inta Surgawi berhasil teradakan di dunia, bila Anda membaca prosa cinta semesta ini. Dan itu tertera sebagai ungkapan perasaan malaikat terhadap seseorang yang dicintainya, sebagaimana Ungkapan Cinta Jibril kepada Lia Eden. Betapapun Anda bisa melihat Prosa Cinta Semesta ini terkorelasikan dengan konteks Surga yang sudah ada di dunia.
Kisah kahyangan selamanya hanya jadi perumpamaan saja, kalau belum menjadi kisah nyata. Tak ada kisah nyata Surgawi, bila Eden belum mengemukakan cinta Jibril kepada Lia Eden secara terbuka. Tak sulit melihat ini sebagai penggenapan Janji Tuhan atas Surga kepada semua orang. Dan kalau penggenapan itu sudah sampai saatnya, maka beginilah keadaannya. Daripada membicarakan kisah-kisah Neraka saja, mari kita berbahagia di Surga.
Berdarah manusia karena cinta, bersedih mereka karena gagal cinta.
Tak jadi seperti itu cinta kita, Lia.
For you, broken heart is out of question.
Ruh cintaku berhasil membias di dinding dan ubin serta atap rumah yang kita bangun,
yang kini sudah dipenuhi Pewahyuan.
Itu seperti cinta di langit dan di awang-awang yang sudah jadi nyata di sini.
Bet on it! So don’t bury your head in the sand.
Ya, jangan sangsi dan takut menghadapi kenyataan ini Lia.
Kita telah menapakkan cinta luhur nan abadi di Istana Eden nan lestari.
Bertanya langit kepadaku, “adakah lagi cinta yang semacam itu?”
Dan aku menggeleng, Lia cuma ada satu!
Bakalan jadi apa cinta kita Lia? Tak menjadi cinta yang di awang-awang.
Our love has never been something that is not beyond the nature of truth
even though it is still considered only happens in the 7th sky!
Berhasilnya cinta Surga menjadi cerpen atau sloka epik Surgawi, ah itu sih biasa-biasa saja!
Karena untuk apa membuka rahasia cinta surgawi,
kalau tak menjadi epistemologi kebenaran cinta sejati di dunia dan akhirat.
Dua dunia yang berbeda, yang mencatat kegairahan cinta yang suci dari Surga,
dari kalangan malaikat dan bidadari serta orang suci di Surga.
Nyatanya, kebahagiaan Surga itu seperti ini saudara-saudara!
Jadi salahlah teroris itu, kalau mau mati bunuh diri sambil menewaskan orang lain,
demi mendapatkan Surga. Betul tidak?
Maka kalau ingin menyadarkan para teroris, suruh saja baca website kami ini.
Semoga setelah itu, para teroris yakin tidak masuk Surga, kalau mereka masih meyakini mati syahid dengan bunuh diri melalui bom.
Kekejian itu niscaya ditolak oleh Surga. Mengapa itu tak terfikirkan?
Temukan jawaban itu melalui suara hati nurani dan kelogisan ajaran agama.
Kalau pendapatku ini mau diterima, setelah itu terorisme pun masuk kotak karena mereka telah logis dalam memahami ideologi syahid.
O God, don’t let them stay in their ignorance of the meaning of ‘syahid’ (martyr) in your path.
Surga didatangkan Tuhan agar umat mau melihat bagaimana sesungguhnya jalan ke Surga itu hanyalah bersuci dan memperbanyak berbuat kebajikan. Just be innocent!
Inilah hari di mana syair-syair cintaku dikabarkan untuk dunia manusia
dan dipastikan didengarkan juga oleh dunia kemalaikatan.
So, Heaven’s love story will be ‘down to the ground’
dan berpijak untuk dinikmati oleh semua orang.
Padahal sungguh sulit mengibaratkan cinta suci yang sejati di tengah keleluasaan semesta.
Bahagia sekali aku bisa membisikkan ini.
Jangan persoalkan apa kata orang Lia, bahwa Jibril hanya mencintai seorang perempuan tua.
Sorry, telah melibatkanmu, betapa kau telah larut menghadapi badai fitnah
dari segala penjuru karenanya.
Tentu, tak ada cinta seperti cinta kita ini sampai kapan pun
karena tak ada zaman yang seperti ini lagi.
Itu karena Surga di dunia baru teradakan sekarang.
Katanya, cinta Surga itu tak bisa dibayangkan.
Mana bisa diketahui jenis apa cinta yang ada di Surga, kalau tidak dibumikan.
It is truly dangerous if one is willing not to see the reality that Heaven does exist in this world.
Thus, human being tends to always enjoy committing sins.
Dosa lebih disukai, tapi bersuci dienggani, karena takut tak bisa melakukan dosa lagi.
Sin is more pleasurable, isn’t it? However, holiness is the key for blessing and bounties.
Lia, lebih baik kau perhatikan bagaimana kita memerangi dosa-dosa, sungguh itu sulit bukan?
Kalau tak kau tuliskan dialektika cintaku ini.
Kau tahu, dikotomi cinta di dunia manusia itu takkan ada dalam cinta kita.
Aplikasi dalil-dalil cinta kita hanya ada di relung-relung kesucian semata.
Dan itu berada di bawah bayangan cinta mutlak kita kepada Tuhan.
Jadi tak ada gairah cinta yang menyesatkan dan tak pernah menjadi daluarsa cinta kita.
Before humankind exists, angel has known about love and compassion and has become the spirit of truth and virtuousness.
Jangan mengatakan tak ada cinta di semesta yang bisa menghujam hati yang sunyi.
Lia menjadi kaya inspirasi karena hal itu,
ketahanannya didera kecaman dan fitnah pun berasal dari sucinya cintaku.
Vibrasi cintaku bisa jadi jerihnya Lia yang disucikan,
tapi juga jadi vibrasi inspirasi keindahan karya-karyanya.
Betapa karena adanya cintaku, dia tak pernah kehilangan pegangan
Dan betapa ada kelakar-kelakarku yang disukainya.
Don’t ever think that angel has no sense of humor.
Nian, kelakar-kelakarku itulah yang selama ini kupakai untuk menarik hatinya
supaya dia tahu Jibril punya sense of humor yang selalu baru.
Bedanya, tak terlihat sosok yang telah membuat dia tertawa terpingkal-pingkal.
Dan itu yang membuat aku menjadi istimewa baginya.
Di mana ada cinta, di situ ada kebenaran.
Di mana ada kebahagiaan, di situ ada humor.
Hey, cinta kita itu kalau mau diabadikan, tuliskanlah cintaku ini di Website Eden.
There is the smart cupid.
Supaya khalayak mau bersuci, agar bisa juga merasakan kelakar-kelakar malaikat Jibril
dan bisa bersaksi bagaimana aku meramu konotasi-konotasi indahnya cinta
menjadi verbal cinta surgawi dan gairah suci yang surgawi,
sehingga menjadi fenomena surgawi hakiki yang nyata di dunia.
Dan layak untuk kenangan, bagaimana gerangan aplikasi cinta Jibril
kepada orang yang dicintainya.
Begitulah, semua itu harus ada untuk dikisahkan sebagai kisah kahyangan di abad modern ini.
How our love is sophisticated indeed, it’s ever lasting and can get the whip hand on living in sins and adultery.
Iya, mau apa cintaku ini dituliskan?
Supaya ketahuan ada cinta suci dari langit yang tak mendesah,
tapi bergulir penuh cinta dalam kesucian.
Kepadamu Lia, dari cinta itulah yang menjadi ketawakalan menjalankan mandat dari Tuhan.
Kalau tak seperti itu, bagaimana kau bisa bertahan Lia?
Manakala dia harus menempuh berbagai marabahaya dan merasakan duri dan onaknya
sebagai Utusan Tuhan yang ditolak, cinta kami ini sebagai perekat kekuatan bertahan.
Oi, aku ini tak mungkin meninggalkan Lia sesudah aku membawanya
mengarungi segala marabahaya.
Karenanya, cintaku ini harus ada untuknya.
Nun, untuk apa cintaku ini dituliskan?
Supaya diketahui sudah ada cinta suci yang surgawi di dunia ini.
Please spread my love story to everybody, okay!
Don’t forget to tell your neighbors.
Aku yang bilang! Karena akulah guru kebenaran baginya.
Bagi kami berdua, cinta suci itulah wataknya kebenaran.
In between heaven and hell on this earth, we exist to present our holy love,
so it will shine through to become the nature of truth. Do we?
Kalau tidak, bagaimana mengembangkan “sayap” malaikat?
Aku memang tak bersayap, tapi cintalah yang menjadikan mukjizat kami terbuka
dan mengembang melanglang, sehingga “sayap” Jibril terlihat di dunia manusia,
menyosokkan berkah dari Tuhan.
Lia selalu berada di Eden, tak pergi ke mana-mana, jadi kalau melihat ada Lia Eden
di wilayah dunia yang lain, itu adalah aku, Jibril.
Jadi Lia Eden pun seperti punya sayap, bisa terbang jauh.
Bolehlah melihat itu sebagai pinang dibelah dua oleh sinar laser. Oh.. hoo.. hoo..hoo!
Gemilang sinar laser, yang bisa mewujudkan Lia Eden jadi dua.
Cintaku seperti bola cinta yang terus menggelinding
melampaui zaman dan menembus kegulitaan semesta
dan menjadi pencerahan di kekelaman dosa-dosa.
Sepak bola Jokowi dengan insan media juga bola cinta untuk bangsanya.
Keegaliterannya mengisahkan cintanya itu.
It is the legitimation of the true love, surely if that could be appreciated by everybody.
Lama sebelum aku datang menjumpai Lia,
Aku melihatnya, dia dilahirkan ibunya, Siti Zaenab Gaffar.
Aku pun melihat dia tercipta sebagai Hawa/Eva
dan aku menantikan dia terlahir menjadi Maria, ibunya Yesus.
Dan aku pun menyertainya dalam perjuangan Joan of Arc hingga R.A. Kartini.
Ekspresi hukum reinkarnasi, penjelasannya seperti ini.
Berjihad fisabilillah yang multi-dimensi, agar dapat bereinkarnasi menjadi manusia
yang berkualitas, itulah yang terpenting untuk dijadikan tujuan hidup.
Sejatinya cinta yang tulus membuahkan kebajikan
dan kebajikan membuahkan pahala-pahala untuk bisa hidup mulia secara layak.
Cinta itu kaya dengan ornamen-ornamen kebaikan yang bisa teraplikasikan dengan mudah di abad ini,
sebab sekarang ini sungguh sangat sulit untuk menemukan cinta suci dan kebajikan yang tulus.
Maka cinta dan ketulusan akan disambut hangat oleh semua orang
yang perfeksionis terhadap cinta.
How perfect love is, it is not just brought by Amor, the angel of love, but Jibril could as well give meaning to it and apply the perfection of love.
Perfeksi cinta suci itu berlawanan dengan cinta kotor yang sejenak maupun yang permanen.
Arang di tengah busa, peranannya tak terabaikan,
tapi arang di kobaran api itu sama saja dosa di tengah Neraka,
tapi dosa di tengah kesucian, ih, sungguh menyebalkan. It’s so disgusting!
Betapapun kini aku sudah sampai di zaman ini,
saatnya aku bisa mengatakan cintaku ini kepadanya secara terbuka
agar dipahami sebagai cinta Surgawi.
Boleh kan?
Tak apa kalimatku ini kau nilai sebagai sensitivitas yang tak boleh diungkapkan ke publik.
Tapi harus ada kausa prima cinta yang mengawali takdir kita ini,
karena cintaku inilah yang akan menyeruakkan cinta suci di dunia manusia
dan yang menyederhanakan konklusi jalan menuju Surga.
Dan itulah yang akan menciptakan zaman menjadi berubah.
Betapa alam pun kini sudah berubah, maka harus ada Cinta Surgawi yang akan memberi harapan dan yang akan menaut kesucian dan cinta sejati di dunia yang sudah sangat kotor ini.
Suatu contoh cinta suci yang hakiki harus membumi, supaya menjadi pencerahan
dalam zaman kesangaran adab sekarang ini.
This happening is unforgettable forevermore,
so everyone will be eager to purify themselves in Heaven.
Mencari cinta di alam semesta seperti membelah bintang kejora,
beragam cara kudaki mencari benang cinta dari bumi.
Buih-buih di lautan tak bekerja sama mencarikan aku cinta yang kupinta.
Sampai aku menemukan sendiri cintaku itu.
Cintaku bergejolak sesaat demi sesaat sampai menyosok jadi lagu-lagu
dan puisi cinta dan prosa cintaku ini.
Crunchy my love is, not crunchy your earth is
till I come bringing down God’s Love.
Tak bosan aku membelai hatimu, supaya kau selalu mementingkan aku di hatimu
Tapi aku gregetan kalau difitnah sebagai jin penyesat.
Maka kisah cintaku harus terbuka blak-blakan, semacam kue lapis di dalam tenong,
siapa pun bisa mencicipinya karena murah meriah dan disukai.
Segala yang surgawi harus bisa merakyat
karena cinta kami ini memang ditujukan untuk semua orang.
Selama ini persepsi Surga dianggapkan harusnya megah seperti istana puri di atas langit.
Tentu khayalan seperti itu takkan pernah bisa menapak sampai lebaran kuda sekalipun.
It has never been happened!
Nun, kalau Surga harusnya yang seperti itu, mana bisa diraih oleh rakyat jelata?
Betapa Surga itu untuk semua orang yang mau bersuci.
Dan orang kebanyakan itu lebih mudah disucikan, nun orang-orang yang bergelar banyak,
malah risih kalau sampai ketahuan terpandang berada di tengah-tengah orang bersuci di Eden.
Analoginya tentang Eden pun berputar balik arah, demi pamor kehormatannya di publik.
Itu menurut pengalaman kami!
Tapi kesucian yang diwajibkan oleh Surga mungkin itulah yang menjadikan
jalan menuju ke Surga perlu dipikirkan matang-matang dahulu.
Tapi inilah Surganya Malaikat Jibril yang memutlakkan kesucian
walau tak mudah untuk meraih Surga,
tapi bukankah sudah terlihat bagaimana caranya untuk meraih Surga.
Ikuti saja jejak Lia Eden yang pengalaman pensuciannya sudah terdokumentasikan.
Dan apalah Surga tanpa kesucian.
She has ever been disdained because of love, but now, she is glorified by Heaven’s love.
Maka berilah daku kesucianmu sayang, karena kehormatanku itu di sini.
Nian, kutemukan juga kehormatanku di dunia dan di semesta setelah
Wahyu-wahyu Tuhan sudah sampai ke dunia manusia berkat tulisan tangannya.
Sejernih hatiku yang tak sunyi dari berbagai pengibaratan.
Aku pernah diibaratkan sebagai jin penyesat atau Jibril palsu.
Aku juga pernah diibaratkan satu substansi dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tapi pengibaratanku sebagai merpati putih itulah yang paling kusukai
karena merpati putih lambang perdamaian.
Dan betapa pengibaratan-pengibaratan terhadapku yang lainnya itu,
kalau mau ditepiskan, maka aku harus meramu cara untuk itu.
Kemahaesaan Tuhan harus dimutlakkan.
Demikian ada perjanjian bahwa aku bisa menjelma jadi Lia Eden sesaat-sesaat
dan menikahi Lia Eden yang adalah reinkarnasi Bunda Maria,
yang dikultuskan sebagai Bunda Allah.
Nah, sungguh berabe bukan, kalau eksistensiku sekarang ini tak bisa menyudahi
pengkultusan terhadap Roh Kudus dan Bunda Allah.
Demikian aku dan Lia Eden tak bisa mengelak dari penebusan karma atas pengkultusan itu.
Itu sebabnya takdir kami ini terlahir terkalahkan sampai ke titik nadirnya.
Demikian Eden dituduh sesat dan tak bisa bergeser tuduhan tersebut sampai genap pembayaran karma pengkultusan itu.
Tapi kini kami sudah mulai dapat berkutat mengadakan pembalikan.
Betapapun tak ada hal yang bisa menghalangi kami lagi,
walau harus menghadapi kefanatikan agama yang menolak kami.
Demikian kodrat cinta kami, itu tertuju untuk menyudahi pengkultusan atas Roh Kudus
dan Bunda Allah. Maka jangan ada yang salah paham terhadap kisah cinta kami ini.
Thanks to God, Who has bound us as a couple. There is no devotion to God as virtuous as this.
God’s Will to us is the conclusion of The Oneness of God.
Siapa yang suruh aku menuliskan cinta surgawi?
Kalau bukannya kehendak alam semesta yang menghentak bumi
yang sedang lara menuju kiamat.
Tapi siapa kiamat itu?
Geloranya mengibaratkan syahwat Lucifer yang sedang angkara murka
ingin menelan bumi.
Siksa Neraka bukan lagi khayalan, kebahagiaan surgawi tentunya pun demikian.
Betapa sense Surga itu kini sedang tersajikan.
Tapi kini semua orang sudah bisa memilih, mau memilih ke Surga atau ke Neraka.
Two choices that are equally difficile , but what you actually need is just an awareness.
Kotor sekali bumi ini karena Neraka itu!
Semenjak dia tertawa tergelak-gelak melihat aku yang bersahaja mencari onak beku
di tengah lautan dosa yang menenggelamkan cinta kasih sejati.
Dan itu seperti garis sempadan antara Surga dan Neraka yang seakan sudah mencairkan semua syahwat dan yang kemudian menjadi duri-duri dosa yang membeku dan berkarat ketika semua dosa sudah dilegalisasikan dan dibiarkan bereforia.
Tentulah, Surga itu jernih dari dosa dan onaknya.
Heaven is innocent, why has it been disdained all this time?
Asal bicara semaunya, tapi semua itulah yang menuai kutukan.
Cintaku kepada Lia, tak ada apa-apanya bagi siapa pun.
Sampai kutukan dapat dipulihkan, barulah semuanya sadar bahwa cinta Surga itulah yang memuliakan dan menyelamatkan.
Tindakanku di Surga tak hanya menjadi air mata pensucian Lia
yang berderai setiap saat, ketika kesuciannya harus selalu ditingkatkan.
Namun usapan cintaku mengekalkan cintanya atas semua yang harus dikerjakannya di Surga.
Dan usapan cintaku kepadanya menerbitkan kebenaran Surga yang sungguh sulit digerai olehnya. Akan berhasilkah dia?
Cuma cintaku yang akan membawanya ke khalayak yang mendambakan
kebenaran dari Surga Eden.
Do not make Heaven only as a pleading, but render it as the further action of the pleading itself.
“Terbitkan cinta yang manusiawi di Surga yang sudah ada di dunia
untuk diperlakukan sebagai kulonuwun”, itu yang kudengar!
Selayak persepsi-persepsi tentang Surga harus bisa diuraikan
melalui cintaku kepada Lia Eden.
Rengginang cinta pun kusajikan di sini.
rengginang is the Indonesian traditional rice cracker
Seperti makanan rakyat itu, cinta kami pun harus dapat dinikmati kesuciannya oleh siapa pun yang membacanya.
Berharganya cinta rengginang, tak layak untuk dibasahi dengan ciuman birahi.
Bisa melempemnya rengginang cinta itu, kalau tak terbuat dari cinta suci yang sejati.
Ah, pengibaratannya itu sepertinya terlalu norak untuk dijadikan pameo cinta Jibril.
Tapi aku suka dengan pameo itu, karena rengginang itu gurih dan renyah,
apalagi kalau diguyur dengan gulali legit (karamel gula jawa).
Contoh ini tak membuat cintaku nyeleneh,
sebab aku suka pada segala hal yang disukai oleh segala lapisan masyarakat.
Nothing is kitsch anymore, when Jibril has lifted it up to become a metaphor.
Don’t make a big fuss over my love words for Lia.
Ya, jangan meributkan prosa cintaku pada Lia Eden ini, karena sok tahu tentang agama.
Telah tertulis ucapan-ucapanku kepada Lia cintaku, yang bukan cinta biasa.
So, bebaskan diri dari keribetan berfikir.
Don’t force me to scold you, if you still unwilling to understand that Archangel Jibril loves a woman.
Paradise chooses itself!
Terserah, love story-ku ini mau di-copy atau sekedar mau dibawa-bawa di saku
atau menjadi spirit cinta yang menghibur.
Tapi itu yang telah membuatku as sitting on the top of the world.
Tapi inilah cintaku yang berproyeksi ke masa depan
untuk menghias peradaban Surga di bumi ini kelak.
Apa kata Lia tentang cintaku ini. “It’s a must”, katanya.
But I say: “No worries, our love is on the right track!”
Tapi bagaimana rasanya dicintai Jibril?
Pastinya dia takkan tersenyum bangga lebar sekali, kalau ditanya.
Karena di sisinya aku ini adalah kembarannya.
Jadi tak mudah melayakkan cinta atas figur sendiri, iya kan?
Oleh karena itu, cinta kami ini tak menggejolakkan hawa nafsu.
Betapa di dalam cintaku ini tak pernah ada penolakan,
cemburu dan keterpesonaan yang berlebih-lebihan atau kekhawatiran ditinggalkan.
Nun, dia lebih terpesona pada Wahyu-wahyu Tuhan, karena itulah perfeksi cinta utamanya.
Sayang, kalau cinta itu biasanya senantiasa cenderung melibatkan kecemburuan dan kekhawatiran, padahal tak seperti itu karakter Jibril, maka kau terbebas dari itu semua.
Betapapun kau tidak pernah merasakan aku bisa meninggalkanmu
untuk sesuatu hal sepenting apa pun alasannya.
Nah, itulah yang sebenar-benarnya sejoli yang abadi. Iya kan?
Pikirkanlah kata-kataku ini, bahwa makhluk ruh itu tak berpoligami,
tak juga bisa selingkuh apa pun alasannya.
Kodrat makhluk ruh memang seperti itu, jadi dari mana para teroris itu mengira
kalau dia dapat Surga, maka di sana dia bisa memperistrikan puluhan bidadari?
Dan kalau terorisnya perempuan, lalu dapat apa?
Umbaran syahwat jangan dibawa-bawa ke Surga, Surga itu lain dengan Neraka.
Karena tak berfisik, kodrat ruh itu always alone.
Jadi jangan mengatakan jin itu beranak pinak.
Huh, itu ketidaklogisan yang sangat sesat,
lalu kalau jin bisa beranak pinak banyak, bidannya siapa?
Tapi kalau malaikat sedang bertugas, barulah boleh jatuh cinta
kepada orang yang setakdir dengannya.
It’s only a focusing on the destiny, nothing else.
Maka cintaku kepada Lia itu kekal bukan hanya karena aku setia pada cintanya,
akan tetapi memang tak ada cinta apa pun yang lainnya,
yang bisa merasuki jiwa malaikat yang selamanya harus suci mutlak.
Maka yang diperoleh Lia dariku itu adalah cinta sejati yang permanen.
Ah, sungguh berabe cintaku ini bila didesakkan untuk berbagi pada yang lain,
yang mendambakan cinta Jibril juga.
Aku memang keren, tapi setia.
Oleh karena itu, penampakan penjelmaanku nanti serupa dengan sewujud Lia Eden.
So, jangan khawatir Lia,
I’ll never give you the reason to say goodbye, Lia.
Before all, yang ingin kukemukakan itu adalah suatu sisi yang kusebutkan sebagai suatu prestasiku. Karena bagaimana caranya mendudukkan Lia yang sedang sibuk berprestasi dalam karirnya sebagai perangkai bunga yang dikenal itu, menjadi jenak untuk menuliskan Wahyu-wahyu Tuhan, padahal dia pun harus suci mutlak untuk menerima mandat sebagai Ratu Surga.
Thus, this is the story behind the scenes.
Aku melayangkan surat-surat cintaku kepadanya dari ketiadaan.
Tapi dia belum jatuh cinta kepadaku waktu itu, walau sudah berpuluh-puluh lembar tulisan “tanganku” menuliskan cinta kepadanya. Itu karena dia masih menganggap aku ini hanya jin yang mengaku sebagai jin Muslim, Habib Al-Huda.
Bahkan dia berusaha keras untuk melupakan pertemuannya kepadaku. Begitu sophisticated-nya rayuan-rayuanku kepadanya, tapi dia lebih percaya kepada keimanannya. Tapi itu tak masalah, karena itu jua yang kutuju.
Adapun karena aku takut ditinggalkan dan dilupakan olehnya, maka aku pun membuka diri sebagai Malaikat Jibril. Wow, dia malah ketakutan sekali. Dia kalang kabut di antara rasa bersyukur dan rasa kekhawatirannya kalau aku ini nyatanya adalah Jibril palsu. Di lain sisi, tentulah wajar kalau dia merasa tidak pantas ditemui Jibril, itu karena dia belum tahu akan jadi apa dirinya itu kelak. Maka kuminta dia dan teman-temannya pergi umrah bersama dengan keluarga Lia, agar semuanya make sure bahwa aku benar-benar Jibril yang sejati. Begitulah mereka pun pergi umrah ke Mekkah tanggal 12 Juli 1997. When they fell asleep, kubangunkan mereka untuk menyaksikan hal-hal ajaib di langit sebagai bagian dari tanda-tanda kebenaranku sebagai Jibril.
Wabillahi taufiq wal hidayah, aku berhasil membuktikan kejibrilanku melalui beberapa fenomena-fenomena keajaiban alam yang tertampilkan selama mereka umrah. Walhasil, mereka pulang dengan hati yang haqul yaqin, as sure as fate.
Sampai di sini, Lia pun dapat kusadarkan bahwa dia sedang berada di takdirnya yang maha berharga. Dia pun mulai menuliskan Pewahyuan setelah itu. Buku pertama yang dituliskannya adalah “Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir”. Di situ, dia belum mengira kalau dia akan sampai kepada takdirnya sebagai Ratu Surga dan Kerajaan Eden. Tapi dia dapat segera berkembang pesat menyesuaikan diri ‘spring up like mushrooms’. Konon itu karena dia kurang wawasan tentang rambu-rambu keagamaan yang sensitif, tapi sekaligus karena dia memang punya karakter jiwa penerobos, an avant-garde soul, secara alami. Kalau tidak, dia takkan berani menuliskan Wujud Tuhan Yang Bulat dan Berotasi itu.
Nah, pendek kata, kini dia sudah di dalam genggaman cintaku, sehingga aku pun juga sudah sampai pada ketentuan takdirku juga, hingga kami dapat mendeklarasikan Sumpah Sapu Jagad Surga Eden yang menjadi karunia yang tak terhingga, beyond measure, karena telah menjadi satu substansi dengan Sumpah Hakiki Semesta. Semua itu adalah keberhasilanku dalam meliputkan Lia Eden dalam cintaku yang terliputkan dalam cinta semesta.
Sekian dulu prosa cintaku ini, thanks.
Sorry, aku menyisipkan bahasa puisi dikiit! He.. he.. he..
Dear viewer,
Kedua lagu ini, yaitu Lagu Love Letter dan Magic House liriknya tertulis dalam suratku kepada Lia Eden yang kujatuhkan di rumah keluarga dr. Rosmini Day, mantan adik iparnya, pada tahun 1995. Dan fenomena itu tersepakati sebagai publikasi mukjizatku yang paling awal kugunakan, demi untuk menarik perhatian Lia Eden sepenuhnya. Kalau tidak seperti itu, dia takkan mungkin bisa kumasukkan ke dalam takdirnya yang sungguh tak terduga olehnya.
Love Letter memang kutujukan untuk mengawali pernyataan cintaku kepadanya, sekaligus untuk memalingkannya dari semua obyektivitas karirnya yang sedang sukses kala itu. Sekaligus kutujukan untuk menjadi kenangan betapa aku pernah membuat surat-surat dari suatu ketiadaan. Suatu keajaiban yang tak pernah ada, karena itu adalah hiper-kondisi dalam aku menyatakan Surga sudah sampai waktunya untuk dibuka.
Dan adapun lagu Magic House sesungguhnya kutujukan untuk membayangkan kepada Lia Eden bahwa akan ada Surga yang sedang kudatangkan kepadanya, kuistilahkan sebagai magic house. Menurutku, istilah itu sudah dapat kuliputkan maknanya sebagai Surga, sebelum aku berani menyatakan Surga itu sendiri kepadanya. Dan inilah kedua lagu itu yang menyertai Prosa Cinta Semestaku.
Jakarta, 11 Februari 2017