Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa dan Yang Maha Kuasa
Kami Komunitas Eden menyampaikan salam bahagia dalam damai.
Kami membuka blog untuk menjawab semua persoalan yang ditimbulkan oleh Pewasiatan Tuhan yang kami sebarkan ke media massa dan kepada pihak-pihak yang dituju oleh Pewasiatan Tuhan yang wajib kami sampaikan.
Adapun komentar-komentar buruk atas diri kami, dapat kami terima dengan lapang hati dan senantiasa menyikapinya dengan doa, semoga semuanya dicerahkan Tuhan hatinya untuk melihat kebenaran hakiki dalam Pewasiatan Tuhan yang telah kami sebarkan. Adapun Pewasiatan Tuhan itu dimaksudkan untuk dijadikan solusi-solusi bersama untuk semua umat beragama demi perdamaian dunia.
Tiada maksud kami ingin memaksakan keyakinan mutlak kami terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melainkan kami hanya mengemukakan Wahyu Tuhan yang dititahkan kepada kami untuk dituliskan. Apalah daya kami untuk menyatukan semua agama, dan apalah kekuatan kami untuk memaksakan keyakinan itu? Namun, Tuhan-lah yang telah menyatakannya dan yang menjadikannya satu-satunya solusi yang bisa mendamaikan seluruh umat beragama demi Penyelamatan-Nya dan demi mengayomi Wahyu-wahyu-Nya yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci-Nya pada semua agama.
Demikian kami menuliskan semua Pewasiatan Tuhan seapaadanya, itu pun merupakan kepatuhan mutlak kami kepada Allah SWT. Dan untuk memudahkan siapa pun yang ingin mengetahui apa isi Pewasiatan Tuhan yang telah kami sebarkan itu, demikian kami membeberkan Pewasiatan Tuhan ke publik melalui blog Komunitas Eden ini.
Adapun semua rekaman DVD Eden sudah kami masukkan ke YouTube dengan channel Eden the Heaven. Sedangkan buku Tuhan Menjelaskan Masa Depan Indonesia dan Tuhan Menjawab Penelitian Proving God sudah kami masukkan ke Scribd.com. Demikian kami terbuka bersedia untuk dikaji.
Adapun buku Masa Depan Indonesia isinya adalah Penjelasan Tuhan tentang apa yang sesungguhnya sedang terjadi di tanah air kita Indonesia dan secara menyeluruh tentang masa depan Indonesia. Adapun semuanya itu sudah dituliskan dalam buku tersebut. Semoga kita semua tabah untuk menerima Ketentuan Tuhan tersebut. Tuhan telah menjelaskan segala hal dalam Pewasiatan-Nya tersebut sebelum bumi kita ini semakin tak layak huni lagi.
Adapun buku Tuhan Menjawab Penelitian Proving God adalah Jawaban Tuhan terhadap film sains yang ditayangkan oleh History channel beberapa waktu yang lalu. Tapi di dalamnya ada solusi-solusi dari Tuhan untuk dunia yang sedang dirundung ancaman perang dunia dan penyakit Ebola yang menakutkan.
Demikian sesungguhnya kami hanya mengabdi kepada Tuhan semata untuk menyampaikan solusi-solusi untuk dunia dan Indonesia. Namun, Keterangan-keterangan Tuhan dalam Sumpah-sumpah-Nya dan Firman-firman-Nya niscaya mengejutkan publik sebab Solusi-solusi-Nya tak pernah terbayangkan oleh siapa pun.
Kita semua mendapati hal itu dengan perasaan yang sulit dibayangkan. Akan tetapi, Solusi Tuhan atas konflik agama yang sudah melampaui batas itu, bisa dipikirkan sebagai Kebijakan Tuhan yang paling adil dan bijaksana, dan terjamin mendapatkan berkah kemudahan dalam pengupayaannya dan terjamin berhasil, sebab telah terjamin oleh Sumpah Tuhan Yang Maha Sakral dan Maha Keramat. Maka terniscayakan jalan itulah yang bisa menghentikan konflik agama. Semoga apa yang kami sampaikan ini berkenan di hati Anda semua.
Demikian kami menyampaikan setulus hati iktikad kami, dan adalah pengabdian kami untuk Tuhan dan bangsa Indonesia. Semoga dapat dipahami dengan baik, dan maafkan kami telah menciptakan gejolak kemarahan di hati Anda semua.
Sesungguhnya, apa pun yang disampaikan Tuhan dan seberat apa pun Pernyataan-Nya, tapi kita harus percaya bahwa itu adalah Pertolongan-Nya. Karena tanpa dinyatakan-Nya, kejadian itu niscaya akan kita alami juga, maka dengan Pemberitahuan Tuhan secara dini, kita bisa lebih dapat mempersiapkan segala sesuatu, daripada meluapkan amarah yang tak akan membuat perubahan takdir dan peruntungan nasib masing-masing.
Bahwa kami benar-benar hanya menyampaikan Pewasiatan Tuhan semata, tiadalah terkandung maksud kami harus dimuliakan dan dihormati, apalagi untuk mencari kepopuleran dan sensasi. Setiap pengorbanan niscaya tertuju kepada penyampaian Pertolongan Tuhan, demikian kami bersabar apa pun yang akan terjadi pada diri kami semua. Kalaupun gempa itu tak sesuai dengan yang telah kami nyatakan, sesungguhnya hal itu merupakan ujian berat kami untuk membuka Mukjizat Eden setelah Pewasiatan Tuhan kami sampaikan.
Penistaan dan kegeraman atas diri kami dimaksimalkan Tuhan untuk kami hadapi pada saat ini. Demi untuk pembuktian kesetiaan kami kepada Tuhan dan demi pengujian kekukuhan iman kami atas perjanjian kami kepada Tuhan, walaupun sudah mengalami keterjebakan dalam strategi pensucian Eden yang muskil tersebut. Demikian Tuhan sedang menagih janji kami bahwa kami bersedia menerima resiko apa pun. Semoga publik belajar mengenal Sikap Tuhan dalam Pensucian-Nya melalui pembelajaran atas peristiwa yang kami alami ini.
Pensucian Tuhan di Eden memang sulit dipahami oleh publik kalau belum pernah merasakan sendiri secara langsung Pensucian Tuhan. Tetapi Tuhan Maha Baik dalam setiap ujian Pensucian-Nya, selalu ada pencerahan dan pemulihan keadaan dari-Nya.
Tanpa hal itu, kami belum bisa membuka Perjanjian Tuhan terhadap kami. Suatu Ketetapan Tuhan yang terbaik niscaya harus ditebus dengan ujian pensucian yang berkualitas. Sungguh peristiwa-peristiwa yang diawali dan diakibatkan oleh Pewasiatan Tuhan adalah suatu hal yang paling berbahaya yang harus kami hadapi. Dan apabila kami lulus dari bahaya itu dan lulus dalam menyikapinya dengan baik dan benar atas peristiwa tersebut, maka itulah ujian kami. Apabila kami sanggup bisa bertahan dalam kebenaran dan kesucian, demikian kami memenuhi perjanjian kami kepada Tuhan.
Adapun pernyataan tentang gempa itu, sangat kami yakini bertujuan untuk menolong publik di Jakarta dan Indonesia. Sayangnya, Tuhan memperlakukan kami sedemikian agar menjadi sensasi karena selama ini Wahyu Tuhan tak ada yang mau membacanya dan senantiasa ditolak. Dan apabila dengan cara sebagaimana yang kami alami itu, maka terjadilah kehebohan dan mau tak mau publik ingin membaca Firman-firman Tuhan. Demikian itulah Ketentuan Tuhan yang harus kami lalui seperti yang sekarang kami alami ini.
Adapun Pewasiatan Tuhan sudah dihebohkan, tapi kami tidak menyesalkan Tuhan yang telah membiarkan kami dipermalukan dan dinistakan, tapi itu adalah pengujian terhadap keimanan kami terhadap-Nya. Sungguh kami tak bergeser dari apa yang dititahkan Tuhan kepada kami dan takkan mengubah apa pun terhadap perjanjian kami kepada Tuhan untuk bertaat mutlak.
Peristiwa gempa yang dahsyat itu sudah tertulis dan sudah kami sebarkan, dan itu pun merupakan nubuah dari Tuhan yang tercantum di Kitab-kitab Suci. Dan kepada kami, Tuhan telah menyatakan kepastian hal tersebut dengan Sumpah-Nya, maka peristiwa itu sepertinya tak bisa dihindarkan, hanya waktunya saja yang belum dinyatakan-Nya secara pasti. Maka kami tak meralat pernyataan akan adanya gempa yang dahsyat di Jakarta karena pernyataan kami itu juga didukung nubuah yang sudah tertulis di Kitab Suci Injil Surat Wahyu 18 bab Jatuhnya Babel yang sudah tercantum dalam Pewasiatan Tuhan.
Setidaknya peristiwa di Monas, saat kami menunggu pengangkatan ke Surga dengan UFO Ruhul Kudus di Monas sudah tersebar luas dan telah menjadi olok-olokan terhadap kami. Tak apalah semua itu terjadi karena kami semua sudah menyediakan diri untuk itu. Dan kami membebaskan hati kami dari segala hal yang memungkinkan kami sedih atau tertekan, karena kami tahu peristiwa itu adalah suatu proses yang diadakan Tuhan untuk kami, agar menjadi perhatian oleh publik secara luas. Karena kami masih harus memenuhi suatu standar pensucian, yaitu ketahanan dipermalukan justru oleh Tuhan sendiri, seakan Tuhan ingin menguji ketahanan kami bilamana pernyataan ‘sesat’ itu terbuktikan secara telak dan diketahui oleh publik juga secara telak. Masih berimankah kami kepada Tuhan setelah itu?
Adapun kebenaran dari Pewasiatan Tuhan tersebut sudah memenuhi kriteria kebenaran hakiki sebagai Wahyu Tuhan, apalagi sudah disertai oleh Sumpah-sumpah-Nya. Maka jelaslah pernyataan tentang adanya gempa dahsyat di Jakarta itu bukanlah suatu kecerobohan atau kekonyolan, melainkan suatu hakekat pensucian yang berat untuk memenuhi kriteria standar yang ditetapkan Tuhan untuk membuka Surga-Nya yang kedua.
Kami ini tak berpenghasilan dan tak mempunyai rumah kedua, dan tak berpembela dari mana pun, kami ini bak sebatang kara di Indonesia. Dan kami tak berani berharap ada yang sukarela membela kami, mengingat peristiwa di Monas itu telak sudah menjadi bukti suatu ‘kebohongan’ kami yang sudah kami sebarluaskan dan telah menjadi kegagalan. Tak ada duanya kenistaan yang kami terima atas peristiwa itu. Tapi bagaimanapun ‘kebohongan’ itu tak bisa kami tepiskan karena keterangan itu memang berasal dari kami, tapi itu pun atas Ketentuan Tuhan yang tak bisa kami tolak.
Tapi dalam kepatuhan mutlak kami kepada Tuhan, kami selalu menjernihkan hati kami untuk percaya kepada Tuhan dan berbaik sangka selalu kepada Tuhan. Dan sesungguhnya kami ini telah terbiasa mengalami hal semacam ini, hanya saja kali inilah kualitas ujiannya sangatlah berat dan sangat mempermalukan, tapi Tuhan senantiasa benar. Dan ketika Dia mengorbankan kami, niscaya Dia dalam kebenaran yang hakiki.
Demikian, kami tak pernah berprasangka buruk kepada Tuhan, dan kami tak pernah akan menyalahkan Tuhan karena kami yakin di balik hal itu, kami menyadari bahwa Tuhan memang sengaja mengorbankan kami semua untuk suatu hakikat yang hakiki dan suatu kriteria kesucian yang tertinggi.
Atas kegagalan kami itu, demikian kami tak mungkin bisa mengharapkan pengupayaan pembelaan dari mana pun datangnya, kecuali bila Tuhan yang berkenan membela kami. Maka kami hanya bisa berpasrah dan menunggu Ketetapan Tuhan atas nasib kami.
Siapa yang bisa bertahan atas peristiwa itu? Nun, hanyalah karena kami merasakan kebahagiaan atas curahan Wahyu-wahyu Tuhan yang kami terima selama ini dan yang deras turunnya dan selalu padat, dan dipenuhi kebenaran yang hakiki dan yang selalu menyegarkan hati sanubari. Demikian itulah yang kami rasakan selama ini dari Tuhan Semesta Alam.
Tak tergapai Wahyu Tuhan itu walaupun kami memburunya kemana pun, tapi Tuhan nyata berwahyu kepada kami dalam kurun waktu 20 tahun lamanya dan tak pernah terputus. Dan itulah yang bisa membuat kami bertahan dan tidak mengeluh kepada Tuhan dan patah hati menjalankan Amanat Tuhan yang terakhir ini.
Dan demikian Tuhan setelah peristiwa di Monas, Dia menjelaskan mengapa Dia tegar mengorbankan kami seperti itu, bahwa kesucian mutlak yang ditargetkan kepada diri kami mengharuskan Dia mengorbankan kami seperti itu.
Dan kemudian setelah peristiwa di Monas itu, kami disadarkan bahwa masih ada suatu ketentuan yang masih harus kami jalani, yaitu penggenapan nubuah. Adapun peristiwa itu terjadi selain untuk mengungkit perhatian publik terhadap Wahyu Tuhan khususnya terhadap Pewasiatan Tuhan, juga untuk menggenapi nubuah ayat suci dari Al Quran Surat Yaa Siin ayat 18 dan Kitab Suci Injil 17 ayat 14.
Kitab Suci Al Quran, Surat Yaa Siin ayat 18:
- Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami”.
Umat Islam Indonesia yang tak mempercayai Eden dan Wahyu-wahyu Tuhan yang kami sampaikan, di ayat ini mereka merasa malang apabila kami tidak dihentikan oleh mereka, dalam jihad kami menyampaikan Wahyu-wahyu Tuhan. Dan demikian Tuhan mengabarkan kepada kami bahwa ancaman mereka itu sudah digaungkan, sebagaimana yang tertulis di Surat Yaa Siin ayat 18 ini. Demikian kami bertawakal atas akan adanya peristiwa tersebut.
Kitab Suci Injil Surat Wahyu 17 ayat 14:
Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.
Saat inilah akan terjadi nubuah Surat Wahyu 17 ayat 14 yang tersebut di atas. Dan Anak Domba adalah istilah Ruhul Kudus dan pengikutnya. Adapun istilah Anak Domba bermakna korban, sebagaimana lazimnya domba itu adalah binatang untuk korban. Ayat ini mengungkapkan Tuhan menjadikan kami korban bagai anak-anak domba demi untuk menggenapkan nubuah ini.
Namun, di nubuah ini pun sudah dinyatakan Ruhul Kudus tak bisa dikalahkan, karena dia adalah tuan di atas segala tuan dan raja di atas segala raja. Ayat ini sesungguhnya menyatakan Ruhul Kudus tak bisa dikalahkan karena dia adalah raja malaikat, tapi dia adalah tuan di atas tuan dan bukanlah Tuhan. Demikian dialah yang membawa kami menempuh bahaya, untuk membuktikan kesetiaan kami kepada Tuhan dalam menyampaikan Penyelamatan-Nya.
Menurut Tuhan, bila kedua nubuah itu belum sampai peristiwanya, maka belum tuntas legitimasi Pewasiatan Tuhan dan kami belum tuntas melalui pensucian Shiratal Mustaqim kami. Niscaya kami akan diangkat Tuhan, karena itu perjanjian yang baku terhadap kami. Sesungguhnya kami sedang mempersiapkan diri untuk semua peristiwa yang sudah disampaikan Tuhan kepada kami dan sesungguhnya kami bertawakal atas apa-apa yang akan terjadi. Mohon maaf bilamana kami sudah membuat hati Anda semua tidak nyaman. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
Jakarta, 5 Juni 2015
Lia Eden
NB:
- Bagi yang belum pernah membaca Pewasiatan Tuhan yang telah kami sebarkan, dapat membacanya di http://KomunitasEden.com
- Pewasiatan Tuhan dalam bentuk video dapat diakses dari YouTube melalui channel Eden The Heaven
English Version
Eden’s Reply Upon the Event of The Waiting For The Messengers of Eden’s
Elevation in Monas, May 31, 2015
In The Name of God The Only One and The Almighty,
We, Community of Eden, greet you with happiness in peace.
We have created a website to answer all arisen problems caused by God’s Testament that we have disseminated to mass media and to other intended parties whom we obliged to convey.
Regarding various unpleasant comments upon us, we could accept it with an open heart and always respond to those comments with prayer. We hope that all people will be enlightened by God to see the real truth inside God’s Testament that we have disseminated. As for God’s Testament, it is intended to be utilized as mutual solutions for all religious adherents for the sake of world peace.
There is no intention from our side to impose our absolute belief in God The Only One, but rather we only convey God’s Revelation commanded to us to be written. What capability do we have to unite all religions, and what power do we own to enforce that belief? However, it is God Who has stated it and makes it as the only solution that could create peace upon all religious adherents, for the sake of His Salvation and securing all of His Revelations within His Holy Books of all religions.
Thus, we write down all God’s Testament as it is, and it shows our absolute obedience to God. In order to facilitate whomsoever who is willing to know the content of God’s Testament that have been disseminated, we therefore unfold this God’s Testament to the public through Eden’s website. All of Eden’s DVDs have been uploaded to YouTube under the channel of Eden The Heaven. Meanwhile, the book Masa Depan Indonesia (The Future of Indonesia) and Tuhan Menjawab Penelitian Proving God (God Answers The Research of Proving God) have been uploaded to Scribd.com. Thus, we are openly willing to be studied.
As for the Book of Masa Depan Indonesia, its content elaborates God’s Explanation on what is really happening in our home country, Indonesia, and the overall future of Indonesia. All of it has been written inside that book. Hopefully we are resilient to accept that God’s Stipulation. Thus, God has explained all matters in His Testament before our earth is no longer habitable to live in.
Meanwhile, the book Tuhan Menjawab Penelitian Proving God is God’s Answer toward the scientific film broadcasted by the History Channel a while ago. However, inside the book there are solutions from God for the world, which is besieging by the frightening threat of World War and Ebola disease.
Thus, actually we just serve ourselves unto God to convey solutions for Indonesia and for the world. However, God’s Explanation within His Vows and His Words certainly shock the public, for His Solutions have never been imagined by whomsoever.
We all face that situation with indescribable feeling. However, God’s Solutions upon religious conflicts that have happened beyond tolerance could be considered as His Most Just and Most Wise Policy. And it is guaranteed to receive the blessing of easiness in the effort to implement it and assured to be succeeded, for it has been guaranteed by The Most Sacred and Most Sacrosanct Vow of God. Therefore, it certainly is the only way that could terminate religious conflict. Hopefully, your heart would be opened to accept what we have conveyed.
Thus, we sincerely utter our good intention, and it is our devotion to God and the nation of Indonesia. Hopefully, this could be well understood and please forgive us for causing such furious flame in your heart.
Verily, whatever conveyed by God, and how hard His Statement is, we still have to believe that it is His Help. For even without His Statement, we will certainly experience that incident. Therefore, by this God’s early Announcement, instead of venting out your resentment, which cannot change our own destiny and fate, we are more able to prepare ourselves.
Verily, we are just conveying God’s Testament, and there is no intention that we have to be honored and respected, let alone to look for popularity and sensation. Every sacrifice surely is intended to convey God’s help. Therefore, we are patient upon whatever might happen to us. Even though the earthquake is not happened as we have stated, it is our hard trial indeed in order to reveal the Eden’s Miracle after we have delivered God’s Testament.
God maximizes the humiliation and anger upon us to be faced at this time, for the sake of proving our loyalty to God and for the sake of testing our faithfulness toward our covenant unto God, although we have experienced a trap in the strategy of Eden’s sanctification that is abstruse. Thus, God is asking for our promise that we are willing to accept any risk. We hope that the public could learn how God’s Stance is in His Sanctification through this lesson of the incident that we have gone through.
God’s Sanctification in Eden is truly difficult to be understood by the public, if they have never experienced it directly. However, God is The Most Kind, in each of His Sanctification there is always enlightenment and the recovery of the circumstance from Him.
Without that incident, we are not able to reveal God’s Covenant unto us. The greatest God’s Stipulation surely has to be compensated with a high quality of sanctification trial. Verily, the incidents initiated and caused by God’s Testament are the most dangerous that we have to face. And if we pass from the danger and able to give well and right response, then that is our trial. And when we endure to stay in righteousness and holiness, thus we have fulfilled our covenant unto God.
As for the statement regarding the earthquake, we strongly believe it is intended to help the public in Jakarta and in Indonesia. Unfortunately, God treated us in such way so it could become a sensation, since all this time nobody is willing to read God’s Revelation and it is always rejected. And by the way that we have experienced, then the commotion happens, and the public inevitably would read those God’s Words. Such is God’s Stipulation that we must go through as what we are experiencing now.
God’s Testament has been controversially debated, however we don’t regret God Who let us being humiliated and insulted, for it was a trial of our faithfulness unto Him. Verily, we won’t move from what God has commanded us and we will never change our covenant unto God to absolutely obey Him.
The severe earthquake incident has been written and disseminated, and that is also a prophecy from God cited in the Holy Books. And unto us, God has stated His Assurance regarding that matter by His Vow. Thus, the incident seems cannot be hindered, it is only a matter of a definite time that has not been stated yet by Him. Therefore, we revised not the statement regarding the severe earthquake in Jakarta, for our statement is supported by the prophecy written in the Holy Bible Chapter Revelation 18 about the Fall of Babel that is mentioned in God’s Testament.
At least, the incident of Monas (the National Monument), at the moment we were waiting for the elevation to Heaven by the Holy Spirit’s UFO is already widespread and has become a mockery for us. It is fine for us, since we have surrendered ourselves to go through whatever incident. And we free our hearts from all the things that could possibly make us sad or depress, for we understand that incident was a process created by God for us to draw public attention widely. And it is also because we have to fulfill a certain standard of sanctification, that is the endurance of being humiliated by God Himself. As if God wants to test our endurance how if the statement of “perverted” unto us is proven perfectly and known by the public completely, do we still have faith in God afterwards?
As for the righteousness of that God’s Testament, it has fulfilled the criterion of the real truth as God’s Revelation, moreover it has been accompanied by His Vows. Thus, it is clear that the statement regarding the severe earthquake in Jakarta is not a recklessness or absurdity, rather it is the essence of heavy sanctification to fulfill the standardized criteria determined by God to reveal His second Heaven.
We have no income, but could not accept any donation either from any party that has not yet been sanctified by God, and we have no second house, and have no defender from any party. We are all alone in Indonesia. And we don’t dare to expect anyone to defend us voluntarily, considering the Monas incident was perfectly the evidence of “our lie” that we have disseminated and has become a failure. There is no comparison of humiliation that we have ever received due to that incident. However, “the lie” cannot be denied for that information come from us indeed, but that is also under God’s Stipulation that we cannot refuse.
However, in our absolute obedience unto God, we always purify our hearts to believe in God and always have good thought of God. And in fact, we are used to experience such kind of thing, only this time the quality of the trial is very heavy and very humiliating, but God is always right. Thus, when He sacrifices us, surely He is still within the real truth.
Therefore, we never have prejudice against God, and we will never blame God, for we believe behind that incident, we realize that God intentionally sacrifices all of us for something substantially essential and for fulfilling the highest sanctity criteria.
As for our failure, it is impossible for us to expect any effort of defense from any party, unless God is willing to protect us. We therefore could only be surrender and wait for God’s Stipulation upon our fate. Who could survive from that event? Well, it is because we feel pleasure upon God’s Revelations we have received all this time, which is pouring down torrentially and always intensely, and full of real righteousness and always refresh our conscience. Such is what we always feel all this time toward God of The Universe.
God’s Revelation is unreachable even we hunt for it everywhere, but God is truly saying His Words unto us in the period of 20 years and has never been cut off. And that makes us is able to sustain and not complaining to God or broken hearted in carrying out His recent Mandate.
And thus, after the incident of Monas, God explains why He is determined in sacrificing us like this. It is the absolute holiness that is targeted unto us that force Him to sacrifice us in such a way.
And after the incident at Monas, we have been brought to our awareness that there is one stipulation we have to go through, it is the completion of a prophecy. As for the event, besides to draw the public attention upon God’s Revelation especially God’s Testament, it is also to fulfill the prophecy of the holy verses of Quran Chapter Ya-Sin verse 18 and the Holy Bible Chapter Revelations 17 verse 14.
The Holy Quran, Chapter Ya-Sin verse 18:
The (people) said: “for us, we augur an evil omen from you: if ye desist not, we will certainly stone you. And a grievous punishment indeed will be inflicted on you by us.”
Islam adherents in Indonesia who don’t believe in Eden and God’s Revelations that we convey, in this verse stated as if we don’t desist, they will certainly stone us, in our jihad to deliver God’s Revelations. And thus, God alerts us that their threat has been resounded, as written in this Chapter Ya Sin verse 18. Hence we are steadfast upon the occurrence of that incident.
The Holy Bible Chapter Revelations 17 verse 14:
They will wage war against the Lamb, but the Lamb will triumph over them because he is Lord of lords and King of kings—and with him will be his called, chosen and faithful followers.”
Now is the time of the completion of the prophecy as stated in Chapter Revelations 17 verse 14. And the Lamb is the term for the Holy Spirit and his followers. As for the term of the Lamb, it means sacrifice, as commonly lamb is the animal utilized for sacrifice. This verse reveals that God renders us as a sacrifice such as the lambs for the sake of fulfilling this prophecy.
However, this prophecy has stated that the Holy Spirit cannot be defeated, for he is Lord of lords and King of kings. This verse actually stated that the Holy Spirit could not be defeated for he is the king of angel, but he is Lord of lords and he is not God. Thus, it is he who takes us to walk through the danger and prove our loyalty to God and convey His Salvation.
According to God, if those two prophecies have not yet come to realization, then the legitimation of God’s testament is not yet completed and we have not yet completed in going through our Shiratal Mustaqim. Surely, we will be elevated by God for that is the established covenant upon us. Actually, we are preparing ourselves for all events that have been conveyed by God, and verily we are fully surrender to God upon whatsoever will happen to us. Please forgive us for we have caused the feeling of inconveniency upon you all. That would be all and we thank you for your kind attention
Jakarta, June 5, 2015
Lia Eden