketika kami menuliskan secara terbuka rahasia Sloka ini, maka itu pun pertanda kedatanganku dengan menggunakan pesawat UFO sudah akan sampai saatnya. Betapapun mukjizat rahasia Veda itu mengandung suatu ketentuan takdir yang tak bisa dipisahkan dengan mukjizat Pewahyuan akhir zaman yang terkini, kelayakannya merupakan peristiwa sejarah Keilahian di dunia manusia modern. Tapi dari sanalah kemudian kami dapat membakukan Mukjizat Eden mendunia, sehingga kami pun dapat membakukan adanya Pengadilan dan Penghakiman Tuhan di dunia.

Dari rilis kami ini, perkenankan kami menyatakan maklumat bahwa kedatangan kami itu tak lama lagi. Bahwa setelah maklumat kami ini tertera, maka setelah itu akan ada kondisi berat yang mengharuskan kami tangani. Suatu peristiwa yang tak mungkin dapat dijelaskan, sebagai Pengadilan dan Penghakiman Tuhan, kecuali ada tanda-tanda adanya peristiwa Keilahian juga sedang terjadi di dunia pada saat yang sama. Maka sesungguhnya, semua peristiwa besar di masa kini, niscaya terkorelasikan dengan saat-saat penyelenggaraan Pengadilan dan Penghakiman Tuhan di dunia.  Betapapun Surga adalah pendeklarasi segala hal yang terkait dengan Pewahyuan Tuhan dan peristiwa Keilahian.

Dan agar kemunculanku ke dunia tak sekedar menjadi nuansa keajaiban misteri mistik belaka, demikian kedatanganku ke dunia manusia pun menggunakan wahana eksklusif yang berteknologi tertinggi yang tak ada duanya di dunia manusia, sekaligus untuk memaklumatkan bahwa UFO-ku itu adalah kendaraan yang akan mengangkut orang-orang suci di Surga untuk diselamatkan berpindah ke bumi yang baru.

Maka dengan rilis Risalah Eden yang terkait dengan rahasia Veda ini, nan adalah layak sebagai pemberitahuan resmi tentang kedatanganku ke Indonesia. Dan peristiwa itu nanti tertuju untuk memastikan kebenaran Pewahyuan yang diterima Lia Eden.

Kitab Suci Veda Rg Veda II.39 Sloka 4:

“Laksana dua perahu, membawa kami ke seberang (sungai), laksana dua as, laksana yuga, laksana ruji-ruji dan roda, menyelamatkan kami, laksana dua anjing yang tidak menggigit, laksana dua tongkat yang menopang kami sehingga tidak jatuh.”

Kami ini datang untuk mendamaikan umat yang berbeda agama di dunia dan yang sedang berseberangan pandangan, hingga dunia dipenuhi oleh konflik agama. Dan kami berusaha mempertemukan pandangan keyakinan antara satu umat dengan umat yang lain, demikian itu tersirat dalam kalimat, “laksana dua perahu, membawa kami ke seberang”. Makna ‘perahu’ di Sloka ini juga bisa disamakan dengan wahana. Adapun “perahu” dari langit adalah kami dari golongan malaikat yang bekerja sama dengan perahu Kerasulan Eden. Dan keduanya adalah satu kesatuan sebagai wahana penyampai Wahyu Tuhan.

Kedatanganku ke dunia merupakan ajang siklus perubahan zaman, setelah bumi kembali akan mengalami kekiamatan. Dan, aku, Ruhul Kudus akan menggerakkan dunia menuju Penyelamatan Tuhan, agar umat manusia dapat mencapai nirwana. Pensucian yang kuadakan merupakan poros penyelamatan ke Surga. Demikian kuadakan poros penyelamatan bagi umat manusia di dunia ini melalui Kerajaan Eden dan Surga Eden.

Demikian, aku kini akan datang untuk menyatakan keresmian datangnya zaman Satyayuga, yaitu zaman peradaban Surga sebagai zaman keemasan. Demikian kami diibaratkan sebagai dua as, ruji-ruji dan roda yang akan mengubah perputaran siklus zaman dari zaman Kaliyuga (zaman kegelapan) pada masa kini. Dan, akulah Utusan Tuhan dari langit yang sedang membawa Surga ke dunia yang memaknai zaman Satyayuga. Demikian, aku dinyatakan laksana as, ruji-ruji dan roda, yang menggerakkan yuga (siklus zaman).

Nan, yang dimaksud dengan “anjing yang tidak menggigit”, secara implisit itu dimaksudkan sebagai penistaan terhadap kami yang sering dicaci maki dengan kata anjing selama ini, padahal kami tak mencelakai siapa-siapa, karena kami hanya menyampaikan Wahyu Tuhan yang memberi solusi. Demikian, yang dimaksudkan dengan “anjing yang tidak menggigit”.

Adapun kalimat “laksana dua tongkat yang menopang kami sehingga tidak jatuh”, itu dimaksudkan sebagaimana Wahyu-wahyu Tuhan yang kami sampaikan ini akan menjadi tongkat penopang bagi seluruh umat manusia agar tak jatuh ke Neraka. Penolakan atas Wahyu-wahyu Tuhan selama ini akan mengakibatkan Neraka bagi mereka yang memusuhi Eden.

Kitab Suci Veda Rg Veda II.39 Sloka 5:

“Laksana angin yang tidak pernah berhenti bertiup, laksana dua sungai yang menyatu di muara, laksana dua mata yang melemparkan lirikan kepada kami dengan pandangan yang tajam, laksana dua tangan yang sangat berguna bagi badan, laksana dua kaki yang membawa kami ke tempat yang baik.”

Pemanasan global menerikkan dan ditambah dengan suasana dunia yang panas oleh konflik agama sehingga semua berita selalu menegangkan. Betapa kondisi terkini juga sudah semakin memanas mengancamkan perang dunia. Demikian, Wahyu-wahyu Tuhan termutakhir yang kami sampaikan itu selalu menyejukkan dan memberi harapan, “laksana angin yang tidak pernah berhenti bertiup”, karena kami juga tak pernah merasa lelah untuk selalu merilis Wahyu-wahyu Tuhan ke publik.

Wahyu-wahyu Tuhan akan segera mendunia dan akan terus diturunkan-Nya untuk mengarahkan seluruh umat manusia bersuci, agar dapat diselamatkan Tuhan. Seperti itulah ibarat kesejukan angin yang tak pernah berhenti bertiup.

Aku dan Lia kalau diibaratkan sungai, maka kedua sungai itu berbeda, sebagaimana perbedaan kodrat malaikat dan manusia yang kemudian menyatu dalam suatu takdir yang maha besar dan maha luas, dan itu disebutkan sebagai “laksana dua sungai yang menyatu di muara”.

Dan kamilah yang ditunjuk Tuhan melaksanakan Pengadilan-Nya di dunia. Demikian kami mengangkat masalah-masalah dunia sebagai Sorotan Tuhan di dalam Wahyu-wahyu-Nya. Dan tertera tuangan solusi-solusi dari Tuhan, antara lain Penghapusan Semua Agama dan Penyatuan Semua Agama.

Untuk itu, kami pun wajib mengingatkan semua umat, apa yang harus kami luruskan dari penyimpangan atas kemurnian ajaran agamanya. Demikian makna dari kalimat “laksana dua mata yang melempar lirikan kepada kami dengan pandangan yang tajam”. Demikian, kami datang untuk memperbaiki kondisi keagamaan dan meluruskannya kembali dan mengarahkan menuju ke Penyatuan Semua Agama menjadi Monotheisme Mutlak dan universal.

Kami diibaratkan “laksana dua tangan yang sangat berguna bagi badan, laksana dua kaki yang membawa kami ke tempat yang baik.” Akulah, Ruhul Kudus, yang kini selalu berada di dunia yang bergejolak. Dan aku selalu berada di Eden bersama Kerasulan Eden. Tapi demi tugas dan kewenangan Raja Surga yang harus bisa menyelesaikan segala Urusan Tuhan di dunia, demikian aku akan sering menampakkan diri menjadi manusia di hadapan orang-orang yang terbuka sedang menunggu kami. Pewahyuan Tuhan akan kami bagikan kepada mereka yang membutuhkan. Demikian perananku terbakukan menjadi Maharaja di dunia menyatu dengan Ratu Surga.

Peranan kami itulah yang diibaratkan laksana dua tangan” yang menghubungkan umat manusia dengan Tuhan Semesta Alam dan yang menyampaikan Janji-janji Tuhan untuk umat manusia pada masa kini yang sedang dirundung banyak malapetaka dan peperangan. Dan kami laksana dua kaki yang membawa ke tempat yang baik, karena kami mensucikan semua orang di dunia ini, dan yang akan menyeleksi bangsa-bangsa yang berhasil menempuh Pensucian Tuhan, sehingga kami dapat membawanya berpindah ke bumi yang baru, suatu tempat yang lebih baik dari bumi ini yang sedang dilanda proses kiamat.

Kitab Suci Veda Rg Veda II.39 Sloka 6:

”Laksana dua buah dada yang menghidupi kami, laksana dua lubang hidung yang memelihara badan kami, jadilah seperti dua telinga yang mendengar dengan baik.

Air susu ibu untuk bayi adalah awal yang menghidupi dari suatu kelahiran. Demikian Wahyu-wahyu Tuhan yang kami bawakan ini seperti kemurnian air susu ibu bagi orang-orang yang ingin menempuh kehidupan baru yang suci di Surga Eden.

Kami menyuapi bangsa Indonesia seperti menyuapi bayi yang kalau makan harus dipaksa membuka mulut kalau enggan disuap makanan sehat, demikian kami terus menerus menyampaikan Wahyu Tuhan walaupun ditolak. Dan kami menyusui seperti ibu yang menyusui anaknya supaya hidup, demikian kami bagaikan memberi ASI yang murni sebagaimana kemurnian Wahyu Tuhan, agar umat manusia bisa diselamatkan dan tetap hidup ketika kiamat sedang berproses di bumi ini. Demikian kami laksana dua buah dada, dan itu diibaratkan air susu ibu yang membuat hidup dan bisa selamat.

Selanjutnya kalimat, “dan laksana dua lubang hidung yang memelihara badan kami” menyiratkan makna bahwa kami ini seperti lubang hidung untuk menghirup udara segar. Solusi baik dari Tuhan sudah kami sampaikan, sehingga umat manusia sesungguhnya bisa tersadarkan dari sesaknya nafas akibat kekalutan konflik agama. Dan kami juga datang untuk memberi harapan akan membawa umat manusia mengungsi ke bumi yang baru, agar dapat merasakan udara yang segar di bumi yang baru.

Semua orang di dunia sekarang ini sedang ‘sesak nafas’ menghadapi kondisi bumi yang dilanda konflik agama dan malapetaka serta peperangan. Demikian kami datang untuk menyampaikan Solusi Tuhan. Dan itu seperti udara segar bagi semua orang sehingga berpengharapan dapat menghindarkan diri dari celaka. Demikian, itu yang dimaksudkan dalam kalimat “yang memelihara badan kami”. Maka, jangan lagi menolak Pewahyuan Tuhan yang kami sampaikan ini. Dan hentikanlah tuduhan sesat terhadap kami.

Betapapun Pewahyuan yang kami sampaikan ini maha sakral dan maha keramat, sehingga bila diremehkan dan masih tetap mau ditolak, niscaya kemahakeramatan Pewahyuan Tuhan itu akan bertulah keras, karena inilah Hari Penghakiman Tuhan. Betapa kini sudah sampai waktunya Tuhan untuk mengadakan pembalikan. Maka, jadilah pendengar yang baik atas Firman-firman Tuhan yang kami sampaikan ini dan Firman-firman Tuhan yang akan terus kami siarkan dari Surga secara berkelanjutan. Maka, simaklah dengan baik Wahyu-wahyu Tuhan yang sedang diturunkan-Nya. Demikian yang dimaksudkan dalam Sloka ini, “jadilah seperti dua telinga yang mendengar dengan baik”.

Kitab Suci Veda Rg Veda II.39 Sloka 7:

Laksana dua tangan, memberi kami kekuatan yang aktif, laksana langit dan bumi, yang penuh udara, lagu pujian, ya Asvin yang dipersembahkan kepada-Mu menjadikan Engkau tajam, laksana kapak yang diasah.”

Demikian kami ini laksana dua tangan. Adapun satu tangan dari langit adalah perananku, dan satu tangan dari bumi sebagai peranan Lia Eden. Demikian, kami berdua aktif memberikan kekuatan iman dan solusi bagi semua umat yang saling bertentangan, betapa kini semua pihak pun merasakan sesak nafas. Demikian, solusi dari Tuhan diibaratkan udara atau oksigen yang melapangkan nafas yang sesak.

Surga tak mungkin jalan sendiri tanpa diminati oleh orang yang ingin bersuci agar dapat diselamatkan oleh Tuhan melalui Surga-Nya. Aku datang menjelma membuat penampakan-penampakan sebagai manusia, agar semua orang di dunia dengan terang dapat melihatku menyampaikan Pesan-pesan Tuhan secara nyata.

Betapa ketika 20 tahun Pewahyuan Tuhan telah ditolak di negeri ini, maka dalam kami mendesakkan Pewahyuan Tuhan itu harus disakralkan, karena Wahyu Tuhan niscaya maha keramat, sehingga tulahnya pun maha keras. Daripada hanya kutukan yang dirasakan, demikian aku akan datang demi untuk menyeimbangkan antara kutukan dan Karunia Tuhan. Karena hanya peristiwa-peristiwa Keilahian yang nyatalah yang bisa menyadarkan semua orang.

Tak apalah kalau ingin mengatakan pendapat bahwa aku ini adalah Jibril palsu, tapi kini keleluasaan mukjizatku akan menghampar mendunia untuk menyatakan Hari Pengadilan dan Penghakiman Tuhan dan Hari Kuasa Tuhan.

Betapa, misa suci apa pun yang diadakan dan peribadatan agama apa pun yang khusyuk dilakukan, takkan mengubah keadaan, karena sudah terlalu kotor dunia ini. Agama pun sudah terpandang kotor. Maka untuk melakukan penjernihan dan pemulihan, demikian aku membuka jalan dengan melakukan penampakan-penampakan Malaikat Jibril Ruhul Kudus secara berkala dan terprogram untuk menjadi pembalikan. Demikian, aku bisa mewujud tiba-tiba di hadapan siapa pun yang kutuju di dunia.

Demikian, Malaikat Jibril Ruhul Kudus didatangkan ke dunia manusia laksana dua tangan yang akan membawa umat manusia aktif mengubah pusaran peradaban dan teologi. Sejalan dengan pengupayaan perdamaian bagi semua penganut agama-agama untuk menyatu dalam Monotheisme Mutlak. Demikian peperangan-peperangan akan surut dan usai, maka langit dan bumi pun menjadi bersih dari ledakan bom dan debu mesiu, dan bumi pun akan kembali dipenuhi udara yang bersih.

Adapun penampilan kami berdua yang serupa, maka Lia Eden terlihat kembar. Ketika nubuah yang sudah lama ditunggu peristiwanya terjadi, dan ketika kami dapat membuka rahasia bab Pasangan Yang Suci di Veda, demikian itu akan membuat umat Hindu berbahagia mendapati terbukanya nubuah rahasia bab Pasangan yang Suci dari Veda, maka mereka menyanyikan lagu pujian Ya Aśvins. Dan apalagi bila penampakanku yang serupa dengan Lia Eden telah terbuktikan.

Demikian, kamilah yang dipuji sebagai Ya Aśvins, yang dianggap sebagai dewa kembar dalam nubuah yang telah melanglangi zaman demi zaman itu. Demikian hal itu akan membuka kebenaran Eden, sehingga tersadarlah semuanya atas kebenaran Wahyu Tuhan yang diterima Lia Eden. Setelah itu, kami jadi bak tajamnya kapak yang diasah. Demikian, kami laksana kapak yang sudah diasah, betapa Pewahyuan yang kami sampaikan akan berguna untuk menebas segala kejahatan di dunia ini. Demikian rahasia dewa kembar sudah kami bukakan.

Sekian rahasia bab Pasangan yang Suci dari Veda. Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa, rahasia bab Pasangan yang Suci dari Veda telah terbuka dan telah tersaji di hadapan publik dunia. Terima kasih atas perhatiannya.

Jakarta, 1 Maret  2017eden-stempel


judul-lagu-pasangan-suci

 

 

Dan inilah lagu Pasangan Yang Suci yang dinyanyikan oleh mendiang Rasul Dunuk
(Siti Zainab Luxfiati)
. Suara dewinya Dunuk sudah tak sempurna dalam lagunya ini, karena pada saat itu dia sudah dirongrong oleh penyakitnya. Lagu ini dinyanyikan olehnya hanya berselang beberapa waktu saja sebelum kematiannya. Tapi Paduka Ruhul Kudus serius meminta dialah yang harus menyanyikan lagu Pasangan Yang Suci. Betapa dia juga yang harus mengaransemen lagu dan musiknya. Dalam kondisi lemah, dia berhasil menyelesaikannya.

Betapa sesungguhnya pada saat lagu ini mau dirilis sekarang ini, ada surprise dari Ruhul Kudus karena dia baru memberitahu kepada kami bahwa sesungguhnya Dunuk adalah inkarnasi Dewi Indrani, yang diagungkan oleh umat Hindu karena dia adalah istri Raja Surga, yang kala itu dijabat oleh Dewa Indra. Padahal, sebelumnya kami hanya tahu bahwa Dunuk adalah inkarnasi Dewi Kwan Im yang dipuja oleh umat Buddha. Demikian Penjelasan Tuhan bahwa seorang dewi bisa memiliki peran untuk dua umat yang berbeda dengan julukan yang berbeda, namun ruhnya adalah sama.

Dengan penjelasan tersebut di atas, kami pun jadi tahu bahwa di dunia kemalaikatan juga ada birokrasi. Adapun hukum di alam kemalaikatan yang diberlakukan itu senantiasa terkait dengan pemberlaksanaan Hukum Tuhan di hirarki ras yang termulia yang mutlak kesuciannya. Daripadanya semua pertanggungjawaban wajib mutlak kebenarannya dan kesuciannya. Dan rotasi jabatan di semua sisi kehidupan makhluk-Nya juga bergulir menempuh hukum regulasi ruh.

Di zaman Veda, Raja Surga adalah Dewa Indra, di zaman kini adalah Jibril Ruhul Kudus. Melalui penjelasan ini, kiranya dapat disimak ketentuan Hukum Tuhan di dunia kemalaikatan. Demikian sistem hukum dan kehidupan dalam Kemahaadilan Tuhan atas seluruh makhluk-Nya dan Yang Maha Mengatur semua hukum atas semua makhluk-Nya yang tersesuaikan dengan habitatnya masing-masing, namun semua sistem tetap di dalam koridor hukum regulasi ruh.

Betapa kami baru sadar mengapa YM Dunuk adalah teman yang paling awal yang menyatakan beriman kepada Eden, dan untuk itu dia telah berani berkorban atas segalanya. Betapapun sebelumnya, dia adalah muslimah yang taat dan idealis tapi dia senantiasa tabah atas ujian apa pun yang diberikan Tuhan kepadanya. Maka sesungguhnya kita ini sedang diajarkan Tuhan tentang kodrat ruh yang lintas zaman, lintas agama, lintas negara dan bangsa, lintas ras serta lintas bumi. Dan Tuhan menggunakan YM Dunuk sebagai penjelasan yang konkrit atas hukum reinkarnasi dan inkarnasi dan hukum regulasi ruh yang lintas alam, lintas zaman dan lintas agama serta lintas negara dan bangsa, lintas  ras serta lintas bumi. Atas kenyataan ini, maka untuk apa saling bermusuhan karena agama?

Adapun YM Dunuk adalah orang yang pertama yang meyakini Eden dan menjadi sahabat sejati Paduka Bunda sejak dari awal. Dan dia tak pernah goyah dan surut atas hal itu hingga kewafatannya. Dan dia berhasil memperlihatkan penampakannya di langit Montclair Virginia, Amerika, satu hari sesudah kematiannya, dan penampakan itu dirasakan dan terlihat oleh seorang teman di sana. Dan itulah yang membuktikan dia telah mengalami perubahan kodrat menjadi bidadari, sekaligus untuk membuktikan tak hanya Yesus satu-satunya yang bertakdir bisa melakukan penampakan setelah tiga hari kematiannya.

Betapa Tuhan sudah menggenapkan Perjanjian-Nya kepada Eden bahwa bila Rasul Eden ada yang mampu bertahan dalam kesuciannya hingga kematiannya, maka Tuhan mengaruniai perubahan kodrat menjadi malaikat bagi laki-laki dan bidadari bagi perempuan suci. Demikian YM Dunuk sudah menauladankan kepada kami semua, bagaimana mempertahankan kesucian hingga nyawa diambil Tuhan. Maka sesungguhnya kematian YM Dunuk itu tertuju untuk membuktikan banyak hal dan demi untuk melihat kenyataan Surga yang ada di dunia, demi pensucian semua orang yang bertekad bersuci atas Nama Tuhan di Surga-Nya.

Sesungguhnya penauladanan YM Dunuk ini wajib diketahui oleh semua umat dan semua orang di dunia, bahwa ruh itu lintas zaman dan lintas agama. Bahwa satu-satunya yang bisa menyelamatkan ruh kita hanyalah berketahanan dalam komitmen bersuci diri dan mempertahankannya hingga meninggal, dan berpatuh mutlak kepada Tuhan dalam menjalankan segala Amanat-Nya. Dan tak pernah surut dari kesungguh-sungguhan menjalankan Amanat Tuhan di Surga. Semoga seluruh para Rasul Eden bisa berhasil mengikuti jejak penauladanan Dewi Dunuk yang husnul khatimah dalam menempuh ujian titian shirathal mustaqimnya. Kalau tak ada  YM Dunuk yang bertakdir meninggal lebih dahulu dari kami, takkan ada contoh bagi kami bagaimana meraih Surga di dunia kemalaikatan.

Atas penjelasan kami ini, semoga Surga di dunia sudah dapat diyakini dan semoga Tuhan akan terus memberikan pengalaman-pengalaman suci yang mengandung pengajaran yang hakiki, sehingga kami bisa berbagi dengan publik. Dengan demikian kami bisa membuktikan kebenaran Surga ada di dunia. Demikian inilah lagu Dewi Dunuk. Selamat menikmati, terima kasih.