Apresiasi dan Ralat untuk Jurnalis Tempo Linda Hairani
Atas Nama Tuhan Yang Maha Baik
Seperti tanah gersang diguyur hujan, itulah perasaan kami tatkala membaca respon Tempo Online, tulisan Anda. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih banyak.
Adapun yang ingin kami luruskan adalah tulisan tentang surat kami kepada Obama yang menyatakan Amerika akan mengalami deflasi karena pembalasan atas banyaknya uang haram di negara tersebut. Melainkan deflasi yang diramalkan tersebut sesungguhnya skalanya meliputi seluruh dunia karena Tuhan akan memberlakukan peraiban uang haram di seluruh dunia. Itu sesuai dengan Perjanjian Tuhan dalam Kitab Suci Injil, Surat Wahyu 3 ayat 3.
Kitab Suci Injil, Surat Wahyu 3 ayat 3:
Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
Inilah rahasia Surat Wahyu 3 ayat 3. Bahwa pertaubatan dan mengutamakan rejeki halal sudah dicanangkan Tuhan sesuai dengan isi Surat Wahyu 3 ayat 3 ini. Bahwa pelaksanaan peraiban uang haram di seluruh dunia itu merupakan pembuktian Hari Penghakiman Tuhan dan Hari Kuasa-Nya. Uang haram di brankas, di dalam rekening bank, di laci, lemari dan di saku, di manapun uang haram disimpan akan diraibkan Tuhan, demi mensucikan semua orang di dunia ini, dan supaya banyak orang yang bisa diselamatkan Tuhan.
Uang haram, bila dimusnahkan Tuhan niscaya perekonomian dunia akan terguncang dan deflasi. Peraiban uang haram oleh Tuhan sepertinya terlalu muskil, akan tetapi kami sendiri bisa bersaksi atas hal itu. Karena kejadian peraiban uang sudah kami lihat sendiri, ialah pada saat kejadian pelaksanaan peraiban uang dari rekening di bank yang dialami anak saya, Fathun Nur Day (Aun), beberapa kali sehingga dia marah terhadap Eden. Awalnya adalah ketika Tuhan mencanangkan pada Komunitas Eden untuk berhenti bekerja mencari penghasilan, banyak yang patuh tapi ada juga yang tak patuh seperti anak sulung saya, Aun. Dia tak hanya membangkang, tapi juga durhaka kepadaku. Demikian uang di rekeningnya diraibkan Tuhan.
Dan ketika seseorang dari Eden pergi membayar tagihan listrik ke PLN, ternyata sudah terbayar (waktu itu belum ada sistem pembayaran listrik dengan pulsa), Eden pun heboh karena uang Aun raib sebanyak pembayaran listrik rumah Eden. Kedua hal itu terjadi pada saat yang bersamaan. Demikian Aun dipaksa Jibril berkonstribusi pada pendanaan atas Eden, sekaligus memperlihatkan implementasi rahasia Surat Wahyu 3 ayat 3 tersebut bahwa atas nama Perkenan Tuhan, malaikat bisa meraibkan uang yang bermasalah dan uang haram.
Demikian, pembangkangan Aun dan kemarahan-kemarahannya yang tak pada tempatnya dahulu itu harus diatasi seperti itu sebelum dia berani melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi. Karena siapa pun yang membangkangi Ruhul Kudus dan Tuhan di Eden, niscaya jadi mangsa empuk bagi iblis yang terus mengincar orang-orang yang beriman di Eden untuk dijadikan lawan Eden. Begitulah peristiwa tersebut sebagai penghakiman atas Aun yang tak berkontribusi pada pengeluaran Eden yang wajib, padahal dia pun tak mematuhi Ketentuan Tuhan di Eden untuk melepas pekerjaan, uangnya pun diraibkan. Dia mengalami hal semacam itu tak hanya sekali.
Dan adapun Mohammad Sobary, tokoh budayawan, uangnya kurang lebih 60 juta rupiah raib di depannya, semalam sebelum dia akan pergi ke Jepang. Itu karena dia bersalah mengabaikan janjinya dengan sengaja.
Suatu hari di tahun 1998, dia menelpon saya, ingin bertanya ke Malaikat Jibril yang waktu itu dia masih memakai identitas nama Habib Al-Huda, bagaimana kalau dia mempuasakan Soeharto, sampai Soeharto jatuh. Dan Jibril menjawab, kalau cuma dia sendiri, hal itu tak bisa menggugurkan bobot kharisma keprabonnya Soeharto. Maka dia harus ditemani 6 orang lagi karena syaratnya harus 7 orang yang berpuasa dengan tekad yang serius. Adapun Sobary dalam perjanjiannya ingin berpuasa terus menerus sampai Soeharto jatuh, namun seberapa lamanya berpuasa belum berketentuan dan tentu itu berat bagi siapa pun.
Dan beberapa lama kemudian kami diminta Jibril bertanya kepada Sobary, apakah dia sudah berpuasa? Dan dia menjawab belum puasa karena susah mencari orang yang mau diajak ikut puasa dengan ketentuan waktu yang belum pasti, padahal itu bisa lama sekali.
Maka saya bertanya kepada Mas Sobary, “Apakah mau kami temani?” Dan dia mengiyakan. Ternyata seluruh Jamaah Salamullah (pada waktu itu Komunitas Eden masih bernama Salamullah) bersedia berpuasa menemani Sobary berpuasa. Dan kami pun sejak itu berpuasa semuanya dengan ketetapan hati hanya untuk menemani Sobary.
Demi menempuh puasa yang beresiko bisa berselang lama waktunya itu, kami pun disuruh mengisi waktu puasa panjang itu dengan melakukan tadabur alam dan juga bersilaturahmi dengan umat Kristen. Maka kami pergi keluar kota ramai-ramai. Dengan berkendaraan bus kami ke Semarang, berkunjung ke Keuskupan Agung Soegijapranata di sana, kami disambut ramah dan penuh haru. Dari sana, kami ke Sendangsono bersilaturahmi dengan Jemaat Gereja St. Maria, Promasan. Di sana pun kami disambut dengan ramah dan penuh keharuan.
Demikian setelah itu, kami terbiasa berkunjung ke umat agama lainnya, yaitu umat Hindu dan Buddha. Dan terasalah betapa kelirunya kami, kalau saling tak menghormati dan saling memusuhi. Rasa persaudaraan antara sesama dan kedamaian di hati yang kami rasakan sangat menyejukkan dan menciptakan kesegaran pencerahan.
Kemudian setelah itu, suatu hari Sobary menelpon kami lagi untuk minta tolong kepada Jibril karena uangnya mendadak raib di hadapannya. Dikiranya ada jin tetangganya yang mencuri uangnya, padahal uang tersebut adalah uang sangu dia ke Jepang. Dan saya pun minta tolong kepada Paduka Jibril untuk menolong Mas Sobary. Tapi jawabannya sungguh sangat tak terduga-duga, malah dia mengaku uang tersebut justru diraibkan olehnya. Dan saya sangat terkejut, tak menyangka jawaban Paduka Jibril seperti itu, tapi saya kasihan kepada Mas Sobary sehingga saya merengek-rengek agar dia mau mengembalikannya, tapi Paduka Jibril tetap tak mau.
Dan kemudian aku bertanya mengapa dia memperlakukan mas Sobary seperti itu? Dan dia menjawab, “Coba tanyakan kepada Sobary, apakah dia berpuasa atau tidak?” Ternyata Mas Sobary menjawab tidak berpuasa, padahal kami semua sudah cukup lama berpuasa pada waktu itu, maka kami terkejut dan kami juga kecewa sekali atas sikap Mas Sobary itu. Demikian Paduka Jibril mengatakan itulah balasan bagi perbuatan Sobary tersebut.
Adapun selanjutnya, ternyata kami berpuasa hanya 49 hari lamanya karena tepat terjadinya demonstrasi mahasiswa pada 21 Mei 1998 itu, kami sedang mengadakan acara launching buku Pancasila Meniti Zaman yang sudah lama kami persiapkan akan diadakan di Jakarta Design Center (JDC). Adapun kemudian tepat hari pelaksanaannya, kami mendapati keadaan hiruk-pikuk demonstrasi untuk menurunkan Soeharto yang terpusat di gedung DPR tak jauh dari gedung JDC. Maka tahulah kami bahwa saat itu kami sudah harus menyudahi puasa kami dan benarlah Paduka Jibril menyuruh kami menyudahi puasa kami pada hari itu, maka jadilah santapan untuk acara itu menjadi santapan keberakhiran puasa kami.
Demikian kami berbuka puasa di JDC tepat saat ketika kami me-launching buku Pancasila Meniti Zaman. Tamu–tamu yang kami undang pada berhalangan karena daerah sekitar DPR sudah ramai oleh demonstran, maka makanan untuk menjamu tamu-tamu kami tersebut kami bawa masuk ke gedung DPR, dan banyak mahasiswa yang sedang kelaparan di sana bersuka ria menyambut makanan yang kami bawakan.
Tapi kami sedih karena ternyata kami baru tahu bahwa sesungguhnya kami terlarang berpuasa untuk niat yang memudaratkan orang lain. Kalau kami bertirakat, harus untuk sesuatu yang baik saja, tanpa membuat orang lain menderita. Dan kami bertanya mengapa kami dibiarkan berpuasa 49 hari menemani Sobary? Dan Paduka Jibril pun menjelaskan, bahwa apa boleh buat, hal itu bisa diangkat menjadi suatu ajaran yang berharga, maka dia membiarkan hal tersebut kami jalani.
Untungnya iktikad itu tak berasal dari kami sendiri. Maka Ketentuan Hukum Tuhan atas pelanggaran tersebut dapat diperimbangkan sebagai suatu penyebab untuk membakukan Pasal Hukum Tuhan yang harus diketahui oleh umat manusia. Bahwa menjatuhkan kekuasaan seseorang dengan tirakat berpuasa sampai kejatuhannya, adalah merupakan penyimpangan ibadah. Semua ritual ibadah haruslah dengan niat suci. Dan tanpa adanya peristiwa berpuasa untuk kejatuhan Soeharto yang diprakarsai oleh Mohammad Sobary itu, kami takkan terlibat pada suatu kerancuan ibadah sehingga kejadian tersebut menjadilah pembakuan suatu Pasal Hukum Tuhan.
Tanpa peristiwa itu, tak ada ketentuan ajaran untuk menyatakan pelarangan bertirakat untuk hal-hal menyusahkan orang lain dan terkhusus untuk menurunkan seseorang dari tahta singgasananya. Sungguhpun demikian, niat itu tak berasal dari kami, maka dipertimbangkan sebagai kesalahan tidak langsung, maka diperhitungkan tak mempunyai bobot pertulahan atas diri kami. Selanjutnya, ketidaktahuan kami atas Ketentuan Tuhan atas Pasal Hukum-Nya itu diperingan melalui cara menjadikannya materi pengajaran tentang pelarangan bertirakat seperti itu.
Dan demi Kewahyuan-Nya, peristiwa itu harus kami lalui supaya publik mengetahui tentang pelarangan itu. Karena sesungguhnya, tirakat seperti itu telah sering dilakukan oleh orang-orang yang bersaing kekuasaan. Maka diperlukan payung hukum atas penyimpangan ibadah semacam itu.
Kalaupun sepertinya puasa kami itu dikabulkan Tuhan, akan tetapi pengabulan itu tak bisa dijadikan sebagai cara yang boleh ditiru. Adapun menurut Tuhan, pengabulan itu semata-mata ditujukan untuk meyakinkan kami pada saat itu bahwa kami benar-benar bersama Tuhan. Tapi atas peristiwa itu, tetap saja kami pun juga diposisikan Tuhan sebagai orang-orang yang bersalah, maka tetap saja kami wajib melakukan penebusan kesalahan.
Demikian hal itu pun dijadikan Tuhan sebagai pengajaran untuk menyelami pasal hukum terkait dengan wahyu keprabon yang sesungguhnya tak tersentuh, kecuali bila Jibril sedang disempatkan Tuhan mengajari kami mengenali kekuatan wahyu keprabon yang dikuatkan kemistisannya oleh Nyi Loro Kidul. Dan hal itulah yang sesungguhnya merupakan tabir rahasia sehingga menjadikan kami dilibatkan Tuhan untuk mengolah keadaan dengan mempertaruhkan kemistisan Eden.
Selayak Kewahyuan Tuhan yang kami bawakan harus diyakini oleh kami, yang pada saat itu belum mengerti akan takdir yang sedang menghampiri diri kami, demikian peyakinan atas takdir kami itu dijadikan Tuhan sebagaimana jalannya peristiwa tersebut. Demikian kami pun bersaksi bahwa takdir dari Tuhan ini benar dan keakuratannya telah dapat kami rasakan. Dan memang setelah itu tak ada ganjalan lagi di hati kami untuk mencurigai malaikat yang menuntun kami selalu itu adalah jin dan bukan Jibril yang sejati. Sungguh tak ada cara peyakinan yang paling telak, seperti yang kami alami pada waktu itu. Demikian Tuhan dengan sengaja melibatkan kami dalam tirakatan puasa Mohammad Sobary dulu itu.
Wahyu keprabon yang ditumpangkan dengan perjanjian kekuasaan dengan jin Nyi Loro Kidul memang harus disudahi melalui kemistisan Eden yang tak kami sadari sama sekali pada waktu itu. Demikian puasa kami yang hanya ikut-ikutan saja terpakai untuk menyudahi kekuasaan Soeharto pada waktu itu. Betapapun itu adalah suatu ritual tirakatan yang sesungguhnya terlarang, akan tetapi hakikatnya harus diangkat oleh Tuhan melalui peristiwa tersebut.
Demikian kami baru tahu mempuasakan orang agar jatuh itu tidak benar. Dan kami pun mohon pengampunan kepada Tuhan dan meminta bagaimana caranya menebus kesalahan kami itu. Dan Tuhan pun menitipkan kepada kami reinkarnasi Soeharto, dan kemudian pada tahun 2008, lahirlah dia dari pasangan Rasul Eden, Arif dan Lilik, dan diberi nama Hayam Wuruk Keddap, karena dia lahir saat kami sedang tirakat kedap, mengisolir diri dari masyarakat sebagaimana dalam suatu kurun waktu, kami tak beraktivitas menyampaikan Wahyu Tuhan untuk Indonesia.
Nama Hayam Wuruk diberikan kepada Keddap karena ternyata Soeharto pun adalah reinkarnasi Hayam Wuruk. Wajahnya tak setampan Soeharto, tapi dia cerdas dan sejak kecil sudah berurusan dengan penebusan dosa Soeharto. Dia kini berumur 6 tahun. Demikian dia menempuh ujiannya dengan berbagai pengalaman pensucian.
Adapun yang lainnya pernah mengalami kehilangan uang secara ajaib adalah mas Danarto, budayawan, mantan suami Rasul Dunuk. Uangnya hilang 100 ribu saat dia sedang mandi. Saat itu dia sedang mandi, tapi tiba-tiba dia merasa curiga, uang di sakunya akan raib seperti uang Sobary, maka dia tergesa-gesa keluar dari kamar mandi segera, namun terlambat uangnya sudah hilang, tapi dia tak jengkel malah ketawa. Dan selang beberapa waktu lamanya, uangnya dikembalikan menjadi 100 dollar Amerika. Karena uangnya yang diraibkan itu bukan uang haram dan bukan juga karena dia berbuat kesalahan seperti Aun atau Sobary, maka uang yang diraibkan itu dikembalikan dan itu hanya sekedar joke dari Jibril saja.
Atas hal tersebut Anda bisa menanyakan kepada mereka yang pernah mengalaminya. Peristiwa yang dialami anak saya, Mohammad Sobary dan Mas Danarto adalah untuk meyakinkan kami tentang nubuah di Injil Surat Wahyu 3 ayat 3. Demikian kami berani menuliskan Perjanjian Tuhan tersebut.
Adapun Komunitas Eden tak pernah mengalami peraiban uang, nan kami semua mengupayakan pendanaan kami melalui cara sunnatullah, tak melalui keajaiban-keajaiban sama sekali. Seperti halnya kami ini harus selalu bertawakal atas kesulitan dana yang selalu kami hadapi, jadi kami tak terkait dengan peraiban uang oleh Tuhan. Menurut Tuhan, peraiban uang haram semuanya dimusnahkan karena bumi ini harus bersih dari uang haram.
Tapi pernah sesekali ketika di pasar, kami merasa dompet kami hanya ada uang 10 ribu, tiba-tiba ada uang 50 ribu menemani uang sepuluh ribuan kami itu. Tapi itu sepertinya hanya surprise-surprise kecil dari Jibril karena hal semacam itu tak mungkin dapat kami peroleh atas permintaan kami kala mengalami kesulitan dana karena itu terlarang keras bagi kami. Sungguh kami terlarang memohon Mukjizat Tuhan, maka hal itu menjadi pantangan atas kami. Nun, Tuhan senantiasa memenuhi kebutuhan kami selalu dalam kebercukupan, melalui semua jalan yang sunnatullah, melalui kesetiaan kawan-kawan kami yang berpenghasilan.
Adapun kalau kami ini sering mengalami pengalaman-pengalaman yang ajaib, hal itu terjadi atas Kehendak Tuhan belaka, bukan atas kehendak kami. Seberapapun keterdesakan yang kami alami, kami takkan meminta Mukjizat Tuhan, dan itu suatu kepakeman di Eden.
Demikian kami harus melaksanakan seluruh Amanat Tuhan seapa adanya dengan cara yang wajar saja karena kami harus melaksanakan Amanat Tuhan dengan menghadapi segala kendalanya sesuai dengan cara yang alamiah. Pendanaan untuk Eden semuanya adalah pemberian oleh kalangan Komunitas Eden sendiri yang diperkenankan Tuhan masih boleh bekerja dan berpenghasilan demi membagikan rezekinya kepada kami. Maka sesungguhnya, kami tak terkait dan tak diuntungkan oleh peraiban uang oleh Tuhan, justru kami diharamkan untuk menerima uang yang diraibkan Tuhan. Sungguh semua uang haram itu dimusnahkan Tuhan karena tulah-tulah uang haram harus disudahi.
Demikian Tuhan sudah mengumumkan tentang Rencana-Nya meraibkan uang haram di seluruh dunia, maka Dia menyuruh orang mengingatnya dan mendengarnya, dan disuruh-Nya umat manusia bertaubat. Karena kalau tidak juga mau berhenti mencari nafkah haram, maka Dia akan “mencuri” atau dengan kata lain meraibkan uang haram tanpa dapat diketahui kapan dan bagaimana Tuhan meraibkan uangnya karena Dia akan mengambilnya secara tiba-tiba.
Betapapun peraiban uang haram oleh Tuhan belum terbukti di masyarakat secara terbuka. Tapi bilamana Tuhan Yang Maha Penolong dan Maha Suci itu ingin menolong umat manusia menjauhi kiamat, niscaya caranya melalui pensucian massal yang tragis seperti itu. Demi sebanyak-banyaknya manusia bisa disucikan, ialah niscaya melalui pemusnahan uang haram di dunia. Dan pemusnahan uang haram di dunia niscaya dapat mengakibatkan chaos dan deflasi.
Tentang hal itu, bayangan keadaan itu sudah dijadikan lagu The Great Day yang diciptakan pada 15 Januari 2001. Lagu The Great Day ada pada paket disc 4. Demikian keadaan perekonomian dunia akan mengalami keterpurukan dan chaos, tapi dampaknya umat manusia akan takut berbuat jahanam dan takut memiliki uang haram. Dan Tuhan menjadikan hal itu sebagai penghakiman atas dosa-dosa uang haram, maka sesungguhnya akan terwujud sistem perekonomian yang bersih setelahnya.
Nan, apabila Tuhan sudah memperingatkan, maka dampak peraiban uang haram akan menjadi pensucian bagi semua orang di dunia. Dan bila itu bisa merubah orientasi cara mencari nafkah, dunia pun akan aman dari kejahatan dan banyak orang bisa diselamatkan Tuhan ke Surga dan berpindah bumi. Dan apabila semua pemilik uang haram mau menghindari peraiban uangnya oleh Tuhan adalah lebih baik bertaubat dan memberikan uang haramnya untuk kemaslahatan orang-orang miskin dan yang menderita.
Atas Nama Tuhan, demikian kami secara terbuka menjelaskan panjang lebar tentang apa dan bagaimana Pembalasan Tuhan atas uang haram di seluruh dunia itu nanti, demi pengantisipasian keadaan yang sulit untuk diterangkan. Semoga dapat menjadi pencerahan bagi semuanya.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 7 Juni 2015
Lia Eden
English Version
To: Linda Hairani
Reporter of Tempo
Like a barren land pouring down by the rain, such that is our feeling when we read the response from Online Tempo, your writing. Therefore, we would like to say thank you.
We would like to straighten the writing about our letter unto Obama that stated the USA will experience deflation due to God’s Retribution upon the abundant of haram money distributed in the mentioned country. But rather, the scale of the predicted deflation actually embraces the whole world, for God will make the missing of haram money to be effective in the entire world. That is in line with God’s Covenant in the Holy Bible, Chapter Revelations 3 verse 3.
The Holy Bible, Chapter Revelations 3 verse 3:
Remember, therefore, what you have received and heard; hold it fast, and repent. But if you do not wake up, I will come like a thief, and you will not know at what time I will come to you.
This is the veiling verse of Chapter Revelations 3 verse 3. Regarding repentance and emphasis on halal earnings have been launched by God in accordance with the content of Chapter Revelations 3 verse 3. As for the implementation of the missing of haram money in the whole world, it is the confirmation of The Day of God’s Judgement and The Day of God’s Power. Haram money in safe-deposit box, bank account, drawer, closet and in the pocket, and wherever they are kept will be taken away by God, for the sake of sanctifying all people in this world, and so many people could be saved by God.
Haram money, when it is eliminated by God, certainly the world economy will be shaken and deflation will happen. The missing of haram money by God seems that it is too abstruse, however we could testify upon it. For we have experienced those incidents, that is when the money in the account of my son, Fathun Nur Day (Aun) disappeared, which happened several times, causing his resentment unto Eden. Initially, when God asked the Community of Eden to resign from their job, many of them obeyed, but there were some others who didn’t obey, such as my oldest sun, Aun. He didn’t just resent me, but he was also perfidious unto me. Thus, his money was taken away by God.
And when one of the Messengers of Eden paid the electricity bills to PLN (a state-owned electricity company), apparently it has been paid (at that time the payment using Top-Up system has not yet existed). Eden was confused since the amount that Aun lost in his account was as much as the electricity bills of Eden’s house. Those both incidents happened at the same time. Such that, Aun was forced by Jibril to contribute on the funding for Eden, whilst also showed the implementation of the Chapter Revelations 3 verse 3 by God’s Permission, the angels could make troubled and haram money to disappear.
Thus, Aun’s defiance and his improper resentments in the past, should be overcome in such that way before he dared to do worse actions. For whoever against the Holy Spirit and God in Eden, certainly they will become an easy victim of the devils who continuously pry people who have faith in Eden to be put as the enemy of Eden. That is God showed how that incident as a punishment for Aun who didn’t contribute on Eden’s main expenses, whilst he also didn’t fulfill God’s Stipulation to resign from his job, then God took his money away. And he experienced it more than once.
And there was Mohammad Sobary, a prominent humanist, whose money around 60 millions rupiahs was mystically missing before his own eyes, a night before he went to Japan. It happened since he was guilty of breaking his promise intentionally.
One day in 1998, he called me, wished to ask the Archangel Jibril, who was at that time still used the identity of Habib Al-Huda, how about if he did fasting intended to make Soeharto falls from his throne. And Jibril answered, if he did it alone, it would not have any impact on Soeharto’s keprabon (magical charisma). So, he had to be accompanied by 6 more people, since the requirement should be 7 people fasting with serious intention. As for Sobary in his covenant, he wished to fast continuously until Soeharto falls down, but how long the fasting would last, it was not certain and surely it was hard for everyone.
And after a while, Jibril requested us to ask Sobary, whether he has begun the fasting. And he answered that he had not started the fasting since it was not easy to find people who would be willing to fast without a certain time limit, whilst it could take a long time.
Then, I asked Sobary, “Would you like us to accompany your fasting?” and he said yes. It turned out that all Salamullah Community (the name of Community of Eden in the past was Salamullah) was willing to accompany Sobary to fast. And we all, since that time, determined to accompany him to fast.
For going through the fasting with the risk of uncertain time limit, we were commanded to fill our long fasting by conducting tadabur alam (contemplation in the nature) and visit some Christian adherents. Thus, we went out of town altogether. By taking a bus we went to Semarang, to visit archbishopric of Soegijapranata, which we were gladly and sincerely welcomed. From that place we went to Sendangsono, to visit the congregation of St Maria Church, Promasan. Therein, we were also received the same welcome.
Thus afterwards, we were accustomed to visit other religious adherents, namely Hindu and Buddha adherents. And then we realized how wrong if we didn’t respect and hate each other. The brotherhood amongst religious adherents and the peacefulness in our heart felt very soothing and created such fresh enlightenment.
And then one day, Sobari called us back to ask another favor from Jibril, for suddenly his money mystically missing before his own eyes. He thought his neighborhood’s jin stole his money, whilst that money was intended as his pocket money to go to Japan. And I asked for His Excellency Jibril to help Sobary. However, his answer was very unexpected, even he admitted that he took that money. And I was really surprise, didn’t expect him to answer that way, but I took pity on Sobary, so I whined to His Excellency Jibril to give Sobary’s money back to him, however His Excellency insisted not to do as I asked.
And then I asked why he did such thing to Sobary? And he answered, “Do ask Sobary, was he fasting or not?” In fact, Sobary answered that he did not fast, whilst we all had been fasting for quite a long time, thus we were surprised and also very disappointed upon his reaction. Thus, His Excellency Jibril said it was God’s Retribution upon Sobary’s attitude.
Actually we were fasting just for 49 days, for at the same time there was college students’ demonstration on May 21, 1998, whilst we were launching the book Pancasila Meniti Zaman (Pancasila Crossing the Era) that we had been prepared for a long time to be held at Jakarta Design Center (JDC). During the night of occasion, we found a hustle and bustle of demonstration to bring down Soeharto, which was centralized at the House of Representatives premise, not far from the JDC building. Thus, we knew that at that time we had to end our fasting and it was right, His Excellency told us to break our fast on that day, then the foods for that occasion became the dishes to celebrate the ending of our fasting.
Thus, we broke our fasting at the JDC at the time we were launching the book Pancasila Meniti Zaman. Our guests that we have invited could not come to our occasion since the area surrounding the House of Representatives building had been full of demonstrators, therefore the food initially intended to welcome our guests we brought into the House of Representatives building, and many college students who were starving there joyfully welcomed our food.
However, we were sad since we just found out that actually we were forbidden to fast with the intention to harm other people. If we are doing ascetic, we should do it only for good purpose, without making other people suffer. And we asked why did His Excellency Jibril let us fasting for 49 days accompanied Sobary? And he explained, what could we do since it would be raised as a valuable teaching, thus he let us doing the fasting.
Fortunately, the intention did not come from us. Thus, God’s Legal Stipulation upon that violation could be balanced as a cause to establish God’s article of Law that should be known by human being. Bringing down one’s authority by doing ascetic through fasting until his falling is a misleading of worshipping. All worship ritual should be based by holy intention. Without the incident of fasting to bring down Soeharto’s authority, which was initiated by Mohammad Sobary, we would not be involved in such a misleading worship, thus that incident became the establishment of God’s article of Law.
Without that incident, there is no lesson to state the restriction to do ascetic with the intention to harm others and especially to bring down someone from his throne. However, the intention didn’t come from us, thus it was considered as indirect mistake, so it was counted as having no harm upon us. The next is our unawareness upon God’s Stipulation of His article of Law was extenuated by making it as the subject of teaching about the restriction to do such ascetic action.
And for the sake of His Revelations, that incident we should go through so the public realize about that restriction. For actually, such ascetic action has been often done by people who compete in power. Thus, it needs an umbrella law upon the deviation of such worship.
If it seemed that our fasting was granted by God, however that granting couldn’t be a way that may be imitated. As for according to God, that granting was mainly aimed to ensure us that at that time we were really with God. However, upon that incident, we were still positioned by God as a guilty ones, thus we still had to redeem our mistakes.
Thus, that incident rendered by God as a teaching to deepen the article of law related to wahyu keprabon (blessing for the power of throne) that actually was unreachable, unless if Jibril is being given a chance by God to teach us recognizing the power of wahyu keprabon, which is strengthened by the mystic of Nyi Loro Kidul. And that is actually an undisclosed veil, thus it makes us involved by God to process the condition by risking Eden’s mystic.
As God’s Revelation that we bring should be believed by us, which at that time we didn’t understand the destiny that approached us, thus the certainty of our destiny is made by God along with the incident that happens to us. And we testify that the destiny from God is right and the accuracy that we have already experienced it. And truly, after that occurrence, the obstacle in our heart to suspect that the angel who guides us is a jin and not a real Jibril has gone from our heart. Indeed, there is no unequivocally way to ensure us, as what we have experienced. Thus, purposely God involves us in the ascetic fasting of Mohammad Sobary in the past.
Wahyu keprabon that should be put together with the covenant of power with jin Nyi Loro Kidul certainly should be ended through Eden’s mystic, which at that time we didn’t realize it. Thus, our fasting that was initially just following Sobary was utilized to end Soeharto’s reign in that period. However, that was a ritual of ascetic, which actually was forbidden, but the substance should be lifted up by God through that incident.
Thus, we just realized that to conduct fasting in order to bring down someone from his position is wrong. And we asked for God’s Forgiveness upon our mistake and plead unto Him how to redeem our mistake. And God entrusts us the reincarnation of Soeharto, and later on in 2008, he was born from the couple of Messengers of Eden, Arif and Lilik, and was named Hayam Wuruk Keddap, for he was born when we were conducting seclusion, isolated ourselves from the society during a certain times we did not do any activity to convey God’s Revelation for Indonesia.
The name of Hayam Wuruk was given to Keddap for actually Soeharto was also the reincarnation of Hayam Wuruk. Although his face is not as handsome as Soeharto, but he is smart and since a little boy he has dealt with the redemption of Soeharto’s sin. And now he is 6 years old. Such is he undergoes his trial through various experiences of sanctification.
As for the other who has experienced the lost of his money magically was Danarto, a humanist, he is the ex-husband of the Messenger of Eden, Dunuk. His money disappeared Rp 100.000 when he was in a shower. At that time, he was suddenly suspicious that his money in his pocket would mystically missing like Sobary, so hurriedly he went out from the bathroom, but it was too late, his money has already gone, however instead of feeling annoyed, he laughed. And after a while, his money was given back and become US$100. For the taken away money was not haram money and not because he made mistake like Aun and Sobary, thus the money was given back to him and it was just a joke from Jibril.
Upon such occurrence, you could ask them who have experienced those incidents. Incidents that happened to Sobary, Danarto, and my sons are aimed to convince us regarding the prophecy in the Bible Chapter Revelations 3 verse 3. Thus we dare to write such God’s Covenant.
As for Community of Eden never experienced money missing, since we all try to fulfill our funding through sunnatullah (natural way), not through magical way at all. As we should endure upon all funding issues that we face, thus we don’t relate with the mystically missing money done by God. According to God, all haram money will be eliminated since this earth should be clean from haram money.
However, sometimes when we were at the market, we thought that in our wallet we had only Rp. 10.000, but suddenly there was Rp. 50.000 besides our Rp.10.000. That were small surprises from Jibril since such kind of thing could not happen as we requested during we faced funding obstacle, for it was strictly forbidden for us. Verily, we are prohibited to ask for God’s Miracle, since it is forbidden for us. Thus, God always fulfills our needs, through all sunnatullah that is from the loyalty of our friends who still have income.
If we often experience miraculous incidents, it is happened by God’s Will, not as our wills. No matter how urgent, we can’t ask for God’s Miracle, and it is a requirement in Eden.
Thus, we have to carry out all God’s Mandates as it is, for we have to implement those mandates by facing all the obstruction naturally. The funding for Eden are provided by the Community of Eden who are still allowed by God to work and earnings some money so they could give parts of their earnings to us. Therefore, actually we are not related to the missing of money by God nor have any advantage from it, even we are forbidden to accept money that is taken away by God. Truly, those all haram money is eliminated by God, for the harms of that money should be ended.
Therefore, God has announced His Plan to make haram money in the whole world will be mystically missing, thus He tells people to remember and listen to it, and He orders people to repent. For if they don’t want to stop earning haram money, then He will steal or in other words make the haram money mystically missing without knowing when and how God takes it away for He will do it in sudden.
However, the mystically missing of haram money by God has not yet proven openly amongst the society. But when God The Most Helper and The Most Holy wills to help humankind to be spared from the disaster of doomsday, surely through such tragic mass sanctification. For the sake of sanctifying human beings as many as possible, it is through the elimination of haram money in the world. And the elimination of haram money in the world could cause chaos and deflation.
Regarding that matter, such condition has been reflected in a song called The Great Day, composed on January 15, 2001. This song is part of the content of DVD 4 in Eden’s package. Such is the world economic condition will undergo depression and chaos, however human being will be frightened of doing evilness and fear of possessing haram money. And God renders it as retribution upon the sins of haram money, thus actually henceforth the system of clean economic system will be established.
Thus, if God has conveyed His Warning, so the impact of the mystically missing of haram money will be the sanctification for all people in the world. And when it has changed the orientation of the way of earning money, the world will be safe from crimes and many people could be saved by God to Heaven and move to the other earth. And when all people who own haram money will to hinder the missing of their money by God, so it is better to repent and give the haram money for the benefit of poor people and they who suffered.
In the Name of God, thus we openly have explained thoroughly what and how is God’s Retribution upon haram money in the whole world later on, for the sake of anticipating the difficult condition as described. Hopefully this could bring enlightenment for you all. We thank you for your kind attention.
Jakarta, June 7, 2015
Lia Eden