[English Version]

Pada tahun 2002, Komunitas Eden dititahkan Tuhan pawai mengitari gedung DPR 7 kali berturut-turut dengan rute Jl. Tentara Pelajar – Jl. Gelora – Jl. Gerbang Pemuda – Jl. S. Parman. Bayangkanlah kami mengitari rute itu sebanyak 7 kali, padahal kami diwajibkan senantiasa mempersiapkan pawai Eden yang lengkap dengan spanduk-spanduk Wahyu-wahyu Tuhan yang dihiasi bunga-bunga dan lentera kalau pawainya di malam hari.

Dan biasanya semua Komunitas Eden tak ada yang ketinggalan sampai bayi-bayinya. Itu karena pawai Eden adalah suatu ritual penting dan sakral sekali. Kami tak tahu persis apa sesungguhnya hakekat pawai mengelilingi gedung DPR sampai 7 kali. Itu termasuk luar biasa karena kami tak pernah dititahkan Tuhan melakukan ritual semacam itu sebelum dan sesudahnya.

????????????????????????????????????

Adapun kami juga pernah diperintahkan untuk membawa Risalah Eden yang di dalamnya ada Peringatan Tuhan untuk DPR. Dan rombongan Eden waktu itu diterima oleh wakil ketua DPR, almarhum Soetardjo Soerjogoeritno dengan ramah. Bahwa sesungguhnya Eden telah berkali-kali mengirim Risalah Eden ke seluruh pimpinan dan anggota DPR.

DSC_3498

Kami hanya mendengar dan membaca di media atas kemarahan mereka kepadaku, tapi kemudian suatu hari di tahun 2008 kami mendapatkan Risalah Eden yang kami kirimkan ke DPR nyaris semuanya dikembalikan ke alamat kami. Duh, penghinaan itu rasanya sulit diterima oleh perasaan ini, terlebih di dalamnya ada Wahyu Tuhan yang tercantumkan. Sungguh aku tahu bahwa peristiwa itu akan berakibat buruk bagi DPR.  Betapa sesal yang akan dialami DPR nanti, pikirku, karena aku tahu pasti bahwa respon Tuhan atas perlakuan yang seperti itu terhadap Wahyu-Nya niscaya berat.

Sungguh kami ini hanya menjalankan Perintah Tuhan semata. Mengirim Risalah Eden ke DPR sambil berpawai dan membawa spanduk yang berisi Wahyu Tuhan dan keliling DPR di waktu siang maupun malam hari, itu cukup melelahkan dan merepotkan. Namun, hal itu pun membebani perasaanku atas apa yang akan terjadi dengan DPR itu kelak. Sungguh kami tak tahu apa yang dimaksud Tuhan atas Titah-Nya kepada kami pada waktu itu. Tapi ada rabaan dalam pikiran kami ialah sangat dimungkinkan ada sesuatu kegentingan buruk di negeri ini yang berasal dari DPR. Firasat itu nampaknya baru terjadi sekarang.

????????????????????????????????????

Adapun bertirakat seperti itu senantiasa adalah rahasia dan misteri Tuhan. Kami hanya dilibatkan saja, itu tak ada bedanya dengan hajat berdoa di Masjid Polri Polda Metro Jaya, Pengadilan Jakarta Selatan, Kantor Pusat Golkar, Mahkamah Agung dan Mabes TNI dan di Binagraha, seperti yang sudah aku tuliskan dalam artikel Ora et Labora.

Bahkan Amanat-Nya yang pernah diperintahkan Tuhan untuk berdoa di kantor DPP Golkar di Jl. Anggrek Nelly Murni itu, kini ternyata juga ada kaitannya dengan masalah sidang MKD atas mantan ketua DPR dari fraksi Golkar, Setya Novanto. Adapun berpawai mengelilingi gedung DPR kurasa masih ada korelasinya dengan doa di kantor Golkar. Seberapapun Ketentuan Tuhan atas keduanya, niscaya terkait dengan peristiwa genting nasional. Sesuatu terjadi, apa pun itu niscaya atas Pengetahuan Tuhan. tirakat mengelilingi DPR  7 kali dan berdoa di kantor DPP Golkar takkan terjadi begitu saja tanpa suatu sebab, selayak Tuhan adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat.

Adapun kalau Tuhan yang memerintahkan kami melaksanakan Amanat-Nya yang semacam itu, bisa disamakan dengan tirakat yang diwajibkan-Nya. Tirakat untuk apa, itu baru ketahuan kemudian, seperti halnya suatu kesimpulan atas apa-apa yang terjadi terkait dengan DPR dan Golkar yang baru saja kami sadari sekarang ini. Menyadari hal itu, kami pun menjadi tahu bahwa Tuhan suka melibatkan kami ke dalam konsensus perubahan yang ditargetkan-Nya.

Sudah terdokumentasikan dalam artikel Ora et Labora tentang penugasanku berdoa di beberapa tempat dan doanya didiktekan oleh Tuhan kepadaku. Tapi untuk mengelilingi gedung DPR sampai 7 kali, bahkan tak hanya siang hari kami lakukan, juga pernah pada malam hari. Selama itu kami tetap belum mengerti apa maksud Tuhan atas hal tersebut sampai peristiwanya terjadi. Setidaknya kami hanya bisa merasakan ada nuansa keramat yang terjadi dalam prosesi mengelilingi DPR 7 kali tersebut, dan niscaya dahsyat.

Tapi untuk saat ini serasa ada sinyal yang terbuka semenjak Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) menyidangkan kasus Setya Novanto “Papa minta saham” ke Freeport Indonesia. Sidang Setya Novanto-lah yang satu-satunya tertutup setelah sidang MKD terhadap Sudirman Said merupakan sidang terbuka, demikianpun ketika MKD meminta kesaksian Ma’roef Sjamsoeddin karena merekam pembicaraan pertemuannya dengan Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid, seorang pengusaha yang kabur ke luar negeri menghindari pemanggilan MKD. Keakhiran sidang MKD masih tak menentu, itu memuat gonjang-ganjing politik lagi dan persepsi yang bersilangan sehingga tak kunjung ada ketentuan yang valid, yang bisa menenangkan para tokoh dan masyarakat

Sidang-sidang MKD menyebabkan kemarahan publik yang amat kecewa kepada para yang mulia pemimpin sidang dan anggota MKD yang terkesan buruk sekali dalam menangani persoalan tersebut. Ah, aku tak perlu menuliskan panjang lebar apa yang terjadi di sidang-sidang MKD itu dan apa respon masyarakat. Respon-respon itu sudah terbuka di publik. Semuanya marah tak terkecuali Setya Novanto dan pengacaranya, Firman Wijaya, yang sangat berkeberatan pledoi Setya Novanto pada sidang tertutup itu sempat molos ke media massa yang sangat antusias ingin tahu apa yang terjadi di ruang sidang yang tertutup.

Keakhiran sidang MKD masih tak menentu, itu memuat gonjang-ganjing politik lagi dan persepsi yang bersilangan sehingga tak kunjung ada ketentuan yang valid, yang bisa menenangkan para tokoh dan masyarakat.

Dan anggota MKD, Akbar Faisal, pun dicopot dari MKD. Penggantian beberapa anggota MKD dan pencopotan serta saling melaporkan ke polisi, sungguh itu merupakan riak-riak pertarungan politik di MKD, dan itu sangat tak mendidik dan amat mengecewakan.

Di lain sisi, Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat ketika melakukan pemungutan suara pemilihan komisioner KPK periode 2015-2019 terkesan urakan. Dan para tokoh anti korupsi calon pimpinan KPK tak ada yang terpilih. Betapapun sungguh ini sangat mengecewakan publik. Siapa yang mengira produk DPR selalu mengecewakan?

Persepsi masyarakat tak ada lagi orang yang bisa dipercaya di negeri ini. Wow, aku tak heran. Masyarakat butuh penjelasan, mengapa kebenaran itu sirna? Keterangannya ada di Wahyu Tuhan bahwa selama bangsa ini tak mau percaya ada Wahyu Tuhan diturunkan di negeri ini, selama itu pula kebenaran dan kepercayaan itu tak bisa tampil.

Bukankah saat ini adalah Hari Pengadilan dan Penghakiman Tuhan? Dan begitulah implementasinya, pembongkaran dosa-dosa oleh malaikat. Bahwa semua dosa-dosa itu terpampang telanjang dan tak bisa dihindari oleh siapa pun. Dan bahwa semua orang yang berdosa niscaya akan mengalami pembongkaran dosa-dosanya, itu pasti! Untuk itu, perbuatan seseorang akan mengemuka dan mengkongkritkan terbukanya dosa-dosa itu, malaikat hanya membetikkan ide pembongkaran dosa kepada seseorang yang memiliki kepentingan atas hal itu.

Ah, ada-ada saja keisengan yang muncul dari ruang sidang tertutup itu. Ada saja anggota MKD yang begitu keluar dari ruang sidang MKD langsung membeberkan apa yang terjadi di ruang sidang yang tertutup itu. Dan rakyat menontoni anggota DPR yang saling mendukung dan saling menjatuhkan satu sama lain untuk suatu kedudukan dan untuk pertarungan politik.

Takdir malang DPR sudah datang, kira-kira begitu maksud Tuhan yang menitahkan kami berpawai keliling DPR 7 kali dahulu itu. Kita semua tak ada yang mau berpangku tangan melihat jahilisme di DPR. MKD sesungguhnya tak berkewenangan mengadili Sudirman Said dan Ma’roef Sjamsoeddin sebagai pelanggar hukum, MKD hanya berkewenangan menjaga martabat anggota DPR dan menegakkan etika anggota DPR. Sementara Setya Novanto tak hanya tak mau menjawab pertanyaan MKD kalau terkait dengan rekaman Ma’roef Sjamsoeddin, nun, tak ada apolitika darinya.

Tuhan menjawab doaku ketika aku berdoa kepada-Nya menanyakan tentang riuh rendahnya kemarahan masyarakat terhadap Setya Novanto dan MKD. Menurut Tuhan, Setya Novanto maupun MKD telah menjadi cerca yang menyejarah karena peristiwa tersebut akan menjadi pembalikan keadaan di Indonesia. Adapun Indonesia akan mengalami perubahan total karenanya. Kekecewaan masyarakat yang menimbun tak hanya menimbulkan apatisme, namun juga mengakibatkan brutalisme semakin menjadi-jadi.

Sering orang bertanya mengapa pada setiap pemilu dan pilkada selalu ada kericuhan? Ada kampanye hitam dan politik uang, dan yang lain adalah para empu pembuat keris yang laris manis, padahal harganya mahal berkisar pada harga 13 juta s.d. 28 juta. Idih, kemusyrikan merajalela kalau ada pilkada. Padahal, Tuhan sekarang ini sedang menggelar Pengadilan dan Penghakiman-Nya, segala hal yang mengandung kecurangan dan manipulasi serta kemusyrikan niscaya dihakimi oleh-Nya. Dan apakah ada yang tak melakukan kecurangan? Kalau masih ada, syukurlah. Nun, kekecewaan masyarakat itu merata.

Menurut Tuhan, Dia menitahkan kami dahulu berpawai mengelilingi DPR 7 kali itu tak lain untuk mengenyampingkan keutamaan DPR yang terlihat oleh-Nya tak pernah bermanfaat bagi rakyat yang diwakilinya, dan hanya bermanfaat bagi anggota DPR dan politisi di dalamnya.

Adapun setiap ketamakan dan kejahatan politik yang dimainkan oleh DPR tercatat sudah keterlaluan, mereka tak malu melakukan itu di hadapan rakyat yang memilih mereka dan yang membayar gaji mereka. Maka itu harus diakhiri dan pengakhiran itu sedang berproses sekarang ini.

 

WAHYU TUHAN UNTUK DPR

Atas Nama Tuhan Yang Maha Mengadili dan Maha Menghakimi

Inilah Wahyu Tuhan untuk DPR, sebagai berikut:

Kalausanya ada kuasa yang terkuasa di Indonesia, itu diperankan oleh DPR yang mengupayakan kekuasaannya melebihi kekuasaan presiden. Dan kalausanya tak ada kuasa yang bisa melampaui DPR, demikian di sanalah permainan politik yang tak beretika, presiden pun jadi bulan-bulanan. Perebutan kedudukan dengan cara saling menjatuhkan dan saling memfitnah dan mengumbar siasat politik, di sana sudah tak bermalu.

Siapa-siapa yang tak tahu malu, padahal mereka adalah wakil rakyat yang terhormat, dan siapa-siapa yang menggunakan kedudukannya sebagai wakil rakyat, namun dalam perilakunya dia arogan dan tak mempedulikan nasib rakyat, nan, hanya memperturutkan ambisinya sendiri, demikian mereka bukan wakil rakyat.

Dan apabila Wahyu-wahyu-Ku yang dikirimkan kepada mereka pun ditolak dan dikembalikan ke Eden tanpa rasa hormat, maka Aku pun berhak menghilangkan kehormatan mereka. Demikian mereka tak lain adalah wakil rakyat yang tak disukai dan tak dihormati oleh rakyat. Rakyat pun muak terhadap perilaku mereka, lagipula, Aku sudah menginginkan mereka tak lagi menjadi wakil rakyat. Setidaknya, rakyatlah yang tidak mau diwakili oleh mereka.

Ketika Aku tak menginginkan mereka menjadi wakil rakyat lagi dan rakyat pun tak mau diwakili mereka lagi, maka saatnyalah untuk menyatakannya bahwa Tuhan dan rakyat tak menginginkan mereka lagi.

Selayak dengan itu, biarlah kondisi keadaan di DPR yang akan menyatakan bahwa Kami sudah tak menginginkan mereka lagi.

Wahyu Tuhan diturunkan  Jakarta, 18 Desember 2015

 

Tirakat Pawai Eden Mengelilingi DPR di Waktu Malam

 Untitled-1